Loading

SMK Kuat Tenaga Kerja Terserap


Penulis: Dadan Supardan
4 Tahun lalu, Dibaca : 1152 kali


Deden Syaiful Hidayat

BANDUNG, medikomonline - Akses pendidikan untuk semua menjadi prioritas pertama pembangunan di Jawa Barat. Agenda besarnya digaungkan dengan istilah Sekolah Juara. Pada tataran praktik diimplementasikan dalam bentuk Sekolah Jabar Juara (Sejajar), Jabar Masagi, Sekolah Tanpa Gawai (Setangkai), dan Sekolah Terpadu. Selain itu, dikukuhkan juga target Guru Juara. Langkahya berupa peningkatan guru yang berkualitas dengan kompetensi yang tersertifikasi serta berdaya saing.

Khusus untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) dicetuskan SMK Juara. Guna mewujudkannya, pembangunan dan revitalisasi SMK di Jawa Barat menjadi fokus utama. Di samping itu, dilakukan Sertifikasi Nasional bagi SMK. SMK juga diorientasikan sesuai dengan kebutuhan ekonomi dan kebutuhan pasar kerja.

Menurut Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Deden Syaiful Hidayat program revitalisasi SMK akan mampu meghapus stigma lulusan SMK sebagai penyumbang pengangguran terbesar.

“Salah satu upaya menghapus stigma tersebut dengan menyukseskan program revitalisasi SMK. Jika SMK-nya kuat, berkualitas, saya yakin tenaga kerja lulusannya akan terserap,” ujar Deden baru-baru ini.

Dikatakan, pihaknya juga mengembangkan kerja sama dengan industri melalui penyelarasan kurikulum. Deden memandang, kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan industri. Bahkan sangat memungkinkan kurikulum dibuat bersama-sama dengan dunia industri. Dengan demikian, SMK dapat merancang kurikulum yang tepat dengan keterampilan lulusan yang dibutuhkan oleh dunia industri.

Lebih jauh Deden berharap agar lulusan SMK memiliki keterampilan serta wawasan global. Tujuannya agar keterserapan tenaga kerja lulusan SMK terus meningkat. Maka, diperlukan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Hal itu sebagai faktor penunjang kompetensi lulusan SMK supaya dapat bersaing di dunia kerja.

“Selain itu, disediakan pula pembekalan sertifikasi kompetensi bagi calon lulusannya,” tuturnya seraya mengatakan berbagai proram pun tengah disiapkan seperti teaching factory, link and match dengan pihak industri dan mengikutsertakan siswa untuk magang di beberapa industri.

Deden mengungkapkan revitalisasi SMK tidak hanya melibatkan sekolah dan dunia usaha dan dunia industri saja. Akan tetapi juga harus melibatkan pemerintah daerah. Karena sekolah-sekolah itu berada di kota/kabupaten yang tersebar di Jawa Barat. Dalam hal ini, pemerintah daerah dapat membantu memetakan kebutuhan lulusan bagi dunia industri dan dunia usaha.

"Dukungan dan sinergi seluruh pihak merupakan modal utama mewujudkan keberhasilan revitalisasi SMK agar mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap kerja sesuai dengan tuntutan lingkungan kerja nasional, regional, maupun internasional," ujar Deden.

Saat ini, jelas Deden, ada 108 kompetensi keahlian. Beberapa di antaranya, terbilang terlalu banyak. Bahkan, tidak sedikit kompetensi keahlian yang tidak sesuai dengan kondisi daerah.

Ia mencontohkan, di daerah yang minim kawasan industri, tapi banyak kompetensi keahlian yang digunakan oleh kawasan industri. Akibatnya, lulusan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.

“Mereka terpaksa mencari pekerjaan ke luar dari daerahnya,” ujarnya.

Oleh karena itu, ke depannya, Deden menekankan reposisi SMK itu dimaksudkan untuk menyediakan kompetensi keahlian yang sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) daerah masing-masing. Contohnya, di daerah pertanian, maka kurikulum yang dikembangkan harus berhubungan dengan pertanian.

“Pertanian itu maksudnya tidak hanya proses bercocok tanam, tapi sudah pada teknologi yang mampu menghitung kesempurnaan produk yang dibutuhkan oleh pasar,” ujarnya.

Ia menambahkan pada intinya terdapat enam isu strategis prioritas revitalisasi SMK. Yaitu, penyelarasan dan pemutakhiran kurikulum; inovasi pembelajaran; pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan; dan kemitraan sekolah dengan dunia usaha/dunia industri (DUDI) dan perguruan tinggi; standarisasi sarana dan prasarana utama; dan penataan/pengelolaan kelembagaan.

 

Guru SMK unggul

Sementara untuk meningkatkan kompetensi guru SMK, ia bekerja sama dengan Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK).

Deden sadar betul, untuk menjadikan pendidikan kejuruan menghasilkan lulusan yang berkualitas, guru dituntut memiliki kompetensi yang tinggi dan profesional dalam bekerja. Guru harus terus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya, sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus memiliki kemandirian, motivasi yang kuat dalam bekerja, termasuk penguasaan terhadap kaidah-kaidah profesionalisme dalam memperbaiki kompetensi pengajarannya.

“Agar sukses dalam menjalankan profesi sebagai guru, maka guru harus memahami bagaimana karakteristik pendidikan kejuruan,” tegasnya.

Dikatakan pada pendidikan kejuruan, guru harus mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja berdasarkan kebutuhan dunia kerja. Lulusan SMK harus menguasai kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Jadi, kesuksesan siswa terletak pada performa dunia kerja dan bisa merespons serta mengantisipasi kemajuan teknologi. Untuk itu, hubungan erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan.

“Maka sangatlah wajar jika pendidikan kejuruan membutuhkan fasilitas mutakhir untuk praktik dan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dari pendidikan umum,” ujarnya.

Selain mesti siap dan cakap untuk bekerja, jelas Deden, peserta didik harus dilatih berwirausaha. Lantaran, tidak semua perusahaan mampu menampung lulusan SMK.

“Makanya guru juga dituntut bisa mendorong siswanya agar dapat bersaing di dunia wirausaha,” imbuhnya. ***

Tag : No Tag

Berita Terkait