Penulis: Dadan Supardan
4 Tahun lalu, Dibaca : 1160 kali
BANDUNG, Medikomonline.com – Federasi Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pasundan menggelar diskusi publik bertajuk "Potensi Gerakan Radikalisme di Tahun 2020" di Kampus Unpas Jalan Dr Setiabudi Bandung, Minggu 26 Januari 2020 petang.
Menurut Gubernur Federasi Mahasiswa Fakultas Teknik Unpas Raja Faisal tema diskusi penting diangkat agar para mahasiswa lebih memahami bahwa gerakan radikalisme menjadi sebuah ancaman. Selain itu, supaya bisa menggiring opini positif bagi mahasiswa dan masyarakat umum.
"Mahasiswa sangat rentan terhadap gerakan radikalisme, di luar banyak sekali gerakan berbau radikalisme. Makanya harus punya dasar," katanya seraya menegaskan gerakan radikalisme masih menjadi ancaman di 2020. Terutama melalui media sosial yang seringkali dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan radikal sehingga menjadi doktrin untuk menggiring opini dan memecah belah.
Dikatakan, pada 2018 saja terdapat 19 kejadian aksi teror yang menjadi perhatian publik. Begitupun di tahun 2019 terjadi sebanyak delapan aksi tindakan terorisme.
Di media sosial, kata dia, sebaran faham radikalisme terus dihembuskan secara masif. Konten-konten radikal telah teridentifikasi dan dilakukan takedown oleh Kemenkominfo. Dari 10.449 konten pada tahun 2018, meningkat menjadi 11.800 konten di tahun 2019.
“Banyak faktor yang memengaruhi. Di antaranya komunikasi di media sosial telah mempercepat penyebaran paham radikal meningkat dan menjadi racun yang sulit mendapatkan penawar. Media sosial yang notabene menjadi media yang mudah diakses saat ini dimanfaatkan oleh radikalis untuk menyebarkan pesan yang borderless (tanpa batas) dan partisipatif," ungkapnya.
Pada diskusi publik ini hadir sebagai pembicara Kasubid Kewaspadaan dan Deteksi Dini Kesbangpol Kota Bandung Ridwan Herianto, akademisi dan penggiat pendidikan Mansurya Manik, dan Ketua Karang Taruna Kota Bandung Andri Gunawan.
Ridwan Herianto mengungkapkan adanya perubahan dari radikalisme saat ini. Salah satu yang membahayakan adalah anarkisme. Munculnya apa yang disebut anarkis ujar Ridwan harus diperhatikan. “Karena sebetulnya ini membahayakan," imbuhnya.
Kota Bandung, jelas Ridwan, tidak bisa lepas dari isu nasional. Sebab, lokasinya bersinggungan dengan ibu kota. Dengan demikian, bisa menimbulkan potensi radikalisme.
Dia melihat, tren 2020 masih sama seperti 2019. Di Kota Bandung banyak potensinya. Apalagi di ka,pus-kampus banyak spot-spot menjadi sasaran.
Untuk itu, perlu dikenal gerakan mereka. Indikasinya ketika sudah mulai menentang pemerintah dan anarkis. “Menyampaikan aspirasi boleh, demo boleh, tapi tertib, ada audiensi," tuturnya. ***
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer