Loading

Paguyuban Pasundan Menjadi Rujukan Politik Nasional


Penulis: Dadan Supardan
4 Tahun lalu, Dibaca : 1488 kali


Andri Perkasa Kantaprawira

BANDUNG, Medikomonline.com – Paguyuban Pasundan memasuki usia ke-106 pada 20 Juli 2019 nanti. Banyak yang mengapresiasi melihat kiprahnya yang mampu bertahan melebihi satu abad. Andri Perkasa Kantaprawira misalnya, merasa bangga dengan Paguyuban Pasundan sebagai perhimpunan perjuangan etnonasionalisme yang masih eksis pascakomitmen kebangsaan Sumpah Pemuda 1928.

 

“Organisasi yang melebihi usia Republik Indonesia,” imbuhnya kepada medikomonline, Rabu  (26/6/2019).

 

Pupuhu Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis) tersebut berefleksi, terkait dengan Milangkala ke-106 tahun Paguyuban Pasundan terpancar kebanggaan dan rasa hormat generasi Sunda atas eksistensi dan perjuangan Ketua Paguyuban Pasundan Otto Iskandar di Nata.

 

Menurut Andri, sumbangsih perjuangan kepada Sarakan dan Republik sangat nyata dari keterlibatannya di Panitia BUPKI, isi teks Proklamasi, pembentukan PETA sebagai cikal bakal tentara nasional dan pekik Merdeka.

 

Lalu dilanjutkan oleh Sang Sekjen Paguyuban Pasundan sebagai kader terbaik, PM Ir. Djuanda dengan perjuangannya di kancah dunia terkait dengan Archipelago State dan Wawasan Nusantara yang membuat Indonesia seluas sekarang. 

 

Legacy ini yang harus dilanjutkan dengan terus melahirkan, mendorong, dan mengajak kader-kader Sunda berkontribusi menancapkan marwah Ki Sunda dalam eksistensi kenegaraan di kancah Nasional dengan pemikiran dan sumbangsih kebangsaan yang melampaui zamannya untuk kehidupan kewargaan dan kebangsaan Indonesia yang adil berkemakmuran,,” ungkap Andri.

 

Dikatakan, Paguyuban Pasundan berhasil menancapkan fondasi kukuhnya. Salah satunya berkat keberadaannya di bidang pendidikan. Kontribusi di bidang pendidikan telah eksis dengan menunjukkan output lahirnya alumni-alumni yang berkarakter, berintegritas, dan memberikan sumbangan nyata terhadap dunia keilmuan, sosial ekonomi kemasyarakatan, dan kenegaraan.

 

Selain itu, dengan dibangunnya infrastruktur sosial ekonomi, kesehatan dan tetap eksis untuk menjadi suara kebenaran dalam merespons masalah-masalah sosial dan kebijakan publik di Jabar dan nasional, menjadikan Paguyuban Pasundan tetap merupakan tetengger dan papayung marwah Pasundan di kancah Nasional.

 

“Paguyuban Pasundan telah mengalami masa kejayaannya dari zaman Ottista sampai dibubarkan masa Jepang 1942, masa tunggara sejak meninggalnya Ottista, transisi eksistensi dengan tokoh Ir. Djuanda, dan menjadi partai politik-Partai Kebangkitan Indonesia 1955 sampai Dekrit Presiden 1959,” tutur Andri seraya berharap dari 1959 hingga sekarang menjadi fase kebangkitan kembali dengan memperkuat dan memprofesionalkan tata kelola semua infrastruktur organisasi yang dimilikinya. Terlebih di bidang pendidikan dan pemikiran-pemikiran kebudayaan untuk menjadi mercusuar kebangkitan pilar-pilar suku bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan kesatuan nasional yang berkeadilan, berkemakmuran dan ber-Bhineka Tunggal Ika.

 

Pilar keberadaan bidang pendidikan serta keterlibatan dalam pergerakan dan pergolakan diskursus sosial kemasyarakatan dan kenegaraan, membuat Paguyuban Pasundan ada dan tetap mengada dengan segala dinamika harapan publik Sunda terhadap peran optimalnya.

