Penulis: Dadan Supardan
2 Tahun lalu, Dibaca : 870 kali
Oleh Dadan
Supardan
(Wartawan Medikom)
Sebuah media massa
digagas dengan tujuan mulia. Yaitu melakukan fungsi pengawasan, informasi, interpretasi, transmisi nilai,
pendidikan, dan hiburan. Hanya saja, tidak semua media massa dilahirkan
dalam keadaan ideal.
Jadi,
ibarat dunia perdagangan. Ada kelas mal dan ada pula kelas pedagang kaki lima.
Begitupun dengan media, ada yang berporsi raksasa, ada juga yang sangat-sangat
sederhana. Sesuai semangat kebebasan pers yang bertanggung jawab, biarkanlah
keduanya berjalan berdasar kapasitasnya masing-masing. Selama keduanya
berpatokan pada undang-undang.
Lalu
bagaimana dengan Dewan Pers? Idealnya melakukan pembinaan. Yang kelas raksasa
dibina supaya terus menjaga profesional. Yang kelas sederhana diarahkan agar
terus menata semangat untuk berkembang dengan konsisten menjaga integritas.
Jangan
sampai Dewan Pers malah menunjukkan semangat “memangsa” bukan membina. Jangan
sampai “gairah predator” Dewan Pers mendominasi untuk memusnahkan media kecil. Baik
secara langsung maupun tidak langsung lewat berbagai produk regulasinya. Kalau
itu yang terjadi, namanya “Dewa Pers” yang sudah teraliri darah kapitalisme. Ia
akan makin memarjinalkan media kecil dan menghamba pada media bermodal besar.
Perihal
kekhawatiran pelanggaran kode etik---atau perilaku distorsi di lapangan---serahkan
pada aturan main baku atau ketentuan hukum yang berlaku.
Lagi pula, kalau
bicara bahaya, bahaya mana media besar dengan media kecil? Masih ingatkah kasus
Setia Novanto dulu? Ia berkolaborasi dengan oknum dari media besar atau media
kecil?
Di tengah
keterpurukan ekonomi pascapandemi, saya yakin masih ada sikap bijak. Sesuai
dengan namanya “dewan”, yaitu majelis atau badan yang terdiri atas beberapa orang anggota yang pekerjaannya
memberi nasihat.
Intinya, media
kecil tidak terhalangi dengan regulasi Dewan Pers, untuk bermitra menjalankan
sisi bisnisnya. Tidak lagi terdengar media kecil ditolak untuk bermitra dengan
instansi lantaran belum terverifikasi ataupun dalih lainnya. Selama undang-undang tidak terlanggar,
mengedepankan sisi-sisi manusiawi tidak ada jeleknya.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer