Penulis: Muhammad Fariz Alfawwaz/Editor:Sandi LJ
2 Tahun lalu, Dibaca : 965 kali
Oleh: Muhammad Fariz Alfawwaz
(Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora)
Ketika mencapai masa
kejayaannya, Bangsa Romawi tidak puas dengan berperang menghadapi kota-kota
kecil saja. Mereka mulai secara perlahan dengan tekad kuat yang dimiliki untuk
merebut seluruh semenanjung dan didukung oleh kota lain yang ingin bersekutu
dengannya.
Romawi berhasil menguasai
semenanjung Italia selatan, namun lagi-lagi mereka belum puas dan bersiap untuk
menaklukan Sisilia. Pada saat itu, Sisilia merupakan daerah milik orang Fenisia
dan banyak dipengaruhi oleh Kartago. Oleh karena itu, Kartago menjadi musuh
besar dan berbahaya bagi orang Romawi.
Meletusnya perang Punia
pertama, pihak Kartago mulanya dapat mengatasi perlawanan Romawi. Namun, karena
masalah internal yang terjadi, akhirnya Kartago berbenah dan membuat daerah
Sisilia pada tahun 241 SM berhasil jatuh ke tangan Romawi. Kondisi tersebut
juga membuat Romawi dan sekutunya di Italia semakin kuat.
Setelah kondisi itu,
Kartago berusaha merebut dan mempertahankan Spanyol. Beruntung bagi Kartago,
mereka memiliki seorang panglima yang bernama Hannibal. Ia lahir tahun 247 SM
di Afrika Utara. Ia tampil menjadi panglima setelah menggantikan posisi ayahnya
yang sebelumnya mempimpin pasukan Kartago dalam perang Punisia pertama melawan
pasukan Romawi.
Kehidupan Hannibal yang
sedari kecil tumbuh di tengah prajurit tentara dan sudah mengenal perang dari
dekat. Hal itu membuatnya terbiasa dengan kondisi lapar dan dingin, panas dan
dahaga, kuat berjalan kaki siang dan malam. Ia juga memiliki kepribadian yang
gagah berani, cakap memegang komando, lihai dalam menjalankan tipu muslihat
terhadap musuh, serta begitu ulet dalam mematahkan semangat perlawanan musuh.
Sebagai seorang panglima
perang, tipe Hannibal bukanlah panglima yang langsung menyerang lawannya. Akan
tetapi, ia merupakan panglima yang pandai menyusun siasat perang dengan
berbagai pertimbangan, bagaikan seorang ahli dalam permainan catur. Hannibal
juga merupakan warga Kartago yang baik, ia tentu membenci orang Romawi yang
ingin memerintah di kota asalnya tersebut.
Ketika Hannibal mengetahui
Romawi yang akan ikut campur terhadap urusan di Spanyol, maka ia pun begitu
marah. Dengan membawa pasukan yang begitu besar termasuk pasukan gajah perang
yang menjadi senjata dahsyat kala itu, ia berangkat dari Spanyol. Hannibal dan
pasukannya melewati Prancis dan Pegunungan Alpen sebelum akhirnya tiba di
Italia.
Setibanya di Italia,
pasukan Romawi sudah siap untuk menghadapinya dan terjadilah pertempuran hebat.
Walaupun pasukan Romawi berhasil dikalahkannya, dalam pertempuran tersebut juga
menimbulkan banyak korban jiwa. Pada malam harinya, pasukan Romawi bergerak
untuk menyerbu perkemahannya, namun dengan menggunakan tipu muslihat, Hannibal
mampu menghindarinya dan selamat.
Hannibal menggunakan
strategi dengan menghalau segerombolan sapi untuk turun dari gunung tempat
perkemahannya, lalu dipasangkan obor menyala pada tanduk sapi tersebut. Orang
Romawi menganggap bahwa yang bergerak maju dengan obor menyala di kegelapan
malam itu merupakan pasukan Hannibal dan mereka segera buru. Namun, saat
mendekat, mereka menyadari gerombolan tersebut hanyalah sekawanan sapi.
Seketika berubah raut wajah orang-orang Romawi pada saat itu karena tipu
muslihat yang dilakukan oleh Hannibal.
Saat itu, Romawi dipimpin
oleh seorang panglima bernama Quintus Fabius Maximus yang juga cerdas. Namun,
ia tidak mau melakukan serangan kepada Hannibal. Hal itu karena ia berpendapat
bahwa Hannibal sedang berada di tengah wilayah musuh yang asing baginya, maka
suatu saat Hannibal akan mengalami kehilangan kesabaran dan membuat kesalahan.
Pasukan romawi banyak yang menolak siasat menunggu yang dilontarkan oleh
panglimanya itu, kemudian mereka menyindir Quintus Fabius Maximus sebagai
cunctator atau seorang yang peragu.
Pasukan Romawi yang
mengabaikan siasat pamglimanya menggempur Hannibal di dekat kota kecil Cannae.
Sayangnya, pasukan romawi menelan pil pahit karena sebanyak 40.000 pasukannya
gugur. Setelah peristiwa itu, Hannibal lebih bersikap hati-hati serta tidak
langsung bergegas ke Roma sambil menunggu pasukan tambahan yang dikirimkan dari
tanah airnya.
Kartago yang tidak
mengirimkan pasukan tambahan, membuat pasukan Hannibal semakin tidak terkendali
dan tidak disiplin. Mereka menjarah serta merampok kota-kota di Italia. Orang
Romawi yang ketakutan tidak langsung menyerang Hannibal. Akan tetapi, mereka
menerapkan peraturan wajib militer bagi semua orang termasuk pemuda-pemuda
Italia dan para budak selama belasan tahun.
Selama 14 tahun di Italia,
Hannibal diharuskan kembali ke Afrika karena pasukan Romawi dibawah pimpinan
Panglima Scipio telah bergerak mendekati kota Kartago dan Hannibal sangat
dibutuhkan. Namun, Hannibal dan pasukan Kartago harus menelan kekalahan dalam
pertempuran melawan orang Romawi pada tahun 204 SM. Orang Romawi memaksa untuk
membakar seluruh kapal-kapal Kartago dan membayar rampasan perang dengan jumlah
besar.
Akhirnya, Hannibal yang
tidak mau menjadi tahanan Romawi terpaksa melarikan diri sebelum akhirnya ia
bunuh diri dengan meminum racun. Sedangkan dipihak Romawi, kemenangan besar
melawan Kartago membuat kekuasaannya semakin besar, sehingga dapat merebut
Yunani yang saat itu masih dikuasai oleh Makedonia. **
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer