Penulis: Herz_Cms/Editor: Mbayak Ginting
3 Tahun lalu, Dibaca : 1667 kali
CIAMIS,
Medikomonline.com - Belum
selesainya persoalan sengketa tanah milik warga yang diduga kuat dikuasai PT.
Pertamina dalam pemasangan Pipa BBM di Desa Cintaratu, Kecamatan Lakbok,
Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat, pada hari Minggu (15/08/2021) siang sekitar
pukul 11.00 WIB kembali memanas dan berpotensi menimbulkan konflik antara warga
dengan pihak pelaksana pekerjaan.
Pasalnya, Minggu siang itu tampak alat kerja pelaksana
pekerjaan proyek pemasangan Pipa BBM milik PT. Pertamina dengan pemenang tender
PT. Hutama Karya (HAKA) yang kesemuanya sama-sama perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
Upaya memasukkan alat kerja ke lapangan itu pun nyaris
menimbulkan konflik di lapangan, mengingat pelaksana pekerja dari perusahaan HAKA
itu pun memaksa masuk dan menurunkan alat pekerjaan yang dibutuhkan.
Sebelumnya, pekerjaan pemasangan Pipa BBM
tersebut beberapa bulan yang lalu sempat diberhentikan warga, karena adanya
pernyataan atau perjanjian yang belum juga diselasaikan hingga saat ini. Akibatnya,
dengan kejadian tersebut berpotensi menimbulkan konflik antara warga khususnya
warga yang terdampak akibat pemasangan Pipa BBM di tanahnya dengan pelaksana
pekerjaan di lapangan.
Beruntung anarkis tidak terjadi, mengingat
alat peralatan pekerjaan yang menurut warga tampak dikawal oleh pihak aparat
itu pun menjadi tanda tanya sendiri. Sehingga warga yang tergabung dari tiga dusun
yakni Dusun Cibodas, Cikawung, dan Citamiang itu pun hanya bisa diam dan
melihat peralatan yang dibawa dengan mobil truk relative besar dan truk itu pun
diturunkan. “Setelah pihaknya beberapa warga diredam oleh ketua Paguyuban Warga
Berdampak Pertamina (PWBP),” terang beberapa warga.
Warga Dusun Cibodas, Cikawung dan Citamiang, Desa
Cintaratu, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. (Foto :
Herz)
Diungkapkan, Yogi, Hermawan, Adi Prayitno dan
Agus warga Dusun Cibodas, sebagaimana yang sudah diketahui bersama, bahwa “Pekerjaan
Pipa BBM milik PT Pertamina yang dikerjakan oleh kontraktor PT. HAKA yang juga
sama-sama milik BUMN/Negara, sebetulnya mereka sudah paham dan tahu betul kalau
pekerjaan tersebut tidak akan bisa dilakukan sebelum diselesaikannya persoalan
yakni mengenai sewa atau penggantian, setelah sekian puluhan tahun.
“Dan itu pun sudah dibuatkan beberapa kali
pernyataan, namun kenapa hal ini masih saja memaksakan tetap akan dibangun
pekerjaan tersebut dengan cara memasukan alat kerja yang dibutuhkan itu. Ya,
tolonglah selesaikan dulu dong apa yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan dibuat
pejanjian sebelumnya itu Pekerjaan diberhentikan pada waktu itu atas dasar
kesepakatan pada waktu beberapa bulan yang lalu,” kata mereka.
Namun dikatakan Agus dan Yogi, beberapa hari
kebelakangan dirinya didatangi ke rumahnya dari pihak kepolisian dengan dalih, tempuh
jalur hokum. Bahkan tidak hanya mendatangi ke dirinya saja, akan tetapi juga
pihak kepolisian beberapa hari ini intens selalu ada di daerah Cintaratu ini.
Dengan tujuan mendatangi beberapa warga sekitar dengan upaya seakan jangan ikut-ikutan
dalam menghalangi pekerjaan.
Menurut Agus dan Yogi, dari awal pun sudah
dijelaskan, pihak warga khususnya tanahnya yang terdampak akibat pembangunan
Pipa BBM milik PT Pertamina ini kan sudah disepakati bersama, tapi tetap saja
pihak kontraktor atau pelaksana pekerjaan memaksa sepertinya hendak mau kerja
dengan cara memasukan alat kerja berupa mobil/mesin cren, zenset dan alat las.
“Yang mana saat masuk alat itupun dilihatnya
ada yang mengawal dari pihak aparat. Kami semua melihat ko, saat seperti
pengawalan tersebut. Hanya saja, karena kami juga sudah terbentuk paguyuban,
maka kita pun mengkomunikasikan dengan Ketua Paguyuban sebagai tetuanya,”
ungkap mereka.
Arahan dari Ketua Paguyuban agar menahan diri
untuk tidak emosi dan berbuat anarkis, warga pun bisa menahan. “Meskipun pada
dasarnya, kami semua sudah sangat emosi karena pihak kontraktor di sini sudah
sangat memaksakan alat kerja masuk guna mungkin bisa dilakukan pekerjaan,” terang
mereka kepada Medikomonline.com.
Posko Pengaduan Penyerobotan Tanah Warga Oleh Pertamina,
Alamat Dusun Cibodas, RT 021, RW 005 Desa Cintaratu, Kecamatan Lakbok,
Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat.
Riyadi Slamet warga Dusun Cikawung, Desa
Cintaratu didampingi beberapa rekannya yang juga melihat saat alat kerja itu
masuk dan tampak seperti dikawal pihak berwajib/aparat. “Kami mengetahui dan
memang banyak warga yang melihat. Hanya saja, karena di situ tampak terlihat
beberapa anggota polisi juga ada, maka kami pun hanya bisa diam saja. Mengingat
memang jika ditelaah beberapa hari kebelakang, jajaran kepolisian dari Ciamis
seperti bagian Intel ini pun turun kebeberapa warga termasuk beberapa pengurus
dan anggota yang tergabung dalam Paguyuban,” ujar mereka.
Bahkan, warga pun melihat hari-hari
kebelakang ini pun, seperti hal ini sudah diatur akan masuknya alat kerja
mereka, karena sebelumnya para intel polisi dari Polres dan lainnya pun sudah
sering ada di daerah mereka ini.
“Dimungkinkan, mereka kesulitan untuk
mempengaruhi warga agar pembangunan bisa berjalan, mungkin. Maka akhirnya,
pihak kepolisian turun tangan dan kami melihat seperti pengawalan alat kerja
mereka masuk,” ujarnya.
“Akan tetapi sebenernyakan intimidasi –
intimidasi yang dilakukan dari pihak oknum aparat ini sudah jauh hari dilakukan
sehingga mungkin dirasa dengan cara apapun sulit berhasil agar pembangunan Pipa
BBM ini bisa berjalan, maka kali ini dilakukan dengan cara seperti ini,” ungkapnya.
Sebetulnya harapan warga sederhana. Selesaikan
saja dulu sengketa tanah warga yang
terdampak akibat pembangunan Pipa BBM sebagaimana janji atau pernyataan pihak
Pertamina pada waktu itu.
Bahkan pertemuannya pun hingga empat kali,
namun setelah begini pihak PT Pertamina tak kunjung juga menyelesaikan yang
akhirnya tentu ini pun sempat dan kedepannya bisa menimbulkan konflik. Beberapa
warga sempat berkumpul guna menyikapi persoalan tersebut.
“Akan tetapi karena beberapa warga yang
hendak menyetop atau memberhentikan alat masuk itu dilarang oleh pihak yang
dituakan (Ketua Paguyuban), maka kita pun hanya bisa diam dan melihat alat
kerja mereka turunkan dan masuk ke wilayah kami,” pungkasnya.
Foto :
Bambang dan beberapa pekerja usai menurunkan alat kerja di lokasi.
Bambang selaku pelaksana pekerjaan saat
dikonfirmasi Medikomonline.com di lokasi
penurunan alat kerja tersebut saat disinggung menurunkan alat kerja berupa apa
saja, pihaknya hanya mengatakan kalau dirinya ini hanya menurunkan mobil Cren
dan truk saja.
Adanya informasi menurunkan genset dan mesin las,
Bambang pun mengatakan, kalau hal itu pihaknya belum menurunkan alat tersebut dan
masih di atas mobil. “Masih menunggu hasil koordinasi dengan pihak terkait
dulu,” ungkapnya.
Disinggung sudah akan memulai pekerjaan,
Bambang mengatakan, ”Hal ini belum, kita belum akan melakukan pekerjaan,
mengingat masih menunggu hasil koordinasi dan konfirmasi saja.” Namun koordinasi
yang dimaksud tidak jelas dengan siapa.
Bambang pun tampak gugup di lapangan saat
dikonfirmasi Medikomonline.com dan
seakan cepat-cepat pergi meninggalkan Medikomonline.com.
Padahal di situ banyak pekerja usai menurunkan alat kerja dan berkerumun.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer