Loading

Kegigihan Kartago Menghadapi Bangsa Romawi dalam Pertempuran Cannae


Penulis: Muhammad Fariz Alfawwaz/Editor:Sandi LJ
1 Tahun lalu, Dibaca : 494 kali


(Perang Punisia) (id.difesaonline.it)

Oleh: Muhammad Fariz Alfawwaz

(Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora)



Ketika mencapai masa kejayaannya, Bangsa Romawi tidak puas dengan berperang menghadapi kota-kota kecil saja. Mereka mulai secara perlahan dengan tekad kuat yang dimiliki untuk merebut seluruh semenanjung dan didukung oleh kota lain yang ingin bersekutu dengannya.

 

Romawi berhasil menguasai semenanjung Italia selatan, namun lagi-lagi mereka belum puas dan bersiap untuk menaklukan Sisilia. Pada saat itu, Sisilia merupakan daerah milik orang Fenisia dan banyak dipengaruhi oleh Kartago. Oleh karena itu, Kartago menjadi musuh besar dan berbahaya bagi orang Romawi.

 

Meletusnya perang Punia pertama, pihak Kartago mulanya dapat mengatasi perlawanan Romawi. Namun, karena masalah internal yang terjadi, akhirnya Kartago berbenah dan membuat daerah Sisilia pada tahun 241 SM berhasil jatuh ke tangan Romawi. Kondisi tersebut juga membuat Romawi dan sekutunya di Italia semakin kuat.

 

Setelah kondisi itu, Kartago berusaha merebut dan mempertahankan Spanyol. Beruntung bagi Kartago, mereka memiliki seorang panglima yang bernama Hannibal. Ia lahir tahun 247 SM di Afrika Utara. Ia tampil menjadi panglima setelah menggantikan posisi ayahnya yang sebelumnya mempimpin pasukan Kartago dalam perang Punisia pertama melawan pasukan Romawi.

 

Kehidupan Hannibal yang sedari kecil tumbuh di tengah prajurit tentara dan sudah mengenal perang dari dekat. Hal itu membuatnya terbiasa dengan kondisi lapar dan dingin, panas dan dahaga, kuat berjalan kaki siang dan malam. Ia juga memiliki kepribadian yang gagah berani, cakap memegang komando, lihai dalam menjalankan tipu muslihat terhadap musuh, serta begitu ulet dalam mematahkan semangat perlawanan musuh.

 

Sebagai seorang panglima perang, tipe Hannibal bukanlah panglima yang langsung menyerang lawannya. Akan tetapi, ia merupakan panglima yang pandai menyusun siasat perang dengan berbagai pertimbangan, bagaikan seorang ahli dalam permainan catur. Hannibal juga merupakan warga Kartago yang baik, ia tentu membenci orang Romawi yang ingin memerintah di kota asalnya tersebut.

 

Ketika Hannibal mengetahui Romawi yang akan ikut campur terhadap urusan di Spanyol, maka ia pun begitu marah. Dengan membawa pasukan yang begitu besar termasuk pasukan gajah perang yang menjadi senjata dahsyat kala itu, ia berangkat dari Spanyol. Hannibal dan pasukannya melewati Prancis dan Pegunungan Alpen sebelum akhirnya tiba di Italia.

 

Setibanya di Italia, pasukan Romawi sudah siap untuk menghadapinya dan terjadilah pertempuran hebat. Walaupun pasukan Romawi berhasil dikalahkannya, dalam pertempuran tersebut juga menimbulkan banyak korban jiwa. Pada malam harinya, pasukan Romawi bergerak untuk menyerbu perkemahannya, namun dengan menggunakan tipu muslihat, Hannibal mampu menghindarinya dan selamat.

Hannibal menggunakan strategi dengan menghalau segerombolan sapi untuk turun dari gunung tempat perkemahannya, lalu dipasangkan obor menyala pada tanduk sapi tersebut. Orang Romawi menganggap bahwa yang bergerak maju dengan obor menyala di kegelapan malam itu merupakan pasukan Hannibal dan mereka segera buru. Namun, saat mendekat, mereka menyadari gerombolan tersebut hanyalah sekawanan sapi. Seketika berubah raut wajah orang-orang Romawi pada saat itu karena tipu muslihat yang dilakukan oleh Hannibal.

 

Saat itu, Romawi dipimpin oleh seorang panglima bernama Quintus Fabius Maximus yang juga cerdas. Namun, ia tidak mau melakukan serangan kepada Hannibal. Hal itu karena ia berpendapat bahwa Hannibal sedang berada di tengah wilayah musuh yang asing baginya, maka suatu saat Hannibal akan mengalami kehilangan kesabaran dan membuat kesalahan. Pasukan romawi banyak yang menolak siasat menunggu yang dilontarkan oleh panglimanya itu, kemudian mereka menyindir Quintus Fabius Maximus sebagai cunctator atau seorang yang peragu.

 

Pasukan Romawi yang mengabaikan siasat pamglimanya menggempur Hannibal di dekat kota kecil Cannae. Sayangnya, pasukan romawi menelan pil pahit karena sebanyak 40.000 pasukannya gugur. Setelah peristiwa itu, Hannibal lebih bersikap hati-hati serta tidak langsung bergegas ke Roma sambil menunggu pasukan tambahan yang dikirimkan dari tanah airnya.

 

Kartago yang tidak mengirimkan pasukan tambahan, membuat pasukan Hannibal semakin tidak terkendali dan tidak disiplin. Mereka menjarah serta merampok kota-kota di Italia. Orang Romawi yang ketakutan tidak langsung menyerang Hannibal. Akan tetapi, mereka menerapkan peraturan wajib militer bagi semua orang termasuk pemuda-pemuda Italia dan para budak selama belasan tahun.

 

Selama 14 tahun di Italia, Hannibal diharuskan kembali ke Afrika karena pasukan Romawi dibawah pimpinan Panglima Scipio telah bergerak mendekati kota Kartago dan Hannibal sangat dibutuhkan. Namun, Hannibal dan pasukan Kartago harus menelan kekalahan dalam pertempuran melawan orang Romawi pada tahun 204 SM. Orang Romawi memaksa untuk membakar seluruh kapal-kapal Kartago dan membayar rampasan perang dengan jumlah besar.

 

Akhirnya, Hannibal yang tidak mau menjadi tahanan Romawi terpaksa melarikan diri sebelum akhirnya ia bunuh diri dengan meminum racun. Sedangkan dipihak Romawi, kemenangan besar melawan Kartago membuat kekuasaannya semakin besar, sehingga dapat merebut Yunani yang saat itu masih dikuasai oleh Makedonia. **

Tag : No Tag

Berita Terkait