 

Ia juga menilai Pasundan (Jawa Barat, DKI, Banten) kini telah menjadi wilayah yang mengalami perkembangan pesat akibat menjadi pusat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional.

 

“Dengan demikian, saat ini memiliki banyak permasalahan sosial bahkan kita terutama mengalami banyak kedaruratan yang tentunya paling mayoritas dialami oleh masyarakat aslinya yaitu orang Sunda. Yaitu darurat agraria dan tata ruang, darurat ekonomi dan kesenjangan sosial, darurat lingkungan dan budaya, darurat representasi dan artikulasi politik sehingga memerlukan banyak organisasi perjuangan yang mentransparansikan dan mederegulasikan semua tekanan ekonomi pasar bebas ini untuk memproteksi posisi Urang Sunda dalam pembangunan nasional,” ungkap Andri. 

 

Paguyuban Pasundan sebagai organisasi pergerakan perjuangan etnonasionalisme, tandasnya, harus banyak terlibat dan melakukan pelibatan banyak stakeholder dalam dikursus-dikursus strategis tentang tatakelola wilayah Pasundan (Jabar, Banten, dan DKI Jakarta) di Nasional. Semua itu sebagai satu kesatuan wilayah ekonomi, sosial dan budaya, agar terjadi kolaborasi dan sinergisitas tidak seperti sekarang ini yang bersifat kanibalistik.

 

Lebih jauh Andri melihat Paguyuban Pasundan menjadi tempat rujukan diplomasi sosial, budaya dan politik nasional. Faktanya, terlihat dalam peristiwa peristiwa politik Nasional seperti Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2019.

 

“Kunjungan tokoh-tokoh nasional, Presiden/Calon Presiden 01 Joko Widodo dan Calon Wakil Presiden 02 Sandiaga Unno ke Paguyuban Pasundan merupakan bentuk apresiasi nyata terhadap posisi tawar Paguyuban Pasundan, baik sebagai simbol kultural maupun sebagai kekuatan elektoral dan posisi sikap dan opininya di nasional,” jelas Andri.

 

Menurutnya, posisi natural Paguyuban Pasundan sebagai simbol sosial kultural organisasi perjuangan tertua urang Sunda dan di Nasional harus menjadi kekuatan yang berpengaruh.  Melalui dikursus-dikursus (kekuatan pemikiran dan basis sosial), Paguyuban Pasundan harus   menguatkan posisi Urang Sunda di Nasional dan juga memperkuat persatuan dan kesatuan NKRI di masa depan sebagai negara multikepulauan dan multietnik yang ber-Bhineka Tunggal Ika sebagaimana dicontohkan legacy Djuanda melalui Wawasan Nusantara.

 

Dengan posisi kesejarahannya dan eksistensinya terutama kekuatan infrastruktur sosial, kultural, ekonomi dan intelektual sumber daya manusianya, Paguyuban Pasundan mampu menjadi wadah perhimpunan kaum bijak atau Dangiang Sunda (perhimpunan kelompok agamawan, intelektual, profesional, dan tokoh sosial budaya) yang melakukan banyak pembahasan dan pewacanaan masalah-masalah kewargaan, keumatan dan kebangsaan-kenegaraan.

 

“Paguyuban Pasundan harus terus melakukan pengarusutamaan pemikiran pemikiran visioner dan tindakan-tindakan aksi perlindungan terhadap apa yang merugikan lingkungan dan Urang Sunda di masa depan dan persatuan NKRI.  Mencegah keburukan-keburukan sebelum terjadi merupakan bentuk nyata organisasi perjuangan para Dangiang: kaum bijak, intelek, profesional, yang terus ada dalam denyut permasalah dan harapan rakyat,” imbuhnya.

 

Wilujeng Milad ka-106 Paguyuban Pasundan. Mugia ku kreta bener, gawe rahayu tanjeur na juritan jaya di buana.

Tag : No Tag

Berita Terkait