Penulis: Mansurya Manik
3 Tahun lalu, Dibaca : 1122 kali
Oleh Mansurya Manik
# Pegiat Pendidikan
Menjelang Pemilihan Umum tahun 2024, berbagai lembaga survei merilis
hasil survei mereka tentang calon presiden 2024 yang akan dipilih rakyat. Di antara
para calon presiden hasil survei, tersebutlah nama Gubernur Jawa Barat Ridwan
Kamil. Terlepas apapun bentuk dan metode surveinya, nama Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil selalu muncul di antara calon presiden lainnya. Entah apa yang
menjadi parameter responden untuk menentukan pilihannya. Tentu hak responden
untuk menentukan siapapun pilihannya. Hak warga negara untuk bebas menentukan
pilihan siapa pemimpinnya, hal tersebut dilindungi konstitusi, tidak seorangpun
yang boleh mengintimidasi.
Memilih pemimpin berbeda dengan memilih produk suatu barang. Kalau memilih
suatu barang jika tidak berkesesuaian dengan harapan, saat itu juga dapat
diganti dengan yang baru, kalaupun tidak diganti tidak juga memberi implikasi
pada kehidupan rakyat banyak, sebab barang tidak bisa membuat kebijakan publik.
Tetapi salah dalam memilih pemimpin, akibatnya luar biasa, banyak implikasi
yang akan ditimbulkannya. Karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup tentang
sang calon sebelum pemilih menentukan pilihannya.
Jejak Kinerja
Tentang Ridwan Kamil, sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat periode tahun
2018-2023, pernah menjadi Walikota Bandung pada tahun 2013-2018. Hasil karyanya
selama menjabat sebagai walikota dapat dilihat sampai sekarang. Semasa menjadi
walikota, gebrakan untuk menyelesaikan permasalahan sampah dibuatlah tong
sampah dari kaleng di setiap sudut jalan dan di setiap Rukun Warga. Sampah tak
terselesaikan, tong sampah pun hilang tak berbekas. Karena gagal memakai tong
sampah, dilanjutkan dengan memfasilitasi setiap Rukun Warga untuk mengajukan
dana pembelian sepeda motor roda tiga untuk mengangkut dan membuang sampah.
Tidak ada ide bagaimana mengelola sampah sejak di rumah. Yang ada buang sampah.
Kalau idenya buang, tentu tidak perlu pemikiran yang luar biasa. Dan hal itu
bukanlah prestasi yang patut dijadikan sesuatu yang monumental.
Selanjutnya, berjalanlah dari Utara Kota Bandung sampai ke Selatan, dari
Timur sampai ke Barat lihatlah halte yang mangkrak tidak berfungsi. Kalau soal
bentuk bangunan halte, bagus memang terlihatnya dan soal bentuk bangunan
sudahlah sepakat Ridwan Kamil adalah ahlinya, reputasinya internasional. Tetapi
soal pemanfaatan bangunan halte, hal ini yang patut dipertanyakan. Lihat juga
alat pembayaran parkir yang disebut elektronik parkir, sejak dibuat mangkrak
tidak berfungsi. Setelah puas menyusuri jalan raya, beristirahatlah di daerah
Cihampelas, di sana ada Skywalk Cihampelas atau Teras Cihampelas yang
digadang-gadang sebagai salah suatu destinasi wisata di kota Bandung. Apa
nyana? Mangkrak juga hasilnya. Untuk penanganan permasalahan banjir di Kota
Bandung, digembar-gemborkanlah konsep Teknologi Tol Air. Lalu apa yang terjadi,
daerah Pasteur dilanda banjir yang luar biasa yang belum pernah terjadi
sebelumnya, daerah Pasir Koja tenggelam. Melihat fakta tersebut pemerintah
pimpinan Ridwan Kamil dengan ringan berkata “Itu banjir kiriman dari Bandung
Utara.”
Kini Ridwan Kamil sedang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat periode
2018-2023, sudah tiga tahun terlewati, berjalan menuju tahun keempat. Selama
menjabat sebagai gubernur ada pembangunan gedung dan kemudian mangkrak tak
perlu lagi disebutkan satu persatu, contoh satu saja di antaranya Gedung
Kebudayaan di Kabupaten Subang, mangkrak tak berfungsi.
Menelaah ke bidang lain, di satu tahun pertama kepemimpinannya, kisaran
tahun 2019, ada 140 perusahaan yang tutup, di antaranya bidang tekstil dan
produk tekstil, perusahaan tersebut tutup atau merolakasi usahanya dari Jawa
Barat ke Jawa Tengah atau ke luar negeri. Akibatnya, berdasarkan data Badan
Pusat Statistik per 5 November 2019, tingkat pengangguran di Jawa Barat naik dari
7,73 persen per Februari 2019 menjadi 7,99 persen per Oktober 2019. (viva.co.id/18/11/2019). Pada program
peningkatan pembangunan ekonomi perdesaan, Ridwan Kamil memunculkan OVOC (one
Vilage One Company), turunannya adalah perekrutan Patriot Desa. Para Patriot
Desa ini bertujuan meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat, kehidupan
sosial budaya, pengembangan partisipasi, dan keswadayaan masyarakat. Bahasa
untuk menggambarkan Para Patriot Desa ini adalah “mereka adalah yang terbaik
dari yang baik”. Untuk menguji keberhasilan program ini, datanglah ke desa yang
ada Patriot Desa yang disebut “terbaik dari yang baik” itu, yang terjadi adalah
mangkrak juga, tidak ada perubahan signifikan di suatu desa dengan kehadiran
Patriot Desa ini. Habis uang rakyat untuk membiayai mereka. Setelah Patriot
Desa, kini muncul Petani Mileneal. Untuk hasilnya, tak akan jauh dari yang
sudah disebutkan sebelumnya. Yang lebih hebat lagi, Ridwan Kamil membentuk Tim
Akselerasi Pembangunan Jawa Barat (TAP), entah apa guna Tim Akselerasi
Pembangunan (TAP) Jawa Barat ini, keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Yang
sudah pasti habis uang rakyat untuk membiayai keberadaan mereka.
Pemimpin Gincu
Mengutip kalimat bapak bangsa Indonesia, sang Proklamator Bung Hatta “jadilah
seperti garam jangan seperti gincu”. Garam itu ketika larut dalam makanan atau
minuman perubahan fisiknya tidak kasat mata, tapi pengaruh dan rasanya sangat
menentukan. Berbeda dengan gincu, setetes gincu akan mengubah segelas air
menjadi merah, tetapi rasanya tidak berubah. Pemimpin gincu mengutamakan
pencitraan, bagai kiambang terapung, akarnya tidak pernah menjejak ke bumi. Pemimpin
gincu penuh kepura-puraan, rakyat tidak akan pernah dibentuk menjadi cerdas.
Karena kecerdasan rakyat akan membahayakan kekuasaan dan target kekuasaan selanjutnya
yang akan dibidik. Kecerdasaan rakyat dapat mengungkap ketidakbenaran dari
pencitraan kesan baik yang selama ini dipropagandakan.
Sesungguhnya, banyak jejak perilaku pemimpin bangsa dan pemimpin besar lainnya
yang dapat dijadikan acuan untuk diajadikan parameter, kemudian disandingkan
dengan perilaku pemimpin yang akan dipilih. Adakah kesesuaian antara perilaku
baik seperti bersedia mengorbankan hidupnya yang ada pada para pemimpin bangsa
pada perilaku diri calon pemimpin yang akan dipilih. Seberapa besar nilai-nilai
baik itu pada calon pemimpin yang akan dipilih. Semakin besar persentase
kebaikannya maka semakin besar kelayakan untuk dipilih.
Untuk memilih pemimpin, yang pertama dapat dilihat adalah satunya antara
kata dengan perbuatan. Selanjutnya, sejauh mana mengutamakan kepentingan rakyat
dibanding kepentingan pribadi dan keluarga. Lalu apa yang telah diperbuat
sebelumnya, sehingga layak mengajukan diri untuk dipilih menjadi pemimpin.
Minimal tiga hal ini sebagai syarat utama, lalu konfirmasi ketiga hal itu maka
akan didapat pemimpin berkualitas yang akan mengantarkan rakyat Indonesia ke dalam
cita-cita keadilan sosial. Rakyat harus membiasakan diri mengkonfirmasi setiap
informasi supaya didapatkan kemantapan berpikir, lihat faktanya, adakah
kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan? Jika berkesesuaian maka benarlah
pernyataan atau informasi itu, jika tidak sesuai berarti salahlah pernyataan
atau informasi tersebut. Termasuk informasi dari tulisan ini, benarkah adanya?
Silakan pembaca uji!
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer