Penulis: IthinK/Editor: Mbayak Ginting
4 Tahun lalu, Dibaca : 926 kali
BANDUNG,
Medikomonline.com - Rencana penerapan New Normal sesungguhnya menimbulkan pro-kontra. Hal itu menyisakan
banyak pekerjaan rumah. Semua warga masyarakat diharapkan ikut atau taat pada
"kehidupan berkebiasaan baru".
“Mengubah kebiasaan hidup bukanlah perkara
mudah. Dibutuhkan komitmen kuat untuk melaksanakannya. Komitmen dalam arti
sesungguhnya, bukan hanya sekadar komat-kamit temen,” kata Daddy Rohanady, Anggota
DPRD Provinsi Jabar.
Daddy mengatakan, “Kita terpaksa menyesuaikan
diri dengan gaya hidup baru berprotokol kesehatan. Kalau mencuci tangan
mah, bukan hal aneh. Sejak kecil kita sudah ditanamkan kebiasaan itu. Bedanya,
dalam era the new normal kebiasaan
itu frekwensinya menjadi lebih banyak. Ada sesuatu yang agak baru, yakni
"social distancing" yang kemudian dipadankan dengan jaga jarak.”
Ditambahkan Daddy dari Dapil Kabupaten/Kota
Cirebon dan Kabupatem Indramayu ini, meskipun pada awalnya masyarakat menolak
menjaga jarak, sekarang tidak lagi. Masalahnya orang Indonesia pada umumnya
inklusif, sedangkan jaga jarak berkonotasi eksklusif.
Selain itu, kata dia, kita juga diharapkan
selalu bermasker. Padahal, itu masih terasa janggal karena selain wajah tak
tampak secara utuh, suara pun menjadi kurang jelas ketika bicara.
“Masalahnya ada lagi, yakni soal kerumunan.
Lha kalau di terminal, stasiun, bandara, atau pelabuhan? Pengendalian situasi
itu menjadi tugas tambahan buat para petugas di masing-masing lokasi,” ujar
Daddy.
Lanjut Daddy, memang Covid-19 penularannya
sangat cepat, sehingga mau tidak mau dan suka tidak suka, harus diantisipasi.
Maka, tidak aneh jika ada yang menjulukinya virus kerumunan.
“Namun, tak elok juga rasanya kalau ada pejabat
negara yang mengibaratkan virus yang barasal dari Wuhan-Cina itu sebagai istri.
Paradigma berpikir seperti itu harus diperbaiki. Istri jika digauli, sehat
kita. Lha virus dijadikan istri, nonggeng sia!” tegasnya.
“Ada yang harus diwaspadai. Ketika penerapan
protokol kesehatan, bukan tidak mungkin masih terjadi pelanggaran di
sana-sini. Dampaknya bisa jadi akan melahirkan the second wave of Covid-19,” katanya.
“Siapkah kita? Oleh karena itu, jangan jadikan
komitmen = komat kamit temen,” ujarnya lagi.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer