Loading

Prabowo Sahabat Baik Jokowi


Yayat Hendayana
4 Tahun lalu, Dibaca : 589 kali


MAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan menolak seluruh permohonan yang diajukan Tim Kuasa Hukum Paslon 02 Prabowo-Sandiaga Uno, karena dalil-dalil yang diajukannya tidak didukung oleh bukti-bukti yang kuat. MK juga menolak seluruh eksepsi yang diajukan termohon, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU). Oleh karena permohonan yang diajukan Paslon 02 ditolak, maka Paslon 01 Ir. Joko Widodo-KH Prof. Dr (HC) Ma’ruf Amin, dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2019-2024, sebagaimana ditetapkan oleh KPU.

Paslon 01 Jokowi-Ma’ruf Amin menanggapi keputusan MK itu dari Bandara Halim Perdana Kusuma, sesaat sebelum Jokwi berangkat menuju Jepang untuk menghadiri pertemuan puncak G-20. Jokowi mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang memiihnya sebagai presiden untuk periode kedua. Pasangannya sebagai wapres untuk periode kedua, 2019-2014, adalah KH Ma’ruf Amin. Selain itu ia juga menyatakan keyakinannya bahwa Prabowo akan menerima keputusan MK dengan legowo serta yakin bahwa Prabowo akan mendukung langkah-langkahnya untuk kemajuan Indonesia. Ia yakin, Prabowo juga berkeinginan untuk membuat Indonesia maju, dan lebh baik dari sekarang. “Saya meyakini kebesaran hati dan kenegarawanan sahabat baik saya Bapak Prabowo dan Bapak Sandiaga Uno. Beliau berdua mempunyai visi yang sama dalam membangun Indonesia ke depan, Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang lebih maju, adil, sejahtera.”

            Bagaimanakah tanggapan Paslon 02 Prabowo- Sandiaga Uno yang oleh Jokowi disebut “sahabat baik” itu? Dari markas Paslon 02 di Jl. Kartanegara, Prabowo menanggapi keputusan itu terkesan dengan penuh kekecewaan. Prabowo menyatakan menghormati keputusan MK itu. Tetapi, sekalipun dia tentu saja tahu bahwa putusan MK bersifat final dan mengikat, ia masih saja menyatakan untuk merundingkan dengan Tim Hkum dan para pimpinan partai koalisi pendukungnya, tentang langkah hukum yang mungkin akan dilakukannya. Prabwo, sang “sahabat baik” itu tidak legowo menerima keputusan MK itu. Rupanya, ia masih saja berpendapat bahwa kemenangan Paslon 01 dilakukan dengan cara-cara yang curang. Ia masih tetap merasa bahwa suaranya “digarong” sehingga menyebabkannya kalah. Padahal menurut perhitungan internalnya, seharusnya jumlah suara Paslon 02 mampu mengalahkan suara Paslon 01.

             Frasa “sahabat baik” yang digunakan Jokowi tidak bermakna denotatif, melainkan kontatif. Frasa “sahabat baik” itu digunakan untuk mencegah berkepanjangannya perpecahan di kalangan akar rumput. Di akar rumput, pendukung fanatik 02 menunjukkan dirinya dengan sangat demonstratif. Kontras dengan pendukung 01 yang terkesan tidak emosional. Jika kedua kubu sama-sama “kerasnya”, perpecahan di negeri ini tentu tak bisa dihindari. Frasa “sahabat baik” tentu dimaksudkan pula agar di akar rumput tak ada lagi kubu-kubuan, karena yang berkontestasi dalam pilpres adalah “para sahabat baik”. Jadi, jika terjadi silang sengketa, hanyalah silang-sengketa antarsahabat, yang tak bakal berkepanjangan.

Jokowi sudah menyatakan akan menjadi presiden untuk seluruh rakyat. Tentu termasuk rakyat yang dalam pemilu lalu mendukung Paslon 02. Oleh karena itu Jokowi mengharapkan agar seluruh rakyat bersatu untuk bersama-sama membangun Indonesia menuju Indonesia “yang lebih baik, yang lebih maju, adil, dan sejahtera”.  Persatuan di kalangan akar rumput itu akan terwujud jika diteladani oleh para elitnya. Jokowi yang terpilih kembali sebagai Presiden RI menyadari tentang pentingnya keteladanan itu, sehingga ia berulangkali mengusahakan pertemuan dengan Prabowo. Hanya jika pertemuan itu terjadi, kemudian dua sosok yang sebelumnya berkontestasi untuk menjadi presidan itu berangkulan, atau berpelukan, atau apapun yang mengisyaratkan the game is over,  dan saatnya berdamai dan bersatu untuk bersama-sama membangun negeri, akar rumput akan mengikuti.

Prabowo “sang sahabat baik” itu terkesan masih saja belum welcome terhadap niat baik Jokowi itu. Kita yakin, sepanjang pertemuan antara keduanya belum berlangsung, sepanjang itu pula akar rumput dari kubu 02 akan tetap  bersikap demonstrtif. Sepanjang itu pulalah, pemerintahan di bawah Jkowi akan disibukan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat kontraproduktif.  Indonesia yang diharapkan “maju, adil, dan sejahtera” akan menjadi sekadar utopia semata.***

 

 

Dr. Yayat Hendayana, pengajar program

Sarjana dan pascasarjana Unpas.

 

 

 

 

 

 

Tag : No Tag

Berita Terkait