Loading

RIDWAN KAMIL GUBERNUR “JUARA MANGKRAK”, PARADOKS CALON PRESIDEN 2024 HASIL SURVEI


Penulis: Mansurya Manik
2 Tahun lalu, Dibaca : 741 kali


Mansurya Manik

Oleh Mansurya Manik

# Pegiat Pendidikan

 

Menjelang Pemilihan Umum tahun 2024, berbagai lembaga survei merilis hasil survei mereka tentang calon presiden 2024 yang akan dipilih rakyat. Di antara para calon presiden hasil survei, tersebutlah nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Terlepas apapun bentuk dan metode surveinya, nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selalu muncul di antara calon presiden lainnya. Entah apa yang menjadi parameter responden untuk menentukan pilihannya. Tentu hak responden untuk menentukan siapapun pilihannya. Hak warga negara untuk bebas menentukan pilihan siapa pemimpinnya, hal tersebut dilindungi konstitusi, tidak seorangpun yang boleh mengintimidasi.

Memilih pemimpin berbeda dengan memilih produk suatu barang. Kalau memilih suatu barang jika tidak berkesesuaian dengan harapan, saat itu juga dapat diganti dengan yang baru, kalaupun tidak diganti tidak juga memberi implikasi pada kehidupan rakyat banyak, sebab barang tidak bisa membuat kebijakan publik. Tetapi salah dalam memilih pemimpin, akibatnya luar biasa, banyak implikasi yang akan ditimbulkannya. Karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup tentang sang calon sebelum pemilih menentukan pilihannya.

 

Jejak Kinerja

Tentang Ridwan Kamil, sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat periode tahun 2018-2023, pernah menjadi Walikota Bandung pada tahun 2013-2018. Hasil karyanya selama menjabat sebagai walikota dapat dilihat sampai sekarang. Semasa menjadi walikota, gebrakan untuk menyelesaikan permasalahan sampah dibuatlah tong sampah dari kaleng di setiap sudut jalan dan di setiap Rukun Warga. Sampah tak terselesaikan, tong sampah pun hilang tak berbekas. Karena gagal memakai tong sampah, dilanjutkan dengan memfasilitasi setiap Rukun Warga untuk mengajukan dana pembelian sepeda motor roda tiga untuk mengangkut dan membuang sampah. Tidak ada ide bagaimana mengelola sampah sejak di rumah. Yang ada buang sampah. Kalau idenya buang, tentu tidak perlu pemikiran yang luar biasa. Dan hal itu bukanlah prestasi yang patut dijadikan sesuatu yang monumental.

Selanjutnya, berjalanlah dari Utara Kota Bandung sampai ke Selatan, dari Timur sampai ke Barat lihatlah halte yang mangkrak tidak berfungsi. Kalau soal bentuk bangunan halte, bagus memang terlihatnya dan soal bentuk bangunan sudahlah sepakat Ridwan Kamil adalah ahlinya, reputasinya internasional. Tetapi soal pemanfaatan bangunan halte, hal ini yang patut dipertanyakan. Lihat juga alat pembayaran parkir yang disebut elektronik parkir, sejak dibuat mangkrak tidak berfungsi. Setelah puas menyusuri jalan raya, beristirahatlah di daerah Cihampelas, di sana ada Skywalk Cihampelas atau Teras Cihampelas yang digadang-gadang sebagai salah suatu destinasi wisata di kota Bandung. Apa nyana? Mangkrak juga hasilnya. Untuk penanganan permasalahan banjir di Kota Bandung, digembar-gemborkanlah konsep Teknologi Tol Air. Lalu apa yang terjadi, daerah Pasteur dilanda banjir yang luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya, daerah Pasir Koja tenggelam. Melihat fakta tersebut pemerintah pimpinan Ridwan Kamil dengan ringan berkata “Itu banjir kiriman dari Bandung Utara.”

 

Kini Ridwan Kamil sedang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023, sudah tiga tahun terlewati, berjalan menuju tahun keempat. Selama menjabat sebagai gubernur ada pembangunan gedung dan kemudian mangkrak tak perlu lagi disebutkan satu persatu, contoh satu saja di antaranya Gedung Kebudayaan di Kabupaten Subang, mangkrak tak berfungsi.

Menelaah ke bidang lain, di satu tahun pertama kepemimpinannya, kisaran tahun 2019, ada 140 perusahaan yang tutup, di antaranya bidang tekstil dan produk tekstil, perusahaan tersebut tutup atau merolakasi usahanya dari Jawa Barat ke Jawa Tengah atau ke luar negeri. Akibatnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik per 5 November 2019, tingkat pengangguran di Jawa Barat naik dari 7,73 persen per Februari 2019 menjadi 7,99 persen per Oktober 2019. (viva.co.id/18/11/2019). Pada program peningkatan pembangunan ekonomi perdesaan, Ridwan Kamil memunculkan OVOC (one Vilage One Company), turunannya adalah perekrutan Patriot Desa. Para Patriot Desa ini bertujuan meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat, kehidupan sosial budaya, pengembangan partisipasi, dan keswadayaan masyarakat. Bahasa untuk menggambarkan Para Patriot Desa ini adalah “mereka adalah yang terbaik dari yang baik”. Untuk menguji keberhasilan program ini, datanglah ke desa yang ada Patriot Desa yang disebut “terbaik dari yang baik” itu, yang terjadi adalah mangkrak juga, tidak ada perubahan signifikan di suatu desa dengan kehadiran Patriot Desa ini. Habis uang rakyat untuk membiayai mereka. Setelah Patriot Desa, kini muncul Petani Mileneal. Untuk hasilnya, tak akan jauh dari yang sudah disebutkan sebelumnya. Yang lebih hebat lagi, Ridwan Kamil membentuk Tim Akselerasi Pembangunan Jawa Barat (TAP), entah apa guna Tim Akselerasi Pembangunan (TAP) Jawa Barat ini, keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Yang sudah pasti habis uang rakyat untuk membiayai keberadaan mereka.

 

Pemimpin Gincu

Mengutip kalimat bapak bangsa Indonesia, sang Proklamator Bung Hatta “jadilah seperti garam jangan seperti gincu”. Garam itu ketika larut dalam makanan atau minuman perubahan fisiknya tidak kasat mata, tapi pengaruh dan rasanya sangat menentukan. Berbeda dengan gincu, setetes gincu akan mengubah segelas air menjadi merah, tetapi rasanya tidak berubah. Pemimpin gincu mengutamakan pencitraan, bagai kiambang terapung, akarnya tidak pernah menjejak ke bumi. Pemimpin gincu penuh kepura-puraan, rakyat tidak akan pernah dibentuk menjadi cerdas. Karena kecerdasan rakyat akan membahayakan kekuasaan dan target kekuasaan selanjutnya yang akan dibidik. Kecerdasaan rakyat dapat mengungkap ketidakbenaran dari pencitraan kesan baik yang selama ini dipropagandakan.

Sesungguhnya, banyak jejak perilaku pemimpin bangsa dan pemimpin besar lainnya yang dapat dijadikan acuan untuk diajadikan parameter, kemudian disandingkan dengan perilaku pemimpin yang akan dipilih. Adakah kesesuaian antara perilaku baik seperti bersedia mengorbankan hidupnya yang ada pada para pemimpin bangsa pada perilaku diri calon pemimpin yang akan dipilih. Seberapa besar nilai-nilai baik itu pada calon pemimpin yang akan dipilih. Semakin besar persentase kebaikannya maka semakin besar kelayakan untuk dipilih.

Untuk memilih pemimpin, yang pertama dapat dilihat adalah satunya antara kata dengan perbuatan. Selanjutnya, sejauh mana mengutamakan kepentingan rakyat dibanding kepentingan pribadi dan keluarga. Lalu apa yang telah diperbuat sebelumnya, sehingga layak mengajukan diri untuk dipilih menjadi pemimpin. Minimal tiga hal ini sebagai syarat utama, lalu konfirmasi ketiga hal itu maka akan didapat pemimpin berkualitas yang akan mengantarkan rakyat Indonesia ke dalam cita-cita keadilan sosial. Rakyat harus membiasakan diri mengkonfirmasi setiap informasi supaya didapatkan kemantapan berpikir, lihat faktanya, adakah kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan? Jika berkesesuaian maka benarlah pernyataan atau informasi itu, jika tidak sesuai berarti salahlah pernyataan atau informasi tersebut. Termasuk informasi dari tulisan ini, benarkah adanya? Silakan pembaca uji! 

Tag : No Tag

Berita Terkait