Penulis: Mansurya Ginting Manik
4 Tahun lalu, Dibaca : 1483 kali
Oleh Mansurya Ginting Manik
Saat ini jagat Jawa Barat sedang ramai memperbincangkan perilaku seseorang
yang mendapat penghargaan dari Pemerintah Jawa Barat Gubernur Ridwan Kamil
karena orang tersebut memiliki kemampuan berkata kasar dan caci maki. Adalah
Nandar Ukandar yang lebih dikenal dengan nama Ade Londok, video pendeknya viral
di media sosial karena gaya bahasa kasarnya campuran bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda dalam mempromosikan sebuah produk makanan pedagang kecil jenis
odading.
Pada saat itu, bahasa kasar Ade Londok dianggap sesuatu yang lucu dan
menarik, sehingga memberi efek positif bagi pedagang dan Ade Londok. Berkahnya,
pedagang odading naik omzet penjualannya dan Ade Londok diangkat jadi Duta
Kuliner oleh Gubernur Jawa Barat. Namun pada video pendek lain, unggahan Ade
Londok dengan bahasa kasar ketika mengomentari pengendara sepeda motor seorang
bapak dan anak perempuannya yang dibonceng di belakang dengan muatan penuh
barang juga menjadi viral serta mendapat reaksi negatif dari masyarakat.
Ditambah lagi reaksi Ade Londok dalam video pendek membalas reaksi negatif
masyarakat dengan caci maki yang berlebihan menjadikan bertambah negatif lagi
reaksi masyarakat. Bahasa kasar terkesan lucu dan tidak menimbulkan reaksi
negatif pada waktu dan tempat tertentu, tetapi pada tempat dan waktu yang lain
bahasa kasar akan menimbulkan ketersinggungan dan reaksi negatif bagi yang
mendengarnya.
Mengapa masyarakat memberikan reaksi negatif terhadap bahasa yang
disampaikan Ade Londok? Sesungguhnya hal tersebut adalah bentuk protes terhadap
Ridwan Kamil yang memberikan penghargaan dan fasilitas terhadap orang yang
memiliki kemampuan dan keberanian berkata kasar. Mengapa masyarakat protes,
karena hal tersebut bertentangan dengan kelaziman dan norma etika yang
diajarkan pada masyarakat Jawa Barat (khususnya orang Sunda) dan masayarakat
Indonesia pada umumnya tentang tata krama berbahasa.
Sejak awal ketika anak mulai diajar belajar berbicara, kemudian di dunia
pendidikan formal selama dua belas tahun, anak-anak diajarkan cara berbahasa
yang baik dan benar, bahkan menjadi mata pelajaran yang diberi nilai di
raportnya.
Tetapi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjungkirbalikkan semua tatanan
yang ada, hanya karena seseorang mampu menaikan omzet penjualan walau dengan
cara menabrak etika moral, oleh Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat dengan
serta merta memberi penghargaan yang tinggi kepada orang tersebut dengan
menjadikannya Duta Kuliner Jawa Barat. Penghargaan Ridwan Kamil adalah bukti
pembenaran dari bolehnya seseorang melabrak etika moral, efeknya para orang tua
dan pendidik menjadi kelabakan dalam menjelaskan pada anak-anak dan anak didiknya
bahwa dalam bergaul harus dengan bahasa yang sopan, santun dan saling
menghormati. Sebab “bahasa mencerminkan bangsa”.
Dari peristiwa ini, apa hikmah yang dapat diambil? Pertama;
betapa kuatnya media sosial dalam mempengaruhi persepsi masyarakat, begitu
sebuah peristiwa menjadi viral, dampaknya jadi luar biasa, bisa positif ataupun
negatif. Karena itu perbanyaklah isi media sosial dengan hal yang positif
supaya masyarakat menjadi lebih produktif. Kedua: semakin kuatlah
kesan yang sudah ada bahwa Ridwan Kamil dalam memimpin Jawa Barat, sihir
pencitraan tetap menjadi panglima, Ridwan Kamil mau melakukan panjat sosial
dengan momentum viralnya video pendek Ade Londok dalam mempromosikan kuliner
pedagang kecil. Kenaikan omzet penjualan dan keterkenalan pedagang odading
tersebut bukanlah hasil kerja dan karya Satuan Kerja Perangkat Daerah dan atau
Tim Akselerasi Pembangunan Jawa Barat yang dipimpinnya, tetapi akibat
kecelakaan viral di media sosial. Ridwan Kamil tidak memperhitungkan sisi
negatif ketika mengangkat seseorang yang berperilaku menyimpang dari etika
moral berbahasa yang baik dan benar, bagi Ridwan Kamil yang penting dia tetap
dicitrakan sebagai pemimpin yang peduli terhadap rakyat dan pedagang kecil.
Padahal usul fiqih menjelaskan “menolak mafsadat yang besar lebih
didahulukan dari mengambil manfaat yang kecil”. Janganlah gegara nila setitik
rusak susu sebelanga. Peristiwa ini jangan dianggap sepele, karena menjadi
keresahan para orang tua dan pendidik. Para siswa akan protes ketika gurunya memberi
nilai rendah karena siswa dinyatakan etika moralnya tidak sesuai dengan standar
yang diajarkan oleh para guru, para siswa akan menjadikan penghargaan Ridwan
Kamil atas peristiwa ini sebagai pembenaran tingkah laku mereka yang tidak
sesuai dengan etika moral.
Ketiga; para orangtua dan guru harus bekerja lebih keras lagi dalam menerangkan
dan mendidik anak-anak dan anak didiknya bahwa untuk menggapai prrestasi tetap
harus dengan cara-cara yang benar. Kalaupun kemarin Gubernur Ridwan Kamil
memberikan penghargaan, bukan karena bahasa kasar yang tidak sesuai dengan
etika moral sehingga orang tersebut diberi penghargaan, tetapi karena orang
tersebut berhasil membantu orang lain untuk meningkatkan penjualan dan
menaikkan ekonomi salah satu pedagang. Tentu penjelasan ini butuh proses,
walaupun tetap saja akan ada imbas negatifnya, sebab faktanya karena bahasa
kasarlah orang tersebut mendapat penghargaan.
Kitab Suci ummat Islam, Alquran dalam surah Al-Hujurat ayat 11 memberikan
tuntunan pada kita dalam bertutur kata, Allah berfirman “…janganlah kamu saling
mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk setelah beriman.
Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
------------------------------
Bandung, 24 Oktober 2020
# pegiat pendidikan
# persatuan orangtua peserta didik (portudik)
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer