Penulis: Sabda Pewaris Nusantara
16 Hari lalu, Dibaca : 118 kali
Penulis: Sabda Pewaris Nusantara
Dalam pusaran
zaman modern, dunia semakin melirik kembali kearifan kuno dalam pengobatan
tradisional yang telah menjadi penopang kesehatan ribuan tahun. Dari peradaban
Romawi hingga Nusantara, tiap bangsa memiliki sistem pengobatannya sendiri,
yang tidak hanya menjadi bagian dari praktik medis, namun juga manifestasi
budaya, spiritualitas, dan filosofi hidup.
1. Sistem
Pengobatan Romawi dan Yunani: “Humoral Medicine”
Pengobatan klasik
Romawi dan Yunani dikenal dengan sistem Humoralisme, di mana kesehatan
dipandang sebagai keseimbangan empat cairan tubuh: darah, empedu kuning, empedu
hitam, dan dahak. Tokoh-tokoh seperti Hippocrates dan Galen menekankan
pentingnya diet, olahraga, pembersihan tubuh, dan penggunaan herba seperti
mint, lavender, hingga jintan sebagai terapi.
2. Sistem
Pengobatan Tradisional Cina (TCM): “Qi dan Yin-Yang”
Pengobatan
Tradisional Tiongkok berakar pada keseimbangan energi vital (Qi) serta prinsip
Yin dan Yang. Metode yang dikenal luas antara lain: akupunktur, bekam, ramuan
herba, dan tai chi. Rempah seperti jahe, ginseng, dan kulit kayu manis
dipercaya menghangatkan tubuh dan melancarkan peredaran energi.
3. Sistem
Pengobatan Islam: “Tibb Nabawi”
Dikenal sebagai
Thibbun Nabawi (Pengobatan Nabi), sistem ini menggabungkan petunjuk kesehatan
dari Al-Qur'an dan hadis. Rempah seperti habbatussauda (jintan hitam), madu,
zaitun, dan cuka kurma digunakan dalam praktik penyembuhan.
4. Sistem
Pengobatan Ayurveda India: “Tridosha dan Panchakarma”
Ayurveda, berasal
dari India lebih dari 3.000 tahun lalu, berbasis pada konsep tiga dosha (Vata,
Pitta, Kapha). Terapi Ayurveda meliputi diet, yoga, meditasi, serta konsumsi
rempah seperti kunyit, kapulaga, asam jawa, dan neem. Terapi detoksifikasi
seperti Panchakarma menjadi pilar utama pengobatan holistiknya.
5. Sistem
Pengobatan Nusantara: “PRIMBON dan Jamu”
Di Indonesia, satu
diantara cara pengobatan tradisional diwariskan melalui PRIMBON, jamu, dan
ritual pengobatan leluhur. PRIMBON merupakan kumpulan (Sistem) perpaduan antara
observasi alam, pengetahuan empiris, serta pendekatan spiritual. Rempah-rempah
seperti temulawak, kunyit, kencur, jahe, serai, cengkeh, dan pala menjadi
tulang punggung pengobatan alami. Pengunaan rempah-rempah bukan hanya pemanis
rasa atau aroma, namun juga agen penyembuh dalam hampir semua peradaban. Dalam
sejarah perdagangan dunia, Indonesia menjadi pusat perhatian global karena
rempahnya. Kini, dunia medis modern mulai kembali meneliti fitokimia dalam
rempah untuk keperluan farmasi dan terapi.
Pengetahuan ini
terdokumentasi dalam naskah kuno PRIMBON seperti Serat Centhini, Primbon
Betaljemur, dan naskah Jawa Kuno lainnya yang sebagian besar kini tersimpan di
luar negeri seperti British Library.
Sebuah bab kelam
dalam sejarah Indonesia kembali mendapat sorotan ketika catatan-catatan kuno
warisan leluhur, termasuk PRIMBON sebagai ilmu pengobatan dan spiritual
Nusantara, terbukti menjadi korban penjarahan kolonial. Peristiwa Geger Sapehi
tahun 1812 mencatat bagaimana manuskrip-manuskrip krusial yang menyimpan
pengetahuan lokal dirampas secara sistematis oleh pasukan Inggris yang dipimpin
oleh Thomas Stamford Raffles saat menyerbu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pada 20–21 Juni
1812, pasukan Inggris menyerbu keraton dengan dukungan pasukan sekutu lokal.
Penyerangan ini bertujuan melemahkan kekuasaan Sultan dan memperkuat dominasi
Inggris di Jawa. Namun, serangan tersebut tidak hanya bersifat militer, ia juga
merupakan aksi simbolik penjajahan budaya dan pengetahuan. Ribuan benda
berharga dirampas. Termasuk di antaranya:
• PRIMBON, yakni kumpulan ilmu
pengetahuan tradisional Jawa yang mencakup pengobatan herbal, pijat, astrologi,
dan laku spiritual
• Naskah-naskah tangan, serat, dan
lontar dari para pujangga dan empu
• Kitab babad dan silsilah kerajaan
• Keris pusaka, emas, dan simbol
kedaulatan
• Alat musik gamelan, batik, dan
perangkat adat
Dalam konteks
Jawa, PRIMBON bukan sekadar buku ramalan, melainkan ensiklopedia tradisional
nadi dari pengetahuan lokal. Ia mencakup ilmu pengobatan dengan ramuan herbal,
teknik pijat untuk penyembuhan, penanggalan ritual, hingga petunjuk hidup
selaras dengan alam dan semesta. PRIMBON disusun oleh para empu, abdi dalem,
dan pujangga keraton yang menjadikan pengetahuan ini sebagai bagian dari sistem
kearifan lokal yang menyatu dengan nilai-nilai spiritual dan harmoni kosmis.
1. Akar Tradisi
Lokal: Animisme & Dinamisme
• Masyarakat Jawa sejak masa prasejarah
sudah mengenal sistem penanggalan alam, penghormatan terhadap roh leluhur, dan
kepercayaan pada kekuatan gaib alam.
• Tradisi ini berkembang menjadi ilmu
titen (mengamati tanda-tanda alam) yang menjadi dasar perhitungan hari baik dan
buruk.
• Pengetahuan ini diturunkan secara
lisan dari generasi ke generasi sebelum dibukukan dalam bentuk naskah.
2. Pengaruh
Hindu-Buddha (Abad 8–15)
• Masuknya agama Hindu dan Buddha
membawa sistem astrologi India (Jyotisha), numerologi, dan filsafat kosmologi
yang memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap waktu dan kehidupan.
• Banyak unsur Wuku, Saptawara,
Pancawara, dan Neptu yang berasal dari kalender Jawa yang dipengaruhi sistem
kalender Saka.
• Penulisan naskah dimulai di keraton
dan padepokan, dengan huruf Jawa Kuno atau aksara Kawi.
3. Pengaruh Islam
(Abad 15–17)
• Masuknya Islam memperkenalkan
penanggalan Hijriyah, ilmu hikmah, dan sufisme. Banyak tokoh Wali Songo yang
menyerap unsur PRIMBON untuk syiar budaya yang lebih diterima masyarakat.
• Naskah primbon mulai memuat unsur
wirid, doa, hizib, serta tata cara spiritual dalam tradisi kejawen (sinkretik
antara Islam dan tradisi lokal).
• Terjadi penyesuaian, sehingga primbon
memuat ramalan dan spiritualitas dalam satu paket, seperti:
o Primbon Jodho
o Primbon Mimpi
o Primbon Hari Baik
o Primbon Rejeki
4. Periode
Kesultanan & Keraton Jawa (Mataram Islam dan sesudahnya)
• Naskah primbon banyak ditulis dan
disimpan di keraton Surakarta, Yogyakarta, Pura Pakualaman, dan Mangkunegaran.
• Naskah disusun oleh para pujangga
keraton, seperti Ranggawarsita, Yasadipura, dan tokoh-tokoh kejawen lainnya.
• Naskah ini menjadi panduan hidup
masyarakat Jawa, tak hanya untuk spiritual, tapi juga sosial, budaya, hingga
politik.
5. Penulisan dan
Penyebaran
• Ditulis dengan aksara Jawa di atas
lontar, dluwang (kertas dari kulit kayu), atau kertas Eropa.
• Disalin dan diwariskan secara
turun-temurun dalam keluarga atau komunitas tertentu (misalnya abdi dalem,
dukun, spiritualis).
• Kini banyak primbon dicetak dan
disebarluaskan melalui buku populer dan digital.
PRIMBON Jawa
adalah produk budaya lintas zaman yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat
Jawa dalam menafsirkan alam, waktu, dan kehidupan. Ia bukan sekadar “ramalan”,
tapi merupakan bentuk pengetahuan tradisional yang berkembang dari pengamatan,
pengalaman, dan spiritualitas masyarakat selama ratusan tahun.
Pencurian primbon
oleh kolonial Inggris dalam Geger Sapehi adalah tindakan dekontruksi terhadap
sistem pengetahuan Nusantara. Penghapusan sumber-sumber ini merupakan bentuk
kolonialisasi yang tidak hanya merampas benda, tetapi juga menghapus memori
kolektif dan kedaulatan budaya.
Bukti dan
Keberadaan Naskah
Hari ini, banyak
dari naskah dan koleksi primbon yang dirampas masih tersimpan di institusi
asing seperti:
• British Library, London
• Bodleian Library, Oxford
• Royal Asiatic Society
• Museum di Belanda dan Inggris
Kini, berkat
teknologi digital dan kerja sama internasional, sejumlah primbon yang
sebelumnya hilang mulai bisa diakses kembali oleh masyarakat Indonesia.
Proyek
Digitalisasi Manuskrip Jawa dari Yogyakarta:
• Javanese Manuscripts from Yogyakarta
Digitisation Project (2017–2019)
Digitisasi 75
naskah Jawa dari koleksi Keraton, termasuk primbon.
• Bollinger Javanese Manuscripts
Digitisation Project (2021–2023)
Menambahkan 120
naskah lagi ke dalam koleksi daring, yang sebagian besar terkait dengan praktik
spiritual dan pengobatan.
Daftar Manuskrip
Primbon Digitalisasi & Ringkasannya:
KODE MANUSKRIP RINGKASAN ISI
Add. 12311 Astrologi Jawa klasik seperti fisiognomi
dan ramalan pribadi.
Add. 12315 Teks spiritual, ritual, legenda, dan
pengobatan.
MSS Jav 80 Primbon rusak namun berisi teks ramalan dan
spiritual.
MSS Jav 84 Doa, pelaksanaan ibadah, dan teks
keagamaan.
MSS Jav 77 &
81 Koleksi tambahan berisi praktik
pengobatan, ramalan, dan kalender spiritual.
Dokumen ini kini
bisa diakses melalui situs resmi British Library Digital Collections dengan
menelusuri kode manuskrip di katalog daring mereka.
PRIMBON Sebagai
Kitab Pengobatan Tradisional
Di balik simbol
dan tanggal, banyak primbon memuat:
• Resep herbal berbahan dasar rempah
lokal seperti jahe, temulawak, kunyit, daun sirih, dan sambiloto.
• Ilmu pijat dan titik-titik energi
(pijet urat, urut nyeri sendi).
• Doa dan mantra untuk penyembuhan
psikosomatik.
• Kalender kesehatan: waktu baik untuk
pengobatan, pantangan makanan, dan pengaruh energi alam.
Salah satu contoh
paling terkenal adalah Primbon Jampi Jawi, yang menyusun ramuan jamu dan teknik
pemulihan tubuh pasca persalinan.
Meski belum
sepenuhnya terdaftar sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI), primbon telah
masuk dalam daftar Inventarisasi Warisan Budaya Takbenda (WBTB) oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. Para akademisi dan
pegiat budaya kini mendorong agar naskah-naskah primbon dilestarikan dan
didaftarkan sebagai kekayaan kolektif Indonesia melalui sistem HKI komunitas.
“PRIMBON adalah
ensiklopedia lokal yang mengajarkan kita menyembuhkan diri sendiri dengan ilmu
nenek moyang. Ini adalah bagian dari kedaulatan kesehatan dan budaya bangsa,” dan
dokumentasi digital perlu di lakukan agar generasi muda dapat mengakses
khazanah ini dengan pendekatan modern.
PRIMBON selama ini
sering diidentikkan dengan ramalan hari baik atau buruk. Namun, sejatinya
primbon adalah cermin kebijaksanaan lokal yang mengajarkan tata cara merawat
tubuh, pikiran, dan hubungan dengan alam. Di tengah tren dunia modern yang
kembali melirik pengobatan alami dan pendekatan holistik, ilmu yang tersimpan
dalam PRIMBON JAWA justru semakin relevan. PRIMBON hadir sebagai jembatan
antara masa lalu dan masa depan—antara warisan leluhur dan sains kesehatan
modern.
TITIK TERANG
menyoroti bahwa primbon bukanlah kitab tua yang usang, melainkan ensiklopedia
peradaban yang menyimpan rahasia kesehatan, kehidupan, dan kearifan lokal.
Melalui proses digitalisasi dan riset lintas generasi, PRIMBON berpotensi menjadi
sumber pengetahuan hidup yang aplikatif bagi masyarakat modern.
Dari candi,
keraton, hingga koleksi perpustakaan internasional, banyak PRIMBON yang kini
tersimpan jauh dari Indonesia. Mengacu pada Konvensi UNESCO 1970 tentang
repatriasi warisan budaya, masyarakat dan peneliti menyerukan pengembalian
naskah-naskah pengobatan Nusantara ke Tanah Air. Digitalisasi manuskrip seperti
PRIMBON JAWA, Babad Tanah Jawi, dan naskah Lontar Bali menjadi langkah awal
dalam pemulihan memori kolektif bangsa. Pengobatan tradisional dalam primbon
tidak sekadar resep herbal, tetapi juga menyatukan unsur spiritual, doa
leluhur, dan filosofi harmoni alam. Dunia kini mulai menyadari bahwa masa depan
kesehatan mungkin tersimpan di masa lalu.“PRIMBON bukan mitos. Ia adalah titik
terang yang membawa kita kembali pada akar penyembuhan sejati: alam dan
keselarasan hidup.” dan dapat menjadi alternatif keluar dari neoliberal sistim
Pengobatan yang ada saat ini.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
Indramayu Diguncang Gempa Magnitudo 4.4, Kedalaman 280 Kilometer
SAU7ANA Come Back