Loading

Produk Boneka Kaos Kaki SLB Roudhotul Zannah Merambah Jakarta


Penulis: Dadan Supardan
4 Tahun lalu, Dibaca : 889 kali


Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Imas Rohiyatiningsih SPd

BANDUNG, Medikomonline – Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki potensi untuk berwirausaha secara mandiri. Semua itu, dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ABK. Anak A misalnya mempunyai potensi dalam kemampuan mengolah suara, IT, dan kemampuan akademik. Anak B mempunyai potensi fisik yang baik, sehingga bisa bekerja seperti orang pada umumnya. Lalu Anak C bisa bekerja atau diberdayakan bekerja dengan aktivitas fisik sederhana. Sementara Anak D, walaupun dalam aktivitas fisik terbatas tapi potensial di bidang IT dan mampu bekerja dengan berfikir yang sedikit tinggi.

Demikian disampaikan Kepala Sekolah SLB Roudhotul Zannah Soreang H Asep Hidayat SPd melalui Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Imas Rohiyatiningsih SPd kepada Medikom baru-baru ini.

Untuk itu, SLB Roudhotul Zannah Soreang jelas Imas mengembangkan pendidikan vokasional berupa pembuatan boneka kaos kaki (B, C, D, dan autis), gantungan kunci (B, C, D, dan Autis), pembuatan telur asin (B, C, D, dan Autis), alas pengantar bawaan pengantin (B, C, D dan Autis), dan dus untuk boneka. Selain itu dikembangkan juga kemampuan melukis (B dan Autis) dan menyanyi (A).

Dikatakan, porsi waktu vokasional di SLB Roudhotul Zannah Soreang sekitar 16-20 jam pelajaran per minggu. Rujukannya Kurikulum 13.

“Tujuannya untuk memberikan bekal agar ABK bisa berwirausaha secara mandiri,” tutur Imas Rohiyatiningsih seraya menegaskan pendidikan vokasional merupakan persiapan untuk menuju dunia usaha. Pendidikan vokasional sangat diperlukan bagi ABK agar setelah lulus sedikitnya tidak menjadi beban orang tua, bahkan bisa menghasilkan sesuatu dan membuka lapangan kerja.

Berhubung tidak ada guru khusus yang menangani pembelajaran vokasional, Imas menegaskan penanganannya dengan memberdayakan guru-guru. Apalagi di SLB Roudhotul Zannah Soreang keinginan guru-guru sangat kuat untuk mengembangkan potensi usaha anak-anak.

Lebih jauh Imas memaparkan, pihaknya sudah mencoba menjajaki potensi pasar produk yang dihasilkan anak didiknya. Alhamdulillah, walaupun belum begitu besar untuk produk boneka kaos kaki dan gantungan kunci pemasarannya sudah merambah wilayah Soreang, Tasikmalaya, Banten, dan Jakarta.

“Sementara produk telur asin pemasarannya masih sebatas kepada masyarakat sekolah. Sedangkan untuk lukisan belum dipasarkan. Prestasinya baru juara 1 lomba tingkat provinsi dan mewakili Provinsi Jawa Barat untuk lomba tingkat nasional,” ujar Imas.

Imas berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk pengembangan pembelajaran vokasional di SLB. Lantaran jika ada dukungan sarana dan prasarana uang baik dan tenaga ahli, tentu hasilnya akan maksimal.

Namun demikian, dukungan sarana dan prasarana yang minim serta tidak adanya guru khusus yang menangani pembelajaran vokasional tidak menyurutkan semangat. Sebab, keinginan yang kuat dari pihak sekolah untuk memandirikan anak-anak SLB dalam kewirausahaan adalah segala-galanya. 

Tag : No Tag

Berita Terkait