Penulis: Mansurya Manik
4 Tahun lalu, Dibaca : 1925 kali
Oleh Mansurya Manik
# (Alumni Darul Arqom & Pelatihan Instruktur
Nasional 2015, MPK PP Muhammadiyah)
Organisasi ini
bernama Persyarikatan Muhammadiyah, berdiri tanggal 8 Dzulhijah 1330 Hijriah
bertepatan dengan 18 November 1912 Masehi, di Kampung Kauman Kesultanan
Yogyakarta Hadiningrat. Disahkan keberadaannya oleh Gubernur Jenderal Hindia
Belanda pada 22 Agustus 1914. Jika dihitung sejak tanggal berdirinya maka
tanggal 18 November 2020 bertepatan dengan 108 tahun keberadaan Persyarikatan
Muhammadiyah. Banyak hal yang sudah diberikan oleh Persyarikatan Muhammadiyah,
hampir mayoritas pemimpin negeri ini pernah bersentuhan atau mendapatkan
pendidikan dari organisasi atau tokoh organisasi ini. Seorang Abdurrahman Wahid
(Gus Dur), negarawan dan bapak bangsa, anak dan cucu tokoh Nahdlotul Ulama yang
kemudian menjadi Tokoh Nahdlotul Ulama merupakan Presiden keempat Republik Indonesia, sewaktu
dulu beliau sekolah di Jogjakarta banyak berguru juga pada tokoh Muhammadiyah.
Sebagai gerakan
Dakwah dan Tajdid dengan ditopang tiga pilar utama amal usaha Muhammadiyah
yaitu pendidikan, kesehatan, dan sosial yang tersebar dari pulau Sabang di Nanggro
Aceh Darussalam di belahan barat Indonesia sampai ke Merauke di pulau Papua di
belahan timur Indonesia, dapat dibayangkan berapa juta ibu melahirkan dan bayi
yang sudah mendapat pertolongan sentuhan lembut dari perawat, bidan, dan dokter
dari klinik atau rumah sakit Muhammadiyah, berapa juta orang yang sudah
mendapatkan manfaat dari keberadaan lembaga pendidikan Muhammadiyah, panti
asuhan, dan panti jompo, lembaga zakat, pembangunan masjid dan mushola. Dan
harus diingat pula bahwa Persyarikatan Muhammadiyah bersama elemen bangsa
lainnya turut serta dan memiliki andil untuk berdirinya Republik Indonesia,
kemudian mempertahankan dan sekarang memajukannya.
Untuk urusan
berapa banyak yang mendapatkan manfaat akan keberadaan amal usaha Persyarikatan
Muhammadiyah yang pasti tidak pernah dihitung. Karena memang konsepnya selalu
memberi bukan selalu menghitung.
Di 108 Tahun
keberadaan Persyarikatan Muhammadiyah dihubungkan dengan kehidupan beragama
saat ini yang terasa lebih panas dan menggelisahkan, ada baiknya untuk kilas
balik membaca “Statuten Muhammadiyah” terdahulu. Dalam “Statuten Muhammadiyah
artikel 2” (anggaran dasar pasal 2) tahun 1914 disebutkan; Maksud Persyarikatan
ini yaitu :
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran
dan pelajaran Igama di Hindia Nederland, dan
2. Memajukan dan menggembirakan pengajaran
kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam dan iid-iidnya.
Yang menarik
dalam “Statuten” tersebut adalah kata “menggembirakan”, artinya keberadaan
kader-kader Muhammadiyah harus memberikan rasa gembira bagi masyarakat di lingkungannya,
karena makna Muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad Sallallahu alaihi
wassalam dan Nabi Muhammad adalah Nabi yang memberikan berita gembira, Allah
berfirman“ Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan
berbuat kebajikan, bahwa bagi mereka disediakan surga surga yang mengalir di bawahnya
sungai sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka
berkata “inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu”. Mereka telah diberi
yang serupa. Dan di sana mereka memperoleh pasangan-pasangan yang suci. Mereka
kekal di dalamnya.” (Alquran Surah Albaqarah ayat 25). “Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Alquran Surah An-Nahl ayat 25).
Karena
“memajukan dan menggembirakan” sebagai landasan dalam Dakwah dan Tajdid maka
telah tertanam dalam jiwa mayoritas kader-kader Muhammadiyah bahwa mereka harus
selalu mendahulukan kepentingan bangsa dan ummat daripada kepentingan sendiri
dan organisasi. Hal ini dapat dibuktikan ketika awal perdebatan tentang dasar
negara Indonesia, demi untuk kepentingan negara bangsa, tokoh tokoh
Muhammadiyah berkenan dengan penuh kebijaksanaan menghapus kalimat “Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diganti
kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Untuk berbangsa dan bernegara Muhammadiyah
telah menetapkan bahwa Pancasila dan NKRI sudah final sebagai “Darul Ahdi wa
Syahadah”. Negara Indonesia adalah negara kesepakatan yang harus dipertahankan,
diisi dan dimajukan oleh semua warga negaranya. Muhammadiyah juga menginisiasi
jika berseberangan pendapat dengan pemerintah untuk berjihad dengan “Jihad
Konstitusi” sebuah dakwah yang mencerahkan. Di masa pandemic Covid-19,
Muhammadiyah kembali menunjukkan Dakwah dan Tajdid dengan landasan “memajukan
dan menggembirakan”. Di saat kelompok lain bergerombol untuk memperlihatkan
kekuatan pendukungnya, yang sangat meresahkan masyarakat dan pemerintah, justru
Muhammadiyah dari sejak awal telah membatalkan rencana kegiatan Muktamar ke 48
yang sedianya akan dilaksanakan pada tanggal 1-5 Juli 2020 di Solo Jawa Tengah.
Persyarikatan Muhammadiyah dengan sigap
mengambil bagian di garda depan bersama elemen bangsa lainnya menyelesaikan
musibah, seluruh kekuatan yang ada dari medis dan para medis, rumah sakit,
uang, tenaga dan pikiran semua dicurahkan untuk menyelesaikan musibah wabah
pandemic covid-19.
Mengapa hal ini
harus diungkapkan? Karena Dakwah dan Tajdid dengan konsep “memajukan dan
menggembirakan” itu tidak akan menimbulkan kegaduhan yang menguras energi dan
waktu, yang hasilnya tidak berarti. Dakwah dan Tajdid dengan konsep “memajukan
dan menggembirakan” tidak akan ada caci maki dan saling menghujat, saling
mengancam dan saling melaporkan, saling menyalahkan dan merasa terzhalimi dan
merasa diperlakukan tidak adil sampai berlinang air mata.
Dirgahayu
Persyarikatan Mummadiyah, tetaplah “memajukan dan menggembirakan” dalam Dakwah
dan Tajdid untuk terwujudnya “Islam yang berkemajuan” dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai “Darul Ahdi wa Syahadah”
Bandung, 19
November 2020
# pegiat
pendidikan
# (Alumni Darul
Arqom & Pelatihan Instruktur Nasional 2015, MPK PP Muhammadiyah)
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer