Loading

108 TAHUN SELALU MEMBERI SOLUSI


Penulis: Mansurya Manik
3 Tahun lalu, Dibaca : 1574 kali


Mansurya Manik

Oleh Mansurya Manik

# (Alumni Darul Arqom & Pelatihan Instruktur Nasional 2015, MPK PP Muhammadiyah)

 

Organisasi ini bernama Persyarikatan Muhammadiyah, berdiri tanggal 8 Dzulhijah 1330 Hijriah bertepatan dengan 18 November 1912 Masehi, di Kampung Kauman Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat. Disahkan keberadaannya oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 22 Agustus 1914. Jika dihitung sejak tanggal berdirinya maka tanggal 18 November 2020 bertepatan dengan 108 tahun keberadaan Persyarikatan Muhammadiyah. Banyak hal yang sudah diberikan oleh Persyarikatan Muhammadiyah, hampir mayoritas pemimpin negeri ini pernah bersentuhan atau mendapatkan pendidikan dari organisasi atau tokoh organisasi ini. Seorang Abdurrahman Wahid (Gus Dur), negarawan dan bapak bangsa, anak dan cucu tokoh Nahdlotul Ulama yang kemudian menjadi Tokoh Nahdlotul Ulama merupakan  Presiden keempat Republik Indonesia, sewaktu dulu beliau sekolah di Jogjakarta banyak berguru juga pada tokoh Muhammadiyah.

Sebagai gerakan Dakwah dan Tajdid dengan ditopang tiga pilar utama amal usaha Muhammadiyah yaitu pendidikan, kesehatan, dan sosial yang tersebar dari pulau Sabang di Nanggro Aceh Darussalam di belahan barat Indonesia sampai ke Merauke di pulau Papua di belahan timur Indonesia, dapat dibayangkan berapa juta ibu melahirkan dan bayi yang sudah mendapat pertolongan sentuhan lembut dari perawat, bidan, dan dokter dari klinik atau rumah sakit Muhammadiyah, berapa juta orang yang sudah mendapatkan manfaat dari keberadaan lembaga pendidikan Muhammadiyah, panti asuhan, dan panti jompo, lembaga zakat, pembangunan masjid dan mushola. Dan harus diingat pula bahwa Persyarikatan Muhammadiyah bersama elemen bangsa lainnya turut serta dan memiliki andil untuk berdirinya Republik Indonesia, kemudian mempertahankan dan sekarang memajukannya.

Untuk urusan berapa banyak yang mendapatkan manfaat akan keberadaan amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah yang pasti tidak pernah dihitung. Karena memang konsepnya selalu memberi bukan selalu menghitung.

Di 108 Tahun keberadaan Persyarikatan Muhammadiyah dihubungkan dengan kehidupan beragama saat ini yang terasa lebih panas dan menggelisahkan, ada baiknya untuk kilas balik membaca “Statuten Muhammadiyah” terdahulu. Dalam “Statuten Muhammadiyah artikel 2” (anggaran dasar pasal 2) tahun 1914 disebutkan; Maksud Persyarikatan ini yaitu :

1.         Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia Nederland, dan

2.         Memajukan dan menggembirakan pengajaran kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam dan iid-iidnya.

Yang menarik dalam “Statuten” tersebut adalah kata “menggembirakan”, artinya keberadaan kader-kader Muhammadiyah harus memberikan rasa gembira bagi masyarakat di lingkungannya, karena makna Muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wassalam dan Nabi Muhammad adalah Nabi yang memberikan berita gembira, Allah berfirman“ Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa bagi mereka disediakan surga surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata “inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu”. Mereka telah diberi yang serupa. Dan di sana mereka memperoleh pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” (Alquran Surah Albaqarah ayat 25). “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Alquran Surah An-Nahl ayat 25).

Karena “memajukan dan menggembirakan” sebagai landasan dalam Dakwah dan Tajdid maka telah tertanam dalam jiwa mayoritas kader-kader Muhammadiyah bahwa mereka harus selalu mendahulukan kepentingan bangsa dan ummat daripada kepentingan sendiri dan organisasi. Hal ini dapat dibuktikan ketika awal perdebatan tentang dasar negara Indonesia, demi untuk kepentingan negara bangsa, tokoh tokoh Muhammadiyah berkenan dengan penuh kebijaksanaan menghapus kalimat “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diganti kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Untuk berbangsa dan bernegara Muhammadiyah telah menetapkan bahwa Pancasila dan NKRI sudah final sebagai “Darul Ahdi wa Syahadah”. Negara Indonesia adalah negara kesepakatan yang harus dipertahankan, diisi dan dimajukan oleh semua warga negaranya. Muhammadiyah juga menginisiasi jika berseberangan pendapat dengan pemerintah untuk berjihad dengan “Jihad Konstitusi” sebuah dakwah yang mencerahkan. Di masa pandemic Covid-19, Muhammadiyah kembali menunjukkan Dakwah dan Tajdid dengan landasan “memajukan dan menggembirakan”. Di saat kelompok lain bergerombol untuk memperlihatkan kekuatan pendukungnya, yang sangat meresahkan masyarakat dan pemerintah, justru Muhammadiyah dari sejak awal telah membatalkan rencana kegiatan Muktamar ke 48 yang sedianya akan dilaksanakan pada tanggal 1-5 Juli 2020 di Solo Jawa Tengah. Persyarikatan Muhammadiyah  dengan sigap mengambil bagian di garda depan bersama elemen bangsa lainnya menyelesaikan musibah, seluruh kekuatan yang ada dari medis dan para medis, rumah sakit, uang, tenaga dan pikiran semua dicurahkan untuk menyelesaikan musibah wabah pandemic covid-19.

Mengapa hal ini harus diungkapkan? Karena Dakwah dan Tajdid dengan konsep “memajukan dan menggembirakan” itu tidak akan menimbulkan kegaduhan yang menguras energi dan waktu, yang hasilnya tidak berarti. Dakwah dan Tajdid dengan konsep “memajukan dan menggembirakan” tidak akan ada caci maki dan saling menghujat, saling mengancam dan saling melaporkan, saling menyalahkan dan merasa terzhalimi dan merasa diperlakukan tidak adil sampai berlinang air mata.

Dirgahayu Persyarikatan Mummadiyah, tetaplah “memajukan dan menggembirakan” dalam Dakwah dan Tajdid untuk terwujudnya “Islam yang berkemajuan” dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai “Darul Ahdi wa Syahadah”

Bandung, 19 November 2020

# pegiat pendidikan

# (Alumni Darul Arqom & Pelatihan Instruktur Nasional 2015, MPK PP Muhammadiyah)

Tag : No Tag

Berita Terkait