Idris Apandi
4 Tahun lalu, Dibaca : 1116 kali
Oleh: Idris Apandi
(Anggota Dewan Pendidikan Jawa Barat Masa Jabatan 2019-2024/Komunitas Cinta Indonesia-KACI # PASTI
BISA #)
Dalam rangka menyiapkan Sumber Daya Daya Manusia (SDM) yang
kompetitif, memiliki kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) yang
sesuai dengan kebutuhan dan tututan dunia kerja, Gubernur Jawa Barat Ridwan
Kamil tengah menyiapkan sebuah badan yang bernama Komite Vokasi Daerah Provinsi
Jawa Barat. Keputusan Gubernur sebagai payung hukum komite saat ini sedang
diproses.
Menurut saya, keberadaan komite ini cukup penting di Jawa
Barat karena selain untuk menyiapkan SDM yang siap kerja juga siap berwirausaha,
sehingga berdampak terhadap penurunan angka pengangguran di Jawa Barat. Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) berdasarkan
provinsi paling banyak ada di Jawa Barat. Persentasenya mencapai 7,73% atau
sekitar 527.186 orang. (www.detik.com., 06/05/2019). Dari jumlah tersebut,
lulusan SMK sebanyak 16,97% menjadi penyumbang pengangguran di Jawa Barat. Hal
ini tentunya menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh gubernur Jawa
Barat khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan vokasi.
Rendahnya mutu SMK bisa disebabkan oleh beberapa faktor
seperti kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, rendahnya
mutu guru termasuk (guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya/miss match), mutu sarana dan prasarana (mutu ruang kelas, mutu
bengkel kerja, mutu alat-alat praktik, dll.). Berdasarkan data Dapodik
Kemendikbud, jumlah SMK di Jawa Barat sebanyak 2.942 buah yang terdiri dari 287
SMK Negeri dan 2655 SMK swasta.
Jawa Barat dikenal dengan provinsi pendidikan karena banyak
sekolah atau perguruan tinggi negeri dan swasta yang menjadi rujukan di tingkat
nasional. Banyak orang luar Jawa Barat yang belajar di Jawa Barat. Oleh karena
itu, hal ini perlu menjadi modal yang strategis dalam peningkatan mutu SDM.
Selain itu, provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 27 kabupaten/kota ini
memiliki berbagai potensi ekonomi yang bisa dikembangkan dan memiliki daya
saing, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Potensi ekonomi yang ada di Jawa Barat mulai potensi
pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, kelautan, industri, pariwisata,
teknologi, ekonomi kreatif, dan sebagainya, sesuai dengan karakteristik daerah
masing-masing. Untuk menggarap berbagai potensi ekonomi tersebut, tentunya
harus dipersiapkan SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang bukan hanya siap
mencari kerja, tetapi juga yang siap menciptakan lapangan (wirausaha), karena
kalau hanya mengandalkan lapangan kerja yang disediakan oleh dunia usaha dan
industri, lulusan-lulusan SMK tidak akan tertampung.
Hadirnya Komite Vokasi diharapan bagian dari solusi
meningkatkan mutu SDM yang berdampak terhadap semakin rendahnya jumlah
pengangguran di Jawa Barat. Komite ini tentunya harus terdiri dari berbagi
pemangku kepentingan (stake holder) baik dari unsur pemerintah (dinas-dinas
terkait) maupun dari unsur Dunia Usaha/ Industri (DUDI). Dengan kata lain,
peningkatan mutu SMK harus dilakukan secara sinergi, kolaboratif, dan
terkoordinasi antarberbagai stake holder.
Dalam konteks kurikulum, kurikulum SMK perlu terus
dievaluasi, minimal setahun sekali, karena harus memperhatikan kebutuhan dunia
kerja. Oleh karena itu, pada saat penyusunan dan evaluasi kurikulum, setiap SMK
harus melibatkan DUDI. SMK-SMK meminta input profil kompetensi lulusan seperti apa
yang diperlukan oleh mereka. Sebagai tindak lanjutnya, SMK bisa saja mengurangi
atau menutup program kompetensi yang sudah kurang diperlukan oleh DUDI,
melakukan inovasi kurikulum pada program kompetensi yang sudah ada, dan membuka
program kompetensi yang baru.
Secara normatif, dalam menyusun Standar Kompetensi Lulusan,
SMK bisa mengacu kepada Standar Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI adalah
rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan/atau
keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan. Tim pengembang kurikulum SMK sebaiknya bukan hanya
terdiri dari guru-guru saja, tetapi juga pakar, ahli, atau praktisi DUDI sesuai
dengan program kompetensi yang dibuka di SMK tersebut. Dan di era digital saat
ini, pengembangan kurikulum SMK tentunya harus memanfaatkan kepada pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Peran DPJB
Dewan Pendidikan Jawa Barat (DPJB) sebagai mitra pemerintah
provinsi Jawa Barat tentunya mendukung berbagai upaya gubernur Jawa Barat dalam
meningkatkan mutu pendidikan, khususnya mutu pendidikan vokasi, karena hal ini
menjadi masalah yang perlu menjadi prioritas yang harus diselesaikan oleh
Gubernur. Unsur dari DPJB dengan senang hati jika menjadi bagian dari Komite
Vokasi tersebut dan ikut mewarnai dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
berkaitan dengan peningkatan mutu SMK dalam mencapai visi Jabar Juara Lahir
Batin. *
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer