Loading

SLBN A Kota Bandung Kembangkan Keterampilan Musik dan TIK


Penulis: Dadan Supardan
4 Tahun lalu, Dibaca : 924 kali


Tim Rampak Kendang SLBN A Kota Bandung bersama para pembimbing foto bersama dengan Presiden Jokowi pada kegiatan peringatan Hari Disabilitas Internasional tahun 2018.

BANDUNG, Medikomonline – Keterampilan musik serta teknik informatika dan komputer atau TIK menjadi pilihan Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) A Kota Bandung dalam memberikan skill kepada anak didik. Bagi siswa SMA kelas 10, pilihan keterampilan diberikan 24 jam pelajaran. Sedangkan bagi kelas 11 dan 12, diberikan 26 jam pelajaran dari total 42 s.d. 44 jam pelajaran (JP).

“Artinya hampir 50 persen lebih anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLBN A Kota Bandung dibelajarkan pada pilihan keterampilan,” ujar Kepala SLBN A Kota Bandung Wawan MPd kepada medikomonline.com, Kamis (28/11/2019) di ruang kerjanya.

Menurut Wawan, dua pilihan tersebut diambil dari kurang lebih 20 pilihan keterampilan yang disiapkan pemerintah. “Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa dan menjadi otoritas masing-masing satuan pendidikan,” tutur Wawan seraya menegaskan, pilihan keterampilan di struktur memang diberikan dalam rangka memberikan jaminan kemandirian bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Terkait dengan musik, jelas Wawan dibagi menjadi dua. Yaitu musik modern dan musik tradisional. Musik modern output-nya diharapkan setelah melakukan praktik kerja industri (prakerin), anak-anak hidup mandiri dari keterampilan bermusiknya. Mereka bisa manggung secara regular di beberapa tempat. Di kafe, di restoran atau di tempat lainnya.

Dalam hal ini, Wawan mencontohkan alumnus SLBN A Kota Bandung, Hendra yang mampu meniti karier bermusik secara profesional.

“Alumni kita ada Pak Hendra jago musik di kegiatan event-event artis. Dia sudah diminta mengaransemen beberapa musik untuk ditayangkan di Indonesian Idol,” imbuhnya seraya menambahkan anak-anak didiknya juga sudah memproduksi CD berisikan sembilan lagu. Mulai dari proses penciptaan, aransemen hingga ke rekaman dilakukan oleh anak-anak.

Pada konteks keterampilan musik tradisional, tambah Wawan, ada dua jenis. Yaitu, degung dan rampak kendang. “Kalau soal rampak kendang, rasanya rampak kendang pertama yang tuna netra di Indonesia. Tampilan yang paling anyar di hadapan Pak Gubernur kemarin di acara ‘Milenials Camp 2019’ di Cianjur. Dan di hadapan Pak Presiden juga pernah tampil pada peringatan Hari Disabilitas Internasional tahun 2018 kemarin,” ungkap alumnus Jurusan PLB UPI Bandung ini.

Yang kedua pilihan keterampilan teknik informatika dan komputer (TIK). Dikatakan, sebenarnya ada beberapa keterampilan spesifik TIK tertentu yang bisa diajarkan pada tuna netra. Dengan berbekal keterampilan TIK yang diberikan sekolah ini, tukas Wawan, ada beberapa bank yang mempekerjakan alumni.

“Nah, kesimpulannya memang khusus untuk tuna netra pada konteks vokasional itu mendorong anak-anak terampil dengan keterampilan musik dan TIK. Kan tantangan ke depan lebih ke arah sana sebenarnya,” imbuh Wawan.

Di sisi lain, tambahnya, ada sebagian anak yang mempunyai keinginan besar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi (PT). Ia sangat bersyukur, walaupun banyak rintangan di tahun 2018 ada dua lulusan SLBN A Kota Bandung yang berhasil menembus PT melalui jalur UMPTN.

“Karena sekarang harus melalui UTBK. Ujian tertulis berbasis komputer. Dan dari enam siswa kita kemarin ada dua yang masuk PT melalui UTBK,” tuturnya.

Terkait dengan guru keterampilan pilihan, Wawan mengaku masih menjadi kendala di SLB. Pasalnya, di satu sisi dituntut profesional dan linieritas. Akan tetapi pada praktiknya, penempatan GTK di SLB masih pada posisi lulusan S1 PLB. Sementara tuntutan kurikulum tidak an sich hanya untuk lulusan S1 PLB. “Karena perlu keterampilan musik dan sebagainya,” ujarnya.

Menyikapi hal tersebut, Wawan menjalankan dua strategi. Pertama mengoptimalkan SDM yang ada. “Kebetulan ada pengajar yang memang S1-nya musik. Dia ditempatkan di sini. Selain itu, juga ada beberapa tuna netra yang bukan lulusan S1 musik, tetapi memiliki keterampilan bermusik,” ungkap Wawan.

Strategi kedua, tambahnya, melalui kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Jawa Barat. “Contohnya dengan Telkom University bekerja sama dalam hal pengembangan kapasitas guru di bidang TIK untuk ditransfer kepada anak-anak,” pungkasnya. ***

Tag : No Tag

Berita Terkait