Loading

Menuju 30 Tahun Berkarya di Dunia Nasyid dan Musik Religi Indonesia


Penulis: SM/Editor: Dadan Supardan
4 Tahun lalu, Dibaca : 2818 kali


Agus Idwar Jumhadi

BANDUNG, Medikomonline – Agus Idwar Jumhadi (AIJ) mengenal nasyid sejak menjadi ketua Rohis di SMA 4 Jakarta, sekitar tahun 1988. Waktu itu, semua nasyid yang ada beraliran “haroki”, termasuk nasyid yang diperkenalkan oleh Yusuf Islam dengan judul “Afghanistan The Land of Islam”.

Selepas SMA, AIJ melanjutkan kuliah di FISIP UI, dan aktif di Forum Studi Islam FISIP UI. Dari dunia kampus inilah AIJ mendirikan grup nasyid Snada bersama Erwin dan Lukman, yang resmi dinamai Senada (masih menggunakan huruf “e”) oleh alm. Abi Toto Tasmara pada tahun 1992 dalam acara Kuliah Taman (pengajian di taman) Masjid Ni’matul Itihad, Kebayoran Lama. Tidak terhitung manis pahitnya perjalanan memperkenalkan nasyid bersama Snada di Tanah Air. Setelah memproduksi beberapa album, baru pada tahun 2002, Snada mendapatkan penghargaan “Platinum Awards”, atas penjualan album di atas 150.000 kopi.  

Selepas itu, tahun 2002 AIJ diajak bergabung dalam perusahaan rekaman (major label) Nadahijrah Forte Entertainment di bawah bendera Aquarius Musikindo. Tujuannya sederhana, AIJ ingin nasyid tidak lagi menjadi “musik kolak” yang hanya diperdengarkan pada bulan Ramadan saja. Tiga produksi album fenomenal yang berhasil mewujudkan tujuan AIJ, yaitu album DEBU (2002), album Opick (2003), dan album Uje (2005). Kehadiran album religi atau nasyid ini sontak menggegerkan industri musik Tanah Air. Opick yang bukan siapa-siapa ternyata mengorbit menjadi solois lagu religi yang terkenal. Demikian juga DEBU dengan keunikan performance-nya, dan Uje dengan “Sholawat Jablay” yang kontroversial namun bermanfaat dalam dakwah.

Langkah Opick dengan karya lagu religi yang nge-hits, kemudian diikuti oleh band-band mainstrame Tanah Air, seperti Ungu, Wali, Gigi, dan lain-lain. Terjadilah perubahan paradigma musik religi, dari “musik kolak” menjadi “the botol”, dimana pun dan kapan pun bisa dinikmati. 

Beberapa event skala nasional yang lahir dari ide dan kreasi AIJ adalah   1. Konser Perdana Raihan di empat kampus (UI, ITB, UGM, UNAIR) pada tahun 1999. 2. Festival Nasyid Indonesia di Indosiar, pada tahun 2005, yang melahirkan grup nasyid yang sampai saat ini tetap eksis baik kelompok maupun perorangan, seperti Senandung Hikmah di Palembang, dan Suby yang terjun duo nasyid bersama istrinya. 3. Konser Nasyid Indonesia Malaysia menampilan Snada dan Brothers.

Hampir 30 tahun AIJ tetap konsisten dan istiqomah di dunia nasyid dan musik religi. Saat ini untuk tetap mempertahankan dan memperjuangkan dunia nasyid dan musik religi, AIJ bergabung dalam Komisi Seni Budaya MUI Pusat, yang InsyaAllah pada bulan April 2020 ini akan menggelar Festival Seni Budaya Islam bersama Subdit Seni Budaya Direktorat Penerangan Agama Islam Kemenag RI, dengan salah satu materi lomba adalah musik religi yang akan diikuti perwakilan peserta dari seluruh provinsi di Indonesia, dan banyak lagi kegiatan menarik lainnya, khususnya untuk diikuti oleh kaum millennial. 

Di usia yang tidak lagi muda ini, Alhamdulillah AIJ tetap berkarya, bahkan telah membuat beberapa lagu (lebih dari 20 lagu) dengan tema zakat, wakaf, haji, persatuan umat, cinta Allah, Palestina, dan lain-lain. Pada tahun 2019 lalu, AIJ bekerja sama dengan Baznas Pusat, menerbitkan buku dengan judul “Sukses Berdakwah di Jalur Musik Religi”. Buku ini adalah ringkasan dari kiprah AIJ di dunia nasyid atau musik religi, sebagai personel Snada, A&R Producer, dan Singer Song Writer.

Oleh sebab itu, AIJ mengajak komunitas nasyid, pelajar, mahasiswa, remaja masjid, dan lain-lain untuk membedah buku ini sekaligus sharing pengetahuan dan pengalaman di dunia nasyid dan musik religi.  Wallahu’alam 

Agus Idwar Jumhadi/AIJ/Guswar Anggota Komisi Seni Budaya MUI Pusat Dai Motivator (bersertivikat Standardisasi MUI Pusat) Duta Wakaf BWI Duta Zakat Baznas Depok Produser  Singer Song Writer.

Tag : No Tag

Berita Terkait