Penulis: Herz_Cms/Editor: Mbayak Ginting
3 Tahun lalu, Dibaca : 1141 kali
CIAMIS, Medikomonline.com - Hiruk pikuk semerawutnya
penyaluran Bantuan Sembako atau yang dikenal dengan istilah Bantuan Pangan
Nontunai (BPNT) dari waktu ke waktu di Kabupaten Ciamis, seperti tidak ada
perbaikan dan masih tetap jauh dari Pedoman Umum (Pedum) BPNT.
Hal ini
diungkapkan Beni Octavia, mantan anggota DPRD Kabupaten Ciamis dari Partai
PDI Perjuangan dari Dapil V meliputi Kecamatan Banjarsari, Banjaranyar,
Purwadadi dan Lakbok.
Dirinya
menilai, peran Pemerintah Kabupaten Ciamis harus hadir dan mendukung program
BPNT. “Saya masih melihat kesemerawutan dan E-Warong menjadi
mainan para oknum penguasa,” ujar Beni Oktavia kepada Medikomonline.com, Senin (30/8/2021).
“Permasalahan
di lapangan sangatlah kompleks, besar unsur kepentingan para pengusaha yang
berlindung di para oknum penguasa,” ungkap Beni.
Untuk mengatasi
hal tersebut menurutnya, Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini khususnya Bupati
Ciamis segera membuat rapat kerja dengan dinas terkait. Dinas yang berhubungan
dengan komoditi untuk membahas standar kualitas dan harga supaya ada
keseragaman, jangan sampai kualitas dan harga ditentukan para pengusaha beras
(suplayer).
Pedum
mengatakan, E-Warong sesungguhnya memiliki hak penuh dalam mengadakan komoditi.
Namun mereka E-Warong seakan digiring oleh seseorang untuk diisi oleh pengusaha
yang sudah tertuju.
Selain dari
pada itu E-Warong yang semestinya bebas mencari komoditi dengan harga penawaran
terendah supaya bisa menjual ke KPM dengan standar harga di pasaran mendapat komoditi
bagi KPM lebih banyak. “Kenyataan di lapangan, harga beli dan jual
mereka ditentukan para suplayer. Jadi seolah-olah
para E-Warong ini adalah pekerja dari pada suplayer,” katanya.
Lanjut Beni, bila dilihat di Pedum Bantuan
Sembako tahun 2020 yang merupakan pengembangan dari program BPNT ini, tidak
mengatakan harus beras medium atau premium, akan tetapi beras layak konsumsi.
Kenapa Pedum mengatakan
demikian, ungkapnya, karena pemerintah pusat
menginginkan perputaran roda ekonomi sampai ke tingakat
bawah. Sehingga desa pun nantinya dapat terangkat produk lokalnya, dan para
petani daerah terangkat pula derajatnya.
“Sementara
yang terjadi sekarang ini, penikmat program BPNT itu hanya segilitir pengusaha
yang mempunyai kepentingan dan mereka berlindung di ketiak oknum penguasa
bahkan ada pasokan beras dari luar kota,” terang Beni Octavia.
“Saya melihat
Pemerintah Ciamis tidak ada keseriusan atau tidak sayang terhadap rakyatnya
(KPM). Karena dari program yang menikmati keuntungan
besar adalah pengusaha, penguasa yang memliki kekuatan dan yang menjadi dampak
adalah KPM karena membeli beras dengan harga tinggi, jenis dan kualitasnya
mereka tidak tahu dan karena itu sudah dipaket dengan komoditi yang lainnya,” tegasnya.
“Saya
berharap Bupati bisa mengintruksikan ke Dinas Indagkop untuk menentukan harga
dengan melakukan operasi pasar. Dinas Pertanian dan Peternakan menentukan
kualitas yang akan dipakai,” paparnya.
“Kalau
pemerintah serius menangani program ini dengan mengutamakan produk lokal, maka
rakyat di Ciamis akan bisa lebih sejahtera selain dari pada itu produk dan nama
Ciamis pun ikut terangakat,” harap Beni Octavia.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer