Penulis: Mbayak Ginting
5 Tahun lalu, Dibaca : 1161 kali
BANDUNG Medikomonline
– "Tidak bisa asal larang," jawab anggota DPRD Provinsi Jabar Daddy
Rohanady. Komentar tersebut disampaikannya terkait soal larangan mudik ketika
dihubungi via telefon genggamnya, Senin (30/03/2020).
Menurut
Daddy, masyarakat memilih mudik pasti bukan tanpa alasan. Memang, pilihan yang
diambil masing-masing pemudik akan berbeda. Pertanyaannya bukan patuh atau
tidak patuh pada larangan.
"Setiap
pilihan yang diambil pasti punya konsekuensi logis. Kalau seseorang bertahan
(tidak mudik), bisa jadi karena dia sudah menghitung biaya hidup selama
diberlakukannya karantina wilayah atau katakanlah/lockdown/total,” tuturnya.
“Kalau bekal
itu tidak dimiliki, masa iya sih kita akan memilih diam dan menunggu ajal
menjemput? Mana tahan manusia puasa 14 hari? Ini bukan zamannya manusia sakti
mandraguna seperti zaman dahulu kala," lanjut Wakil Ketua Fraksi Partai
Gerindra itu.
Pilihan
bertahan atau mudik, lanjut Daddy, sangat tergantung pada daya dukung yang
dimiliki masing-masing orang. Jika dia merasa aman bertahan, tidak mudik, Daddy
yakin dia akan bertahan. Jika tidak, mungkin dia merasa lebih save tinggal di
kampung halaman bersama keluarga besarnya sampai wabah Covid-19 mereda.
Di sisi lain,
pemerintah dan hampir semua kepala daerah sudah secara terbuka meminta agar menjelang
Lebaran tahun ini masyarakat tidak mudik. Hampir di semua daerah, mereka yang
mudik akan diperlakukan sebagai orang dalam pemantauan (ODP) setiba di kampung
halaman. Bahkan, bisa jadi mereka akan langsung dikarantina selama 14 hari jika
ada indikasi sedang/berat terpapar wabah
yang berasal dari Wuhan-China tersebut.
"Boleh-boleh
saja kita melarang orang mudik. Langkah itu memang pasti akan mengurangi makin
meluasnya penyebaran Covid-19. Tapi jangan lupa, kalau itu mau diberlakukan,
siapkan dulu sembako untuk perbekalan selama diberlakukannya karantina wilayah.
Kita juga harus menyiapkan hal-hal lain untuk kebutuhan mereka yang
pendapatannya langsung terpukul, padahal 'napasnya' harian. Siapkah kita
menanggulangi hal itu?" tanya dewan asal dapil Cirebon-Indramayu tersebut.
"Jika
hanya melarang mudik tetapi tidak siap menanggung konsekuensinya, kita harus
bersiap-siap menghadapi gelombang protes. Silakan saja pemerintah pusat/daerah
memberlakukan Undang-Undang No 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Ini bisa jadi darurat sipil. Tapi ingat, negara harus mengurus kehidupan
rakyatnya. Kita semua tahu bahwa, siapa pun rela mati demi keluarganya yang
kelaparan," pungkas Daddy.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer