Penulis: Herz_Mdkm/Editor: Mbayak Ginting
2 Tahun lalu, Dibaca : 1632 kali
KAB. PANGANDARAN, Medikomonline.com - Pekerjaan
pemasangan beronjong di Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten
Pangandaran, Propinsi Jawa Barat baru – baru ini ramai pemberitaannya di beberapa
media online.
Sugianto yang akrab disapa Ato selaku
kontraktor/penanggungjawab pekerjaan pasangan beronjong di Dusun Pasar Rt. 02,
Rw 01, Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran asal
Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, kepada Medikomonline,com Jum”at (20/05/2020) di lokasi pekerjaan
mengatakan, dirinya mengerjakan pekerjaan beronjong ini sudah sesuai
spesifikasi pekerjaan atau RAB yang ada. Kegiatan
ini bersumber dari BBWS Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy.
Dirinya menyampaikan, selama ini beberapa hari ke belakang, ada
beberapa media online yang memberitakan miring pekerjaannya dengan dugaan tidak
sesuai spesifikasi pekerjaan atau asal – asalan serta mengurangi spek.
Akan tetapi,
menurutnya, berita itu sepihak alias tidak berimbang. Wartawan tidak ada
satupun yang mengkonfirmasi dirinya terlebih dahulu, sebelum muncul pemberitaan.
“Itu pun patut dipertanyakan nara sumber yang
mempertanyakan hal tersebut. Kapasipatas sebagai apa, apakah tahu betul spesifikasi
pekerjaan beronjong. Alih – alih, malah ada yang bilang kawat beronjongnya
tidak SNI,”celetuknya.
Dikatakan Ato, dirinya senang – senang saja ada kedatangan wartawan
atau siapapun selaku kontrol sosial hendak mengkonfirmasikan kepadanya. Baginya
semua rekan, apalagi wartawan sebagai kontrol sosial dalam tugasnya pun
dilindungi Undang – Undang/peraturan yang ada. Hanya saja dengan adanya
pemberitaan yang sepihak itu jelas ini merugikan dirinya, karena berita tidak
berimbang, wartawan seperti tidak ke lokasi pekerjaan dan menguji kebenaran
informasi.
Lanjut Ato, wartawan kesannya menjustifikasi, tendensius dalam menyajikan beritanya. Seperti
pekerjaan tidak sesuai spesifikasi, kawat beronjong tidak SNI dan diduga
mengurangi volume pekerjaan.
Baginya hal itu tidak mengapa, sepanjang wartawan menulis berita sesuai
kejadian/fakta di lapangan dan wartawan
benar – benar meninjau ke lokasi. “Syukur – syukur bisa mengkonfirmasi langsung ke kami
selaku rekanan pemborong. Ini sama sekali tidak ada sedikit pun wartawan yang
sudah menulis berita itu, mengkonfirmasi dirinya. Jelas ini membuat jengkel,” katanya.
Dirinya lebih senang, jika misal wartawan atau narasumber mengatakan
tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan pemasangan beronjong ini sambil bisa
menujukan atau bukti otentik yang ada misalnya.
Ato menambahkan, ia pun lebih senang jika hal tersebut langsung bisa
sambil menunjukan dugaan/indikasi yang tidak sesuai. “Karena masukan kami dari jurnalis atau siapapun
sepanjang demi kebaikan dan sesuai spesifikasi, maka ini akan sangat membantu
kami,” tuturnya.
Foto
: Pekerjaan Beronjong SNI Zonka dan batu belah dari luar daerah bukan batu
lokal.
“Selama pekerjaan, kami memasang memakai kawat beronjong SNI karena
kami mengambil dari Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy, Kota Banjar. Mengingat
sebelum dimulai pekerjaan, kami juga harus menyampaikan pemberitahuan sekalian
permohonan surat permintaan dari Pemerintah Desa setempat kawat beronjong ke
kantor BBWS Citanduy,” ujarnya.
Yuli rekan sekerja Ato yang hampir setiap
hari semasa pekerjaan ada di lokasi
pekerjaan menuturkan, “Selama ini tidak ada
wartawan yang datang mengkonfirmasi dirinya, lagi – lagi di saat pekerjaan berlangsung, ini tidak ada. Bahkan
hampir setiap hari selama pekerjaan berlangsung kami ada dilokasi.” Namun kini juga tiba – tiba muncul berita yang
menurutnya ini sepihak dan sangat merugikan kontraktor.
“Kami
tidak mengapa dan tidak alergi kepada wartawan atau
kontrol sosial lainnya, apalagi menghalang – halangi tugas wartawan misalnya.
Sepanjang wartawan itu juga profesional dalam mengkonfirmasi tentu kami senang,
apalagi ada masukan yang baik buat kami, ini malah lebih yang diharapkan. Ini
mah selama pekerjaan berlangsung, wartawan tidak ada yang mengkonfirmasi terkait pekerjaan ke kami, tiba – tiba
muncul pemberitaan yang tidak berimbang,” celetuknya.
Ato juga menyampaikan, bahwa dirinya memasang beronjong
ini adalah pekerjaan dari BBWS Citanduy sifatnya penunjukan dari Operasi dan
Pemeliharaan BBWS Citanduy semata ini penanggulangan bencana dan batu
materialnya pun semua pakai di luar wilayah, bukan batu lokal/sekitar.
Anggarannya seluruhnya kurang lebih sebesar Rp.78.000.000, (tujuh puluh
delapan juta). “Dan kami dibayar pemerintah hanya sebatas upah tenaga dan bahan, dan anggaran itu belum dipotong pajak,” jelasnya.
Berkenaan dengan adanya isu dalam pemberitaan yang tidak dikonfirmasi wartawan atau cek
dan ricek ke lapangan, Ato mengatakan, harusnya
wartawan itu menguji kebenaran informasi yang didapat, jangan lantas baru
sebatas informasi terus jadi berita. Wartawan dalam menulis berita itu harus
berimbang, dan juga memiliki rasa tanggungjawab. Semisal
sebelum terbit harusnya mengkonfirmasi terlebih dahulu ke pelaksana pekerjaan
atau yang bertanggungjawab pekerjaan di sini.
“Semua
arahan RAB atau pun spesifikasi, kami perhatikan betul, mengingat kami juga tidak
ingin ada masalah.
Hanya saja dikatakan kawat
beronjong tidak SNI, kami sehelai kawat beronjong satu pun tidak memakainya
kata lain yang bukan SNI, itu semua SNI,” katanya.
Dirinya pun siap membongkar jika ada pekerjaan sepanjang 30 meter
dengan ketinggian kurang lebih tiga koma 5 meter (3,5 meter) itu atau sebanyak
tujuh traf pasangan beronjong.
Berkaitan dengan tidak pasang papan informasi, Ato menjelaslan, “Kami sampaikan bahwa kami dalam RAB atau
kontrak pun, kami tidak harus memasang papan informasi. Kami hanya mengelola
atau mengerjakan sebagaimana perintah BBWS Citanduy yakni upah kerja dan bahan
saja.”
Akibat merasa keberatan atas pemberitaan yang
menurutnya merugikan dan tidak
berimbang, serta nara sumber dalam berita tidak jelas, Ato mengatakan sudah
melayangkan surat ke redaksi yang sudah memuat berita guna permohonan hak
koreksi sekaligus hak jawab kepada perusahaan pers tersebut.
Namun di sisi lain, lanjut Ato, ada juga yang terkesan
ikut - ikutan memberitakan dengan narasi yang sama dari sebelumnya berita yang
muncul itu. Untuk itu, pihaknya sedang memikirkan bagaimana terbaik dalam
menyikapi pemberitaan yang tak berimbang. Akan tetapi pihaknya pun sudah
memikirkan juga akan meminta keadilan dari Dewan Pers menanggapi pemberitaan
yang menurutnya masih perlu dikaji dari sisi kaidah/Kode Etik Jurnalistik.
Mengingat pemberitaan sepihak dan ini jelas sangat merugikan pihaknya.
“Kami
sampaikan pula, bahwa pemberitaan itu yang sudah terbit, katanya mereka ke lapangan beberapa hari kebelakang, dan itu pekerjaan
kami sudah beres. Dan setelah kami mempertanyakan ke Pemerintah Desa setempat
atau lingkungan setempat pun tidak juga ada wartawan yang sebelum memuat berita
ada yang datang untuk mengkonfirmasi berita terkait pekerjaan pemasangan
beronjong ini,” tandasnya.
Foto: Bahan cerucuk guna pemasangan beronjong (Foto ; Inset)
Foto: Bahan injuk guna pelapis dari beronjong satu ke beronjong lainnya. (Foto : Inset)
“Pekerjaan semua sesuai RAB kami pasang, seperti harus ada terucuk pada
pasangan beronjong, injuk sebagai penahan lumpur atau kotoran. Dan sekecil
apapun pekerjaan ini kami selalu mengkordinasikan/mengkonsultasikan ke pihak
direksi/pengawas. Artinya semua pekerjaan semua sudah diketahui
direksi/pengawas,”
jelasnya.
Adanya pemuatan dalam berita pemasangan di atas bebatuan, Ato mengungkapkan, ”Itu inisiatif kami selaku kontraktor melakukan gelaran
batu sebelum di pasang beronjong. Kenapa demikian, karena asumsi kami, jika hal
itu tidak dilakukan juga dikhawatirkan oleh kami kelak bisa ambles ke bawah mengingat pekerjaan ini dipasang di sungai dan
kami pun tidak ingin beresiko terhadap jelek atau apalagi tidak sesuai
spesifikasi.”
“Kebetulan
pengawas pekerjaan kami ini oleh Pak
Abrurahman yang mana pengawas Pak Abdurahman ini terkenal disiplin dalam
mengawas pekerjaan terutama pada aspek pemasangan. Lantas berkenaan dengan
membentuk agak R (tikungan) itupun hasil konsultasi dan dikateahui pihak
direksi dalam hal ini pengawas pekerjaan,” tuturnya.
Kemudian lanjut
Ato, ada juga muncul dalam
pemberitaan diduga mengurangi spek pada pasangan
paling bawah. “Itu adalah lidah/pondasi pasangan paling bawah
dan kenapa juga kami tutup dengan tanah itu pun sudah diketahui pengawas
pekerjaan. Dan kami pun siap misal dituding itu tidak ada lidah/dasar pasangan, kami siap bongkar bersama – sama,” tegasnya.
Dirinya berharap dengan pekerjaan ini bisa sesuai harapan dan khususnya
untuk warga karena ini adalah pekerjaan penanggulangan bencana banjir supaya
air tidak mudah ke warga dan juga mudah – mudahan bermanfaat bagi semua.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer