Loading

Sudah Sepatutnya Paguyuban Pasundan Menjadi Bintang Penerang


Mansurya Manik
4 Tahun lalu, Dibaca : 938 kali


Saya sampaikan Dirgahayu Paguyuban Pasundan. Di usia yang ke-106 pada 20 Juli 2019, Paguyuban Pasundan sudah sangat teruji menapaki lika liku perjalanan panjang sebuah organisasi sebagai biduk, mengarungi samudera luas dalam membina anggotanya dan masyarakat pasundan serta Indonesia  menuju cita cita bangsa Indonesia yang adil dan makmur.

Kontribusi yang paling menonjol dari Paguyuban Pasundan adalah mampu menjaga sistem nilai adiluhung yang dimiliki masyarakat Pasundan untuk selalu ”siger tengah” menjadi ummatan wasathan. Saya dapat katakan orang sundalah prototipe dari firman Allah: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu ummat “Siger Tengah” agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan kamu. (Qs.2:143). 

Hal in dapat dibuktikan ketika pada masa awal pembentukan Negara Indonesia, ada dua kutub ketokohan yang sangat kuat pada waktu itu yaitu kutub Soekarno (Jawa) dan Mohammad Hatta (Sumatera) maka Otto Iskandar Di Nata tokoh Paguyuban Pasundan yang membuat jalan tengah dengan mengusulkan agar Soekarno menjadi presiden Republik Indonesia dan Mohammad Hatta menjadi Wakil Presdien Republik Indonesia dengan konsep “Dwi Tunggal” di mana keduanya, Soekarno-Hatta adalah satu.

Dan usul itu disetujui oleh forum Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanpa ada sanggahan.  Adalagi contoh lain yang dapat kita nukilkan di sini. Di penghujung tahun 1950-an setelah Pemilihan Umum tahun 1955, Indonesia dalam gonjang-ganjing politik yang tidak ada ujungnya, partai politik saling menjatuhkan, pemerintahan hanya seumur jagung, semua saling mencurigai. Lalu tampilah “sang siger tengah-ummatan wasathan” tokoh Paguyuban Pasundan, sekaligus tokoh Persyarikatan Muhammadiyah. Dialah Ir. Djoeanda Kartawidjaja politisi tanpa partai menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia dari 9 April 1957-9 Juli 1959.

Pada masa pemerintannya, semua partai mendukung kepemimpinannya. Padahal beliau bukan dari partai manapun. Kontribusinya untuk kejayaan Indonesia sangat besar. Indonesia mendeklarasikan diri  sebagai negara maritim menyatukan lautan sebagai daratan adalah hasil karya pada masa tokoh Paguyuban Pasundan berkuasa, Ir. Joeanda Kartawidjaja sebagai Perdana Menteri dan Mochtar Koesoema Atmadja sebagai akademisi yang membuat konsep akademik Indonesia sebagai negara maritim.

Selain itu ada Raden Dewi Sartika, tokoh Paguyuban Pasundan sekaligus tokoh pendidikan dan tokoh pendobrak hak-hak perempuan yang selama ini terabaikan, dan tentu banyak lagi pembangunan lainnya yang telah dilakukan oleh Paguyuban Pasundan untuk kemajuan serta kejayaan Jawa Barat dan Indonesia

Yang paling utama adalah kemampuan Paguyuban Pasundan untuk selalu berada pada jalan tengah, dan kesadaran ini ditularkan pada para kadernya melalui institusi pendidikan yang dikelola oleh Paguyuban Pasundan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Paguyuban Pasundan tetap menjalin silaturahim menjaga kedekatan yang sama pada penguasa pemerintahan dan masyarakat. Hal ini yang membuat Paguyuban Pasundan sangat diterima bahkan dirindukan semua pihak terutama ketika ada  masalah yang pelik, Paguyuban Pasundan selalu hadir memberi solusi dengan konsep “herang caina, beunang laukna”. Memberi solusi tanpa ada satu pihak pun yang merasa dirugikan atau dikalahkan.

Kita berharap Paguyuban Pasundan untuk terus mengembangkan kiprahnya pada semua bidang, menjadi suluh penerang bagi masyarakat yang sedang terombang-ambing akibat derasnya informasi yang tidak bertanggung jawab.

Selama ini Paguyuban Pasundan  cukup menonjol berkiprah pada bidang pendidikan, sangat bagus jika setiap pengurus Paguyuban Pasundan tingkat kecamatan memiliki satu unit sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas di bawah naungan Paugyuban Pasundan. Kenapa ini perlu dilakaukan? Karena berdasarkan data BPS Jawa Barat, tahun 2017, rata-rata lama sekolah (RLS) masyarakat Jawa Barat hanya 8,14 tahun atau setara dengan kelas dua SMP (Sekolah Menengah Pertama).

Jumlah penduduk yang besar tetapi kualitas sumber daya manusia yang rendah hanya akan menjadi beban sosial dan menjadi sumber terjadinya konflik horizontal. Karena itu kehadiran Paguyuban Pasundan untuk mendirikan sekolah-sekolah di wilayah terpencil di Jawa Barat sangat penting untuk dilakukan.

Peran dan pengaruh Paguyuban Pasundan di tingkat nasional pada saat ini, sangat jauh menurun dibandingkan pada masa-masa awal kemerdekaan sampai dengan akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, tokoh Paguyuban Pasundan yang turut berperan langsung mengelola negeri ini. Kalau sekarang yang ada hanya menjadikan Paguyuban sebagai baju atau Paguyuban Pasundan yang memberi baju pada para tokoh di tingkat national. Paguyuban Pasundan tidak mampu mengelola potensi yang dimilikinya. 

Dengan 20% suara pemilih berasal dari suara warga Jawa Barat dari jumlah pemilih di seluruh Indonesia dan pemilik 17% jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakya Republik Indonesia, seharusnya Paguyuban Pasundan memiliki daya tawar yang cukup untuk memengaruhi kebijakan-kebijakan di tingkat nasional. Yang paling sederhana adalah mempengaruhi pemerintah untuk menganggarkan alokasi dana yang cukup untuk pembangunan di Jawa Barat. Karena alokasi dana dari pemerintah untuk Jawa Barat lebih kecil dibandingkan dengan Jawa Tengah.

Harapan kita semua, Paguyuban Pasundan sebagai organisasi kedaerahan yang turut mendirikan Republik Indonesia. Salahsatu organisasi kedaerahan pelaku sejarah yang masih ada sampai saat ini. Yang pada masanya telah mampu menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia. Maka menjadi kewajiban generasi Paguyuban Pasundan abad ke 2 harus mampu menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan potensi, pengalaman dan modal sosial yang dimiliki, sudah sepatutnya Paguyuban Pasundan menjadi bintang penerang, pemandu bagi masyarakat Jawa Barat dan rakyat Indonesia pada umumnya.  

Haturnuhun 

Berita Terkait