Dr. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
3 Tahun lalu, Dibaca : 1106 kali
(Terimakasih AKSI & Mega Zulaila)
Oleh
Dr. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
"Berkat
AKSI & Mega Zulaila" ekspor kopi Arabika merek Junti & Waglo masuk
pasar dunia tahap dua. Produk makanan lainnya akan menyusul. Begitu yang
tertulis di sebuah website. Ini bukan iklan, apalagi sekadar basa basi. Tapi berbagi pengalaman saja. Intinya
tulisan ini, menjelaskan bahwa lewat kegiatan PLS 2021, siswa, guru, dan kepala
TK, SD, SMP, SMA/SMK, SLB se-Indonesia. Berkat bantuan AKSI (Asosiasi Kepala
Sekolah Indonesia) bisa membuka wawasan baru. Dunia pendidikan diberi tontonan
nyata, dan mengejutkan. Karena bukan isapan jempol. Bahwa Panitia
penyelenggara Podcast "Satu Padu Guru" saat ini siap
memfasilitasi ekspor/impor produk Indonesia ke Asia & Eropa. Walau baru
tahapan skala kecil, tapi telah dibuktikan.
Hal wajar jika
pada mulanya, kegiatan ini menuai cibiran. Konon ada yang mengatakan pihak
sekolah itu, jangan terlalu muluk ngurusin urusan negara (ekspor/impor).
Apalagi menyangkut hubungan dagang Asia dan Eropa. Tingkatkan saja mutu
pendidikan di sekolahnya masing-masing, seperti di kejuaraan Olimpiade Sains,
Fls2N, peningkatan masuk PTN, dan sejenisnya. Biarkan urusan pemasaran
produk dalam negeri itu urusan pengelola negara saja.
Kini berkat
seorang Srikandi Indonesia bernama Mega Zulaila yang semula hanya jadi
nara sumber podcast di acara PLS 2021. Acara itu semula digelar untuk
memotivasi adik kelasnya. Kini telah beralih ke menjalin hubungan
pariwisata dengan KCD XII (Tasik) melalui Dr. Abur Mustikawanto, M.Ed. Adapun bocorannya hanya dengan
uang Rp 8 juta bisa keliling Turki dengan fasilitas eksekutif. Padahal di biro
perjalanan lain, sekitar 20 juta/orang. Perbedaan ini sangat luar biasa. Tentu harus dinegosiasi lagi jika
ada jeda waktu.
Kini hasil bumi
Indonesia juga berupa kopi, teh, tebu, gula merah, mangruf, langsung terjual.
Bahkan pariwisata pun langsung mengadakan
kontrak kerja, dengan realisasinya kelak pasca pandemi. Hanya lewat
seorang Alumni SMA1 Setu bernama Mega Zulaila itulah, hasil bumi Indonesia
langsung tembus ke pasar dunia, tanpa menunggu lama.
Tak seperti
berita di koran ternama Indonesia belakangan ini, yang kurang teliti,
mengangkat berita. Di antaranya mengangkat judul
berita "Mutiara Hitam dari Subang" yang begitu menggiurkan itu.
Padahal realitanya penduduk setempat saat ini, mengalami kesulitan menjual
produknya. Memang isi berita yang ditulisan itu, hanya menyangkut wacana
pelatihan anggota koprasi tertentu. Terkesan dapat dinikmati rakyat petani
setempat.
Kopi yang
dianggap sebagai mutiara hitam di masa
Covid-19, realita yang ada di Gunung Bukanagara, Subang, yang dipenuhi pohon
kopi itu, masyarakat petaninya diduga banyak yang kecewa. Berita di koran
& televisi itu terkesan hanya untuk bahan berita politis orang tertentu.
Kalau kita wawancara dengan petani kopi yang ada, sangat menjerit. Katakanlah
Bapak Welly warga kampung Ciparatak yang mengaku sulit memasarkan produk
kopinya. Harganya gak seimbang dengan biaya produksinya.
Padahal menurut
Mega Zulaila, pasar kopi dunia begitu menjanjikan. Berikut ini adalah dialog
kerjasama espor kopi Arabika ke Turki. Tulisan ini diangkat untuk tujuan bahan
riset dan membuka lapangan kerja khusus yang berminat.
Mega Zulaila:
"Assalamualaikum. Selamat sore waktu Turki dan selamat malam waktu
Indonesia Bapak. Mohon maaf mengganggu. Izin menyampaikan, kopi Bapak sudah
sampai ke beberapa Kota di Turki. Ada di Istanbul, Bursa, Cuyrus dan Erzincan.
Berikut dokumentasi orang-orang Turki suka minum kopinya".
Belum juga
pesan itu, terjawab, sudah kirim lagi kalimat lanjutannya. Penulis agak telat
membalas pesan, karena tulisannya begitu panjang. Tampaknya jiwa muda Mega
Zulaila itu memang semangatnya selalu menggebu dalam segala hal. Ini adalah
ciri individunya dari sejak jadi siswa SMA. Seperti yang sudah diceriterakan di
naskah sebelumnya. Diduga saking semangatnya, walau pesan belum terjawab, dia
sudah mengirim kalimat lanjutan dalam jeda yang singkat.
Mega Zulaila:
"Orang orang Turki suka minum kopinya pak. Terima kasih banyak
pak.Selanjutnya akan pesan sesuai dengan orderan customer ya, Pak. Saya akan
kirim dokumentasi selanjutnya, karena ada beberapa kota yang masih dalam
perjalanan pengiriman.
Penulis:
"Oke kalau begitu mau kita produksi segera dalam jumlah banyak. Mohon
kasih jeda waktu jika ingin yang bubuk dan siap seduh. Jika Green Beand (Biji
Mentah ) Stok tersedia dan siap bisa di kirim langsung tanpa jeda. Terima
kasih".
Mega Zulaila:
"Baik Bapak. Kalau bisa yang sudah menjadi bubuk ya pak, karena kalau
masih biji pada bingung pak numbuknya. Saya akan pasarkan lebih luas pak".
Penulis: "Maaf,
sekarang di Turki Jam Berapa? Mau Bapak tulis di media. Sebagai motivasi bagi
bangsa Indonesia, dan adek kelas Mega"
Mega Zulaila:
"Jam 19.35 Pak. Sambil menunggu magrib tiba. Magrib di sini 20.25. Jadi 1
jam lagi kurang lebih"
Penulis:
"Oke di Indonesia jam 11.36 WIB Saatnya salat Tahajud"
Mega Zulaila:
"MasyaAllah.. Baik pak. Saya akan
kabari jika kembali ke Indonesia. Dan siap membawa kopi Junti/Waglo lagi. Mungkin
saya akan bawa segera. Saat kembali ke Indonesia. Sambil menunggu kabar
customer mau berapa pesannya. Pesanan sementara masih dalam perkiraan. Jika
lebih saya akan kabari.
Demikian dialog
dengan Mega Zulaila. Padahal sesungguhnya penulis lebih tertarik jadi motivator
saja, ketimbang jualan produk. Adapun produk kerjasama ini di bangun, untuk
grand desain bagi generasi penerus saja, terutama untuk bahan kajian
bersama.
Walau penulis
tidak berminat jadi pengusaha, tapi tak ada salahnya, jika hal ini sebagai
pembuka jalan bagi orang lain. Mungkin kelak bisa diwariskan kepada mereka yang
berminat, khususnya bagi pembaca tulisan. Untuk sementara ini, masih dikelola
secara pribadi terlebih dahulu. Untuk memberi keyakinan kepada semua pihak.
Semoga hal ini, bisa dijadikan sebagai bahan riset dan bahan informasi yang bermanfaat.
Penulis,
tidak ingin menyampaikan hal yang bersifat semu, seperti berita di televisi dan
koran yang telah diuraikan pada awal tulisan ini. Tidak ingin melihat lagi rakyat menjerit
karena tertipu. Seolah informasi itu ibarat hembusan angin segar. Padahal
menjerumuskan. Terkesan seperti pahlawan devisa, padahal sebaliknya.
Dunia
tipu menipu sedang tidak karuan saat ini, dari mulai isyu hibah 2 trilyun,
investasi bodong, sampai bank dan asuransi yang kondisinya banyak yang tidak
karuan. Kepercayaan masyarakat pada lembaga tertentu mulai banyak yang pudar.
Kini
lewat Mega Zulaila, kita tanamkan ketauladanan. Semoga di HUT RI ke 76 ini,
seperti kisah bulutangkis putri di Olympiade Tokyo 2021. Dirgahayu Republik
Indonesia. Aamiin. (bersambung)
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer