Penulis: Dadan Supardan
3 Hari lalu, Dibaca : 50 kali
Bandung – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hak Asasi Manusia (KemenHAM) Jawa Barat, Hasbullah Fudail, mengajak Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) untuk berkolaborasi dalam penguatan toleransi dan dialog keberagaman di Jawa Barat. Ajakan tersebut disampaikan dalam pertemuan di Ruang Saroso, Kantor Wilayah KemenHAM Jawa Barat, Jln. Jakarta No. 27, Kebonwaru, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Kamis (28/8).
Pertemuan itu
turut dihadiri delegasi DPD KNPI Jawa Barat, di antaranya Wakil Ketua Ramdan
Maulana, Urik Yanto Prasetyo, Andreas S. S., Muhammad Andi Purbaya, Rhana
Soemadiredja, dan Dhita Husein.
Hasbullah
menyampaikan bahwa KNPI akan dilibatkan sebagai peserta pada rangkaian kegiatan
kunjungan Menteri HAM RI, Natalius Pigai, bersama Gubernur Jawa Barat, Dedi
Mulyadi, pada Senin (2/9). Agenda meliputi kunjungan ke Gedung Serbaguna
Arcamanik serta dialog keberagaman di Gedung Pakuan Jawa Barat. Menurutnya,
momentum tersebut penting untuk menjawab stigma intoleransi yang masih melekat
pada Jawa Barat.
Selain itu,
Hasbullah juga mendorong KNPI untuk mengkoordinasikan anggotanya di seluruh
cabang kota dan kabupaten Jawa Barat agar mendaftar sebagai Garda HAM, yaitu
Anggota Komunitas Pemuda Pelajar Pencinta HAM Jawa Barat (KOPPETA HAM Jabar) di
tingkat kota/kabupaten. Ia menekankan bahwa KNPI dirangkul sebagai unsur pemuda
dalam KOPPETA HAM, yang berdampingan dengan unsur pelajar dari kalangan siswa
dan mahasiswa.
Pertemuan ini juga
dihadiri oleh Muhammad Damar Setyo Kumoro, selaku delegasi KOPPETA HAM Jabar
sekaligus pemagang di Kanwil KemenHAM Jawa Barat.
Dalam paparannya,
Hasbullah menyoroti sejumlah kasus yang kerap disebut sebagai intoleransi,
seperti kasus di Cidahu, Gedung Serbaguna (GSG), dan Caringin Garut.
Menurutnya, persoalan-persoalan tersebut lebih sering dipicu faktor
sosial-ekonomi ketimbang murni intoleransi. “Rata-rata masalahnya adalah soal
ekonomi dan kurangnya sinergi antar-tokoh lintas agama. Ketika dialog lintas
iman tidak menyatu, maka gesekan mudah terjadi,” jelasnya.
Lebih lanjut,
Hasbullah menegaskan bahwa stigma intoleransi terhadap Jawa Barat perlu dijawab
dengan pendekatan yang membumi. Ia juga mengisahkan latar belakang dirinya
sebagai orang Bugis yang sejak 1996 menjadi PNS di Cianjur, menikah dengan
perempuan asal Garut, dan telah lama berakar di wilayah Priangan. Karena itu,
ia memiliki rasa memiliki dan keterikatan batin terhadap Jawa Barat.
“Saya merasa malu
jika Jawa Barat sampai dicap sebagai daerah paling intoleran, padahal
masyarakat kita sejatinya berakar pada budaya toleransi,” ungkapnya.
Di akhir
pertemuan, Hasbullah menyerahkan buku karyanya berjudul “HAM dalam Ragam
Dimensi” sebagai kenang-kenangan dan cinderamata untuk KNPI Jawa Barat.
Penyerahan buku tersebut menjadi simbol komitmen bersama dalam membumikan nilai-nilai
hak asasi manusia di kalangan pemuda Jawa Barat.
Sementara itu,
perwakilan DPD KNPI Jawa Barat menekankan bahwa penyelesaian isu intoleransi
lebih efektif bila menggunakan cara-cara yang dekat dengan generasi muda.
“Pendekatan generasi muda harus dikedepankan, karena cara-cara lama sering kali
tidak lagi relevan,” ujar perwakilan KNPI.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
Indramayu Diguncang Gempa Magnitudo 4.4, Kedalaman 280 Kilometer
SAU7ANA Come Back