Prof. Dr. Drs. H. Endang Komara, M.Si
4 Tahun lalu, Dibaca : 1111 kali
Oleh ENDANG
KOMARA, Prof, Drs, Dr, M.Si
Guru Besar ASN Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IV Dpk pada Magister Pendidikan IPS STKIP Pasundan,
Ketua Dewan Pakar ASPENSI,
Ketua Dewan Pakar DPP GNP TIPIKOR
Komunitas Cinta
Indonesia-KACI # PASTI BISA #
Para siswa saat
ini yang belajar di Indonesia mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), SD, SMP,
SMA/SMK sampai kepada Pendidikan Tinggi terdiri atas generasi Z dan Alpa. Dua
generasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Sementara guru yang
mengajari mereka terdiri atas generasi Baby
Boomers, generasi X dan generasi Y atau generasi Millenial yang akan
mengambil alih secara berangsur-angsur menjadi Guru Generasi Millenial.
Generasi millenial
adalah kelompok demografi setelah generasi X (Gen-X) tidak ada batas waktu yang
pasti untuk awal dan akhir kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya
menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan
tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Millenial pada
umumnya adalah anak-anak genrasi baby boomers dan Gen-X yang tua. Millenial kadang-kadang
disebut sebagai ‘’Echo Boomers’’ (peningkatan
besar), tingkat kelahiran pada tahun 1980-an dan 1990-an. Untungnya di abad
ke-20 tren menuju keluarga yang lebih kecil di negara-negara maju terus
berkembang, sehingga dampak relatif dari ‘’Baby
Boom Echo’’ umumnya tidak sebesar dari masa ledakan populasi pasca Perang
Dunia II.
Menurut
Williamson dan Barkbun (2017) karakteristik guru Millenial, di antaranya: Pertama, sangat berpendidikan, cakap
berteknologi, kreatif, inovatif dan percaya diri. Kedua, berkomitmen untuk perubahan, berkeinginan terhubung, updated, dan terlibat di dunia kerja. Ketiga, semangat bekerja sama. Keempat, mencari kesempatan untuk berkembang dan hadapi
tantangan dengan jadwal yang tidak kaku. Kelima,
memiliki kecakapan kolaboratif.
Sifat-sifat ini sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan siswa millenial yang
cerdas dan heterogin dengan keunikan potensi dan kemampuan yang senantiasa
berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, inovatif, solutif dan komunikatif.
Dalam konteks
pembelajaran selalu mengalami perubahan yang signifikan, tidak hanya
mengandalkan ruang kelas dan praktek tunggal, atau materi pelajaran berdasarkan
silabus, tetapi guru millenial senantiasa melakukan berbagai hal, seperti: Pertama, menggunakan metode fleksibel.
Menyadari akan keunikan siswa dan gaya belajar yang berbeda, maka guru wajib
menyesuaikan metode pembelajarannya untuk hasil yang baik bagi siswanya, baik
berupa pemrosesan informasi, pemecahan masalah maupun pemberian pemahaman. Kedua, berpikir di luar kotak. Kini para
siswa dikenalkan tidak hanya lebih banyak pengetahuan berkadarkan rendah, namun
dituntut berpikir tingkat tinggi atau HOTS (High
Order Thinking Skills). Ketiga, belajar flipping.
Siswa biasanya diberi materi pelajaran yang sudah fixed. Kini guru diharapkan memberi bahan awal ke siswa sebelum
masuk kelas. Ketika kegiatan berlangsung siswa diajak diskusi terbuka untuk
memperkaya materi dengan sumber yang berbeda, baik dari media cetak maupun
media elektronik. Keempat, jenis
manajemen kelas yang berbeda. Pembelajaran dapat dilakukan di dalam dan di luar
kelas dengan optimalisasi teknologi informasi, sehingga diperlukan dukungan
infrastruktur yang memadai jaringan wifi dan
hotspot. Kelima, partisipasi dan
diversitas. Keenam, memiliki rasa
empati. Ketujuh, memiliki moralitas
yang tinggi.
Menurut hemat
penulis, guru Millenial merupakan faktor yang paling inti dalam memacu kualitas
pendidikan, sehingga peningkatan kualitas profesi guru adalah sebuah
keniscayaan. Pendidik yang profesional memiliki seperangkat kompetensi yang
dipersyaratkan untuk menopang tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Pendidik
profesional tidak hanya sekadar menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode
tapi juga harus mampu memotivasi peserta didik, memiliki kecakapan yang tinggi
dan berwawasan luas. Sehubungan dengan itu, kompetensi guru ini telaah dipersyaratkan
oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat (3) yang
meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional,
dan kompetensi sosial.
Menurut Fasli
Jalal (2008), bahwa pendidikan yang bermutu memiliki kaitan ke depan (Forward Linkage) dan kaitan ke belakang
(Backwatrd Linkage). Forward Linkage adalah
pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan
bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan
bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur, dan
sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang
bermutu. Backward Linkage adalah
pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada guru yang bermutu, yakni guru
yang profesional, sejahtera, dan bermartabat. Dari kedua kaitan tersebut, maka
diyakini bahwa guru merupakan satu-satunya faktor terpenting dalam mewujudkan
pendidikan yang unggul dan bermutu.
Sebagai faktor
tunggal dalama upaya peningkatan mutu pendidikan, maka guru yang bermutu adalah
harga yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Demikian pentingnya faktor guru,
maka sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas pada ham,pir semua bangsa
di dunia selalu mengembangkan kebijkan yang mendorong peningkatan guru yang
kompeten dan profesional. Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh
pemerintah di banyaka negara adalah kebijakan intervensi langsung menuju
peningkatan kualitas profesi sekaligus jaminan kesejahteraan serta perlindungan
terhadap profesi guru yang memadai. Beberapa negara yang mengembangkan
kebijakan ini antar lain Singapura, Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat.
Negara-negara itu memiliki peningkatan mutu guru dengan menerapkan kebijakan
yang langsung mempengaruhi mutu melalui sistem sertifikasi, termasuk bagi guru
yang sudah bekerja harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat
profesi guru. *** Semoga ***.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer