Loading

Ekspor Tahap Dua Siap Meluncur di HUT ke-76 RI Dirgahayu Republik Indonesia


Dr. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
2 Tahun lalu, Dibaca : 935 kali


Kopi Arabika merek Junti & Waglo

(Terimakasih AKSI & Mega Zulaila)

Oleh Dr. Dedi Nurhadiat, M.Pd.

 

"Berkat AKSI & Mega Zulaila" ekspor kopi Arabika merek Junti & Waglo masuk pasar dunia tahap dua. Produk makanan lainnya akan menyusul. Begitu yang tertulis di sebuah website. Ini bukan iklan, apalagi sekadar basa basi. Tapi berbagi pengalaman saja. Intinya tulisan ini, menjelaskan bahwa lewat kegiatan PLS 2021, siswa, guru, dan kepala TK, SD, SMP, SMA/SMK, SLB se-Indonesia. Berkat bantuan AKSI (Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia) bisa membuka wawasan baru. Dunia pendidikan diberi tontonan nyata, dan mengejutkan. Karena bukan isapan jempol. Bahwa Panitia penyelenggara Podcast "Satu Padu Guru" saat ini siap memfasilitasi ekspor/impor produk Indonesia ke Asia & Eropa. Walau baru tahapan skala kecil, tapi telah dibuktikan.

Hal wajar jika pada mulanya, kegiatan ini menuai cibiran. Konon ada yang mengatakan pihak sekolah itu, jangan terlalu muluk ngurusin urusan negara (ekspor/impor). Apalagi menyangkut hubungan dagang Asia dan Eropa. Tingkatkan saja mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing, seperti di kejuaraan Olimpiade Sains, Fls2N, peningkatan masuk PTN, dan sejenisnya. Biarkan urusan pemasaran produk dalam negeri itu urusan pengelola negara saja.

Kini berkat seorang Srikandi Indonesia bernama Mega Zulaila yang semula hanya jadi nara sumber podcast di acara PLS 2021. Acara itu semula digelar untuk memotivasi adik kelasnya. Kini telah beralih ke menjalin hubungan pariwisata dengan KCD XII (Tasik) melalui Dr. Abur Mustikawanto, M.Ed. Adapun bocorannya hanya dengan uang Rp 8 juta bisa keliling Turki dengan fasilitas eksekutif. Padahal di biro perjalanan lain, sekitar 20 juta/orang. Perbedaan ini sangat luar biasa. Tentu harus dinegosiasi lagi jika ada jeda waktu.

Kini hasil bumi Indonesia juga berupa kopi, teh, tebu, gula merah, mangruf, langsung terjual. Bahkan pariwisata pun langsung mengadakan kontrak kerja, dengan realisasinya kelak pasca pandemi. Hanya lewat seorang Alumni SMA1 Setu bernama Mega Zulaila itulah, hasil bumi Indonesia langsung tembus ke pasar dunia, tanpa menunggu lama.

Tak seperti berita di koran ternama Indonesia belakangan ini, yang kurang teliti, mengangkat berita. Di antaranya mengangkat judul berita "Mutiara Hitam dari Subang" yang begitu menggiurkan itu. Padahal realitanya penduduk setempat saat ini, mengalami kesulitan menjual produknya. Memang isi berita yang ditulisan itu, hanya menyangkut wacana pelatihan anggota koprasi tertentu. Terkesan dapat dinikmati rakyat petani setempat.

Kopi yang dianggap sebagai mutiara hitam di masa Covid-19, realita yang ada di Gunung Bukanagara, Subang, yang dipenuhi pohon kopi itu, masyarakat petaninya diduga banyak yang kecewa. Berita di koran  & televisi itu terkesan hanya untuk bahan berita politis orang tertentu. Kalau kita wawancara dengan petani kopi yang ada, sangat menjerit. Katakanlah Bapak Welly warga kampung Ciparatak yang mengaku sulit memasarkan produk kopinya. Harganya gak seimbang dengan biaya produksinya.

Padahal menurut Mega Zulaila, pasar kopi dunia begitu menjanjikan. Berikut ini adalah dialog kerjasama espor kopi Arabika ke Turki. Tulisan ini diangkat untuk tujuan bahan riset dan membuka lapangan kerja khusus yang berminat.

Mega Zulaila: "Assalamualaikum. Selamat sore waktu Turki dan selamat malam waktu Indonesia Bapak. Mohon maaf mengganggu. Izin menyampaikan, kopi Bapak sudah sampai ke beberapa Kota di Turki. Ada di Istanbul, Bursa, Cuyrus dan Erzincan. Berikut dokumentasi orang-orang Turki suka minum kopinya".

Belum juga pesan itu, terjawab, sudah kirim lagi kalimat lanjutannya. Penulis agak telat membalas pesan, karena tulisannya begitu panjang. Tampaknya jiwa muda Mega Zulaila itu memang semangatnya selalu menggebu dalam segala hal. Ini adalah ciri individunya dari sejak jadi siswa SMA. Seperti yang sudah diceriterakan di naskah sebelumnya. Diduga saking semangatnya, walau pesan belum terjawab, dia sudah mengirim kalimat lanjutan dalam jeda yang singkat.

Mega Zulaila: "Orang orang Turki suka minum kopinya pak. Terima kasih banyak pak.Selanjutnya akan pesan sesuai dengan orderan customer ya, Pak. Saya akan kirim dokumentasi selanjutnya, karena ada beberapa kota yang masih dalam perjalanan pengiriman.

Penulis: "Oke kalau begitu mau kita produksi segera dalam jumlah banyak. Mohon kasih jeda waktu jika ingin yang bubuk dan siap seduh. Jika Green Beand (Biji Mentah ) Stok  tersedia dan siap bisa di kirim langsung tanpa jeda. Terima kasih".

Mega Zulaila: "Baik Bapak. Kalau bisa yang sudah menjadi bubuk ya pak, karena kalau masih biji pada bingung pak numbuknya. Saya akan pasarkan lebih luas pak".

Penulis: "Maaf, sekarang di Turki Jam Berapa? Mau Bapak tulis di media. Sebagai motivasi bagi bangsa Indonesia, dan adek kelas Mega"

Mega Zulaila: "Jam 19.35 Pak. Sambil menunggu magrib tiba. Magrib di sini 20.25. Jadi 1 jam lagi kurang lebih"

Penulis: "Oke di Indonesia jam 11.36 WIB Saatnya salat Tahajud"

Mega Zulaila: "MasyaAllah.. Baik pak. Saya akan kabari jika kembali ke Indonesia. Dan siap membawa kopi Junti/Waglo lagi. Mungkin saya akan bawa segera. Saat kembali ke Indonesia. Sambil menunggu kabar customer mau berapa pesannya. Pesanan sementara masih dalam perkiraan. Jika lebih saya akan kabari.

Demikian dialog dengan Mega Zulaila. Padahal sesungguhnya penulis lebih tertarik jadi motivator saja, ketimbang jualan produk. Adapun produk kerjasama ini di bangun, untuk grand desain bagi generasi penerus saja, terutama untuk bahan kajian bersama. 

Walau penulis tidak berminat jadi pengusaha, tapi tak ada salahnya, jika hal ini sebagai pembuka jalan bagi orang lain. Mungkin kelak bisa diwariskan kepada mereka yang berminat, khususnya bagi pembaca tulisan. Untuk sementara ini, masih dikelola secara pribadi terlebih dahulu. Untuk memberi keyakinan kepada semua pihak. Semoga hal ini, bisa dijadikan sebagai bahan riset dan bahan  informasi yang bermanfaat.

Penulis, tidak ingin menyampaikan hal yang bersifat semu, seperti berita di televisi dan koran yang telah diuraikan pada awal tulisan ini.  Tidak ingin melihat lagi rakyat menjerit karena tertipu. Seolah informasi itu ibarat hembusan angin segar. Padahal menjerumuskan. Terkesan seperti pahlawan devisa, padahal sebaliknya.

Dunia tipu menipu sedang tidak karuan saat ini, dari mulai isyu hibah 2 trilyun, investasi bodong, sampai bank dan asuransi yang kondisinya banyak yang tidak karuan. Kepercayaan masyarakat pada lembaga tertentu mulai banyak yang pudar.

Kini lewat Mega Zulaila, kita tanamkan ketauladanan. Semoga di HUT RI ke 76 ini, seperti kisah bulutangkis putri di Olympiade Tokyo 2021. Dirgahayu Republik Indonesia. Aamiin. (bersambung)

Tag : No Tag

Berita Terkait