Penulis: Mala/Editor: Mbayak Ginting
4 Tahun lalu, Dibaca : 914 kali
SUBANG, Medikomonline.com - Sabtu Pagi (17/10/2020) sekitar pukul 07.35
Wib, saat saya sedang menyapu halaman rumah, sekonyong-konyong mendekat seorang
perempuan paruh baya mendekat, masker tampak melekat, menutupi sebagian
wajahnya.
"Wilujeng énjing,
néng, (Selamat pagi, néng, red)," sapanya pada saya.
"Wilujeng,
énjing, ceu. Badé kamana? Meuni saged kitu!? (selamat pagi, ceu. Mau kemana?
Sudah rapih begitu!?, red)," saya balik bertanya.
"Badé ka kantor
désa, kan ayeuna eceu nampi deui artos Corona (Mau ke kantor desa, kan sekarang
eceu menerima uang Corona- orang kampung saya menyebut uang bantuan pemerintah
saat pandemi ini, dengan sebutan uang Corona-, red)," jawabnya.
"Owh, mangga
lajeng (Owh, silahkan dilanjut, red)," timpal saya.
Mutoyah, nama
perempuan tersebut langsung melanjutkan perjalanannya. Jarak dari kampung kami
ke kantor desa, memang tidak terlampau jauh, sekitar 1 kilometer. Untuk ukuran
orang desa seperti kami, berjalan dengan jarak tempuh 1 kilo meter, bukan
merupakan jarak yang jauh.
Usia Muntoyah
diperkirakan sekitar 58 tahun dia bermukim di RT05 RW 03, Kampung Cimaja, Desa
Mekarwangi, masih satu kampung dengan saya.
Di usianya yang paruh
baya, dia masih tampak optimis dalam kehidupannya, padahal, jika dilihat dari
keseharian hidupnya, keluarganya masuk kedalam keluarga yang sederhana.
Profesinya petani
dengan pemilikan lahan yang tidak terlalu luas. Dia satu diantara 447 orang
petani, dari 1.083 kepala keluarga yang ada di Desa Mekarwangi. Langkahnya
tegas, saat "menyongsong uang Corona".
Selesai berbenah
rumah, saya turut menyusul ke Kantor Desa Mekarwangi, bukan untuk turut
menerima bantuan dari Kementerian Sosial yang akan diterima oleh 355 orang
warga Desa Mekarwangi, tapi ingin melihat para penerima bantuan tersebut.
Ratusan penerima
manfaat tampak sudah datang ke kantor desa, ada yang duduk-duduk dibawah pohon
di halaman kantor desa, ada juga yang berteduh di bawah bangunan yang serupa
dengan garasi mobil, yang letaknya di Utara gedung kantor desa.
Hampir sebagian besar
diantara mereka menggunakan masker, ada juga yang maskernya tergantung di leher
mereka, namun tidak digunakan, karena sambil berbincang dengan warga yang lain,
mereka sambil merokok.
Jarak satu antara
lain, memang agak renggang, sekitar satu meteran diantara mereka. Gelak tawa
terdengar, saat diantara mereka menceritakan hal yang lucu, cerita kehidupan
mereka.
Saat diwawancara,
Kepala Desa Mekarwangi Kecamatan Pagaden Barat, H Edi Rohedi mengatakan, jumlah
penerima bantuan sosial di desanya sebanyak 666 orang.
"Terdiri dari
penerima PKH dan BPNT sebanyak 225 orang, Kemensos murni 355 orang, Himbara 29
orang, Kementerian Pertanian 32 orang dan Kementerian Perikanan 25 orang,"
ungkapnya.
Dengan adanya bantuan
dari Pemerintah, tambah Edi, sedikit banyak telah membantu "menghidupkan
kembali" asa warga desa nya ditengah pandemi Covid 19 yang belum jelas
ujungnya.
"Dari sisi
perekonomian, ada sedikit geliat dibandingkan awal-awal pandemi. Saat awal
pandemi, kehidupan warga kami seperti yang terhenti, tidak ada gairah, namun
saat ini seperti mendapatkan darah baru," jelas Edi.
Saat petugas yang
sedari pagi sudah bersiap-siap untuk membagikan bantuan, persiapannya sudah
fix, satu persatu warga dipanggil untuk mendekati meja. Satu persatu pula, uang
bantuan dibagikan, dan berita acara penyerahannya ditandatangani oleh penerima.
Namun, ketika ada
diantara warga yang tidak mengenakan masker maju ke meja petugas, saat itu
juga, orang tersebut diminta untuk menggunakan masker.
"Kami sudah
mengajak warga tetap terapkan 3M dalam pembagian dana Kemensos Covid 19, ini.
Bagi warga yang tidak mematuhi himbauan tersebut, maka akan langsung ditegur,
sedangkan warga yang tidak menggunakan masker disuruh pulang kembali agar
mengambil masker," jelas Edi.
Menurut Edi, kehadiran
dirinya di desa saat pembagian bantuan sosial dari Kementerian Sosial, untuk
memastikan kelancaran dan keamanan pembagian tersebut.
"Selain itu juga,
untuk memastikan seluruh masyarakat yang hadir agar senantiasa mematuhi
Protokol Kesehatan," tegasnya.
Kegiatan tersebut,
menurut Edi, dilakukan rutin dipembagian bantuan lainnya. Bahkan, tambah Edi,
untuk sosialisasi 3 M, mencuci tangan, menjaga jarak dan menggunakan masker,
dilakukan bukan saja oleh dirinya, namun seluruh aparatur desa.
"Hal ini kami
lakukan disetiap kegiatan saat bertemu dengan masyarakat guna mencegah
penularan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 terutama di Desa
Mekarwangi,”jelasnya.
Ya, ditengah euforia
menerima bantuan sosial dari pemerintah, lantaran bisa mengembalikan asa yang
mulai tenggelam ketika perekonomian terpuruk, warga masyarakat penting untuk
menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain.
Muntoyah, sudah
kembali ke kediamannya, dia bersama dengan warga lainnya yang sudah menerima
bantuan, satu persatu sudah meninggalkan gedung kantor Desa Mekarwangi.
Suasana desa yang tadi
hiruk pikuk oleh ratusan warga penerima bantuan sosial, mulai agak lengang.
Yang ada di kantor desa, tinggal para petugas pembagi bantuan sosial yang
tengah merapihkan dokumen, serta para aparatur desa dan anggota TNI/ Polri yang
bertugas di Desa Mekarwangi.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer