Penulis: Idris Apandi
4 Tahun lalu, Dibaca : 916 kali
Oleh IDRIS APANDI
(Penulis Buku Membaca Ayat-ayat Kehidupan/Komunitas Cinta
Indonesia/KACI #PASTI BISA)
Puasa ramadan tahun ini akan terasa berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya. Hingar bingar menyambut bulan suci ramadan akan kurang
terasa geliatnya mengingat Indonesia, bahkan dunia masih diserang pandemi
Corona (Covid-19). Sebelum puasa, biasanya para perantau pulang kampung dulu
untuk merasakan sahur pertama bersama keluarga besar di kampung, tapi saat ini,
justru mereka diimbau tidak mudik untuk menghindari penularan Covid-19.
Jalan raya padat dengan kendaraan pemudik, terbatasi dengan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pasar-pasar dan mall banyak yang
tutup, restoran hanya melayani penjualan secara daring dan dilarang menyediakan
fasilitas makan di tempat. Tempat pemakaman yang biasa banyak didatangi oleh
peziarah, menjadi sepi, termasuk masjid-masjid besar yang melaksanakan ibadah
salat tarawih, sementara meniadakannya, bahkan salat idulfitri pun diimbau
dilakukan di rumah jika wabah ini masih ada hingga akhir ramadan. Acara buka
bersama yang menjadi ciri khas ramadan pun tidak boleh ada untuk menghindari
pengumpulan massa.
Dari sisi kehidmatan, sebenarnya pandemik Covid-19 tidak
perlu menjadi halangan atau mengurangi kekhidmatan berpuasa, tetapi justru
sebaliknya puasa di tengah Covid-19 bisa semakin meningkatkan kekhidmatan
ibadah puasa umat Islam karena puasa menjadi sarana atau perjuangan untuk
menahan diri yang direfleksikan bukan hanya dengan menahan lapar dan dahaga,
tetapi juga dengan mengikuti anjuran pemerintah untuk diam di rumah, menahan
diri untuk tidak mengikuti kerumunan massa yang bisa berpotensi menyebabkan
penularan Covid-19.
Puasa ramadan tahun ini pun menjadi sarana ujian, bukan
hanya ujian menahan hawa nafsu, tapi juga ujian mengasah kepekaan setiap muslim
untuk membantu saudaranya yang mengalami kesulitan. Sebagaimana diketahui bahwa
dampak dari Covid-19 berdampak sangat luar biasa terhadap kehidupan masyarakat,
termasuk dalam bidang ekonomi. Banyak karyawan yang dirumahkan, di-PHK,
kehilangan penghasilan, tidak bisa bebas berdagang lagi kiosnya harus ditutup
atau dilarang mangkal lagi. Hal ini jika ditangani dengan cepat, maka bisa
menjadi masalah sosial baru, bahkan menjadi masalah dalam hal ketertiban dan
keamanan masyarakat. Orang tidak punya pekerjaan, sedangkan dia beserta
keluarganya perlu makan, hal ini bisa menyebabkan orang kehilangan akal
sehatnya, lalu melakukan tindakan kriminal.
Pemerintah sebenarya telah menyalurkan bantuan untuk
menangani warga yang membutuhkan makanan, tetapi karena jumlahnya terbatas,
menyebabkan banyak warga yang tidak kebagian. Hal ini menjadi potensi masalah
baru, seperti munculnya kecemburuan atau praduga tidak baik terhadap para
pengurus RT atau RW yang dianggap bertindak diskriminatif terhadap warganya.
Pemerintah pun mendorong agar zakat mal dan zakat fitrah
dibayarkan di awal ramadan. Tujuannya untuk bisa disalurkan kepada orang yang
berhak (mustahik), sehingga bisa membantu meringankan beban orang-orang yang
ekonominya terdampak Covid-19. Kemiskinan bisa menimbulkan kekufuran, dan
kekufuran bisa memutuskan manusia dari Rahmat Allah SWT.
Ramadan adalah bulan penuh ampunan. Oleh karena itu, ramadan
menjadi momentum bagi semua umat Islam untuk meminta ampunan terhadap dosa-dosa
yang telah dilakukan. Dari perspektif agama, sebuah musibah yang menimpa
manusia bisa saja merupakan sebuah peringatan dari Allah SWT terhadap manusia
yang berbuat kerusakan di muka bumi. Allah yang Mahakuasa menciptakan virus
ini, dan Dia yang Mahakuasa menghilangkannya dari muka bumi ini. Sebuah hasil
riset menyatakan bahwa Covid-19 tidak lepas dari kerusakan yang dibuat oleh
manusia di alam ini, sehingga tidak ada lagi keseimbangan antarelemen baik dari
aspek lingkungan, flora, maupun fauna.
Ramadan juga adalah bulan penuh hikmah. Sungguh banyak
hikmah yang bisa didapatkan dari wabah Covid-19 yang terjadi pada bulan puasa.
Seperti, para anggota keluarga lebih banyak waktu di rumah, lebih banyak waktu
untuk beribadah, bermuhasabah, bertafakur, dan bersyukur. Berdoa agar bangsa
Indonesia diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini dan
berdoa semoga musibah ini hilang.
Wabah Covid-19 pada bulan Ramadan semoga tidak mengurangi
rasa syukur kita terhadap limpahan rahmat dan nikmat dari-Nya. Kita harus
bersyukur masih diberikan waktu untuk beribadah, diberikan kesempatan untuk
memperbaiki diri, diberikan kesempatan untuk memohon ampunan dari segala dosa,
dan diberikan kesempatan untuk berbuat kebaikan kepada sesama manusia melalui
sedekah, zakat, atau bantuan dalam bentuk lainnya untuk meringankan beban
saudara-saudara yang terdampak Covid-19. Wallaahu a’lam. ***
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Chief Mate Syaiful Rohmaan
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer