Loading

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie


Dadan Supardan
4 Tahun lalu, Dibaca : 378 kali


Oleh Dadan Supardan

 

Sangat merugi rasanya kalau tidak turut menorehkan tulisan terkait dengan Angkie Yudistia. Tak mengupasnya, sama saja dengan menelantarkan momen berharga bagi loncatan kemajuan kaum disabilitas.

Angkie Yudistia adalah sosok tuna rungu fenomenal. Ia figur inspiratif. Masuk ke dalam jajaran Staf Khusus Presiden RI, perempuan rupawan berusia 32 tahun ini menjadi simbol keberdayaan kaum disabilitas. Kehadirannya merepresentasikan bahwa warga berkebutuhan khusus pun bisa berprestasi dan sejajar dengan masyarakat pada umumnya.

Terlebih lagi, sorot matanya menaburkan pesona pemberdayaan. Pada binar matanya memancar gairah untuk membangun kesetaraan. Gelora jiwanya menggetarkan sebuah perubahan. Tentunya kaum minoritas penyandang disabilitas yang jadi sasaran.

Keberpihakan Angkie terhadap kaum disabilitas bukan sekadar gagasan. Buktinya, Thisable Enterprise ia didirikan sebagai pusat pemberdayaan ekonomi kreatif bagi kalangan disabilitas. Pengalaman pahit Angkie kerap ditolak perusahaan walaupun lulusan S2 dijadikan pelajaran berharga. Oleh karena itu, Thisable Enterprise didirikan dengan misi memberdayakan penyandang disabilitas Indonesia agar dapat memasuki dunia kerja.

Melalui Thisable Enterprise Angkie berharap disabilitas dapat mengembangkan potensi. Thisable Enterprise melatih para penyandang disabilitas supaya siap bekerja sesuai dengan kemampuannya. Kerja sama dengan dunia usaha juga dijajaki. Seperti dengan perusahaan jasa online dan perbankan.

Hasilnya nyata: mengurangi angka pengangguran kaum disabilitas. Setelah dilatih di Thisable Enterprise, beberapa penyandang disabilitas tuna netra bisa bekerja di GoMassage. Untuk tunarungu di Goauto dan Go-Clean. Sedangkan tunadaksa dan tunanetra di CIMB Niaga, Rabobank, dan PGN MAS.

Semua itu dilakukan Angkie sebelum menduduki posisi Staf Khusus Presiden RI. Dengan posisinya kini, Angkie diharapkan dapat melakukan terobosan lebih efektif untuk menyetarakan dan mengoptimalkan potensi kaum disabilitas. Lantaran, bukan saja melakukan aktivitas pemberdayaan disabilitas, kini Angkie dapat mendorong sebuah regulasi pengembangan kemampuan para disabilitas lewat jalur formal.

Salah satu contohnya, Angkie dapat menyampaikan agar pemerintah merevitalisasi sekolah luar biasa (SLB). Sekolah tempat belajarnya anak-anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas.

Kalau untuk sekolah menengah kejuruan Presiden mengeluarkan Inpres No.  9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK, maka untuk SLB yang relatif sama memerlukan pendidikan vokasional terutama bagi siswa siswi sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), Inpres serupa akan signifikan mendongkrak kualitas lulusan SMALB di Indonesia.

Revitalisasi SLB

Revitalisasi SLB penting guna mensinergikan berbagai pemangku kepentingan agar kualitas dan daya saing sumber daya manusia khususnya kaum disabilitas meningkat. Seperti yang Angkie yakini, kaum disabilitas memiliki potensi dan mampu berprestasi, sehingga mesti dibina dan difasilitasi.

Oleh karena itu, revitalisasi SLB bisa menjadi sebuah solusi untuk lebih membumikan obsesi Angkie. Sebab dengan revitalisasi SLB akan didapat banyak keuntungan, seperti terpetakannya kebutuhan tenaga kerja lulusan SMALB.

Lalu, kurikulum SMALB akan lebih disempurnakan selaras dengan kompetensi yang dibutuhkan pengguna lulusan yang disesuaikan dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus (link and match). Jumlah dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMALB juga akan ditingkatkan, terutama menyiapkan guru berkualitas yang menangani bidang kejuruan yang dibutuhkan SMALB.

Dengan revitalisasi SLB, proyeksi pengembangan jenis kompetensi khususnya terkait dengan lulusan SMALB akan disempurnakan.

Yang tak kalah pentingnya, revitalisasi SLB akan meningkatkan kerja sama dengan dunia usaha untuk memberikan akses yang lebih luas bagi siswa SMALB untuk melakukan praktik kerja lapangan (PKL) dan program magang bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMALB. Selain itu, industri akan didorong untuk memberikan dukungan dalam pengembangan teaching factory dan infrastruktur.

Masyarakat juga akan lebih mudah mendapatkan pelayanan pendidikan SMALB yang bermutu. Lantaran tenaga pendidik dan kependidikan serta sarana dan prasarana SMALB akan lebih memadai dan berkualitas.

Intinya, dengan revitalisasi SLB, akan tercipta lulusan SMALB yang berkompeten dan siap memasuki dunia kerja atau berwirausaha. Jadi, kalau untuk SMK Presiden mengeluarkan Inpres Revitalisasi, dengan adanya staf khusus bernama Angkie Yudistia, bukan hal mustahil presiden pun mengeluarkan Inpres tentang Revitalisasi SLB. Sebelumnya saya sampaikan hatur nuhun kepada Angkie. ***

 

Tag : No Tag

Berita Terkait