Loading

Kunjungan KND ke DP3A Kota Bandung, "HORE, Anak Disabilitas Masuk FOKAB"


Penulis: Sandi LJ
2 Tahun lalu, Dibaca : 757 kali


Kunjungan KND ke DP3A (Foto: Sandi)

BANDUNG, medikomonline.com - Pada hari Selasa, (12/4) Komnas Disabilitas Republik Indonesia (KND) melakukan kunjungan dan kegiatan sosialisasi ke Dinas Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung. Kedatangan KND disambut langsung oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Bandung, Ibu DR Hj Rita Verita. Beliau menyambut hangat dengan menghadirkan beberapa jajaran Kepala Bidang di lingkungan DP3A Bandung.

Hal demikian dirasakan Ketua KND, Dante Rigmalia. “Tentu hal ini membuat kami bangga dan terharu sekaligus menambah mitra baru kami dalam konsentrasi kepada perempuan dan anak,” imbuh Dante.

Ketua KND Dante Rigmalia memberikan edukasi kepada Forum Komunikasi Anak Kota Bandung (FOKAB) (Foto: Sandi)

Dalam kesempatan tersebut Dante memaparkan tentang KND, dimulai dari Perpres, Visi Misi, tugas dan fungsi para komisioner yang terhimpun dalam KND, dan juga pemaparan untuk mendorong setiap kita untuk bisa bersikap inklusif, menerima setiap perbedaan yang ada.

Dante yang diamanahkan sebagai ketua sekaligus anggota komisioner mempunyai tugas untuk konsen dalam membidangi perempuan dan anak, dan salah satu wilayah ampuannya adalah Jawa barat. Sehingga Bandung menjadi pusat acuan dalam pengumpulan data terkait.

Bertempat di Ruang Rapat DP3A Bandung, Dante memaparkan bahwa setelah melakukan audiensi dan dialog dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Anak (KPPA) sehingga terbangunnya sistem kemitraan salah satunya layanan pengaduan Sapa 129 yang dimiliki KPPA yang kini terintegrasi dengan layanan "Disabilitas Tanah Air" (DITA 143).

Foto Bersama Ketua KND, DP3A, Yayasan Biruku dan FOKAB (Foto: Sandi)

“Selain itu KND juga mendorong Forum Komunikasi Anak Kota Bandung (FOKAB) yang berada di bawah naungan DP3A Bandung agar menerima 10% keanggotaannya dari kalangan disabilitas, saran yang sudah disampaikan dalam beberapa waktu lalu kini diaplikasikan oleh DP3A Bandung,” kata Dante.

Ini terbukti, lanjut Dante, saat kehadiran adik-adik FOKAB di tengah kehadiran KND, ada tiga anak yang mewakili penyandang disabilitas mereka adalah Marchza dengan hambatan pendengaran sebelah dan Ziya dengan hambatan tuli dan satu anak lainnya disabilitas autisme.

Dalam acara ini juga hadir Pembina Yayasan Biruku Indonesia, Djuju Sukma, S.Sos. Menurut Djuju, Yayasan Biruku sebelumnya sudah mencoba merapat ke pemerintah, tapi DP3A paling welcome menyambut anak-anak disabilitas. “Saya rasa ini contoh praktik baik yang bisa di-copy paste ke daerah-daearah lain. Kita juga sering dilibatkan dalam berbagai macam kegiatan, termasuk kegiatan forum anak,” kata Djudju.

Menurut Djuju, usulan untuk KND dan DP3A membuat sebuah program untuk anak-anak disabilitas. “Contoh, untuk tingkat kota Bandung, saya dulu pernah membuat program, ‘Aku Anak Ramah’. Di mana satu sekolah anak-anak satu hari isinya sosialisasi dan advokasi, semua anak yang buat. Kita dorong mereka menjadi panitia, di satu sesi kita buat mereka, supaya tahu dulu apa sih disabilitas itu. Kita lihatin dulu video-video, kita mau tahu tanggapan mereka. Kita bagi mereka beberapa kelompok, terus diminta tanggapan tentang disabilitas. Saya kaget sekali, empati yang muncul luar biasa, bahwa kita itu sama. Bahkan mereka kagum, dengan keterbatasan yang ada banyak yang berprestasi,” terang Djuju.

Satu hal lagi, kata Djuju, kartu identitas untuk penyandang disabilitas. “Ini sangat penting. Ketika ada anak-anak disabilitas yang punya kasus yang berhubungan dengan hukum. Kadang kalau tidak ada kartu repot, harus nanyain dulu, asesmen dulu. Kadang asesmen butuh waktu. Kalau dia punya kartu, prosesnya bisa lebih cepat, padahal ada kasus-kasus hukum yang harus cepat ditindak,” tandas Djuju.

Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak DP3A Kota Bandung, Ida Daryati mengatakan, ke depan kita akan menyamakan program-progam yang bisa diarahkan untuk penyandang diabilitas. “Kita perlu melakukan komunikasi, apa yang perlu kami siapkan untuk anak-anak disabilitas ini,” kata Ida.

Kegiatan ini juga diisi dengan pemberian edukasi kepada FOKAB, mereka diberi wawasan dan pemahaman tentang inklusivitas yang disajikan secara asyik dan riang gembira oleh Ketua KND Dante Rigmalia dan Stafsus KND Kak Try Manulang. Salah satunya materi tentang menghargai hambatan teman, analogi Konsep diri dalam cermin, Menghimpun persamaan dan perbedaan sejawad dan ditutup dengan memperagakan Hal-hal inklusif dan non inklusif. Salah satu adik dari FOKAB mengungkapkan bahwa belajar seperti ini sungguh mengasyikkan dan tidak monoton.

Dante menegaskan keberadaan KND untuk mewujudkan penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas. Hal-hal baik yang sudah dilakukan Kementerian maupun lembaga secara nasional harus diimbangi dengan filosofi inklusi, karena inklusi bukan hanya di sekolah namun harus menjadi nilai filosofi dikehidupan sehari-hari. Dirinya masih mengkritik adanya temuan bahwa fasilitas umum sudah dibangun dan ramah disabilitas namun terkadang masih belum aksesibel, seperti guiding blok yang terhalang tiang atau pot bunga, layanan toilet disabilitas yang masih dikunci dan sebagainya. Ini membuktikan indikasi bahwa pembangunan-pembangunan tersebut masih belum terimplementasi secara baik. 

Tag : No Tag

Berita Terkait