Penulis: Mansurya Manik
4 Tahun lalu, Dibaca : 1293 kali
Oleh Mansurya Manik
(Pegiat Pendidikan)
Kedatangan
Rizieq Shihab yang digelari oleh pengikutnya sebagai Imam Besar Front Pembela
Islam (FPI) dari Arab Saudi ke Indonesia pada 10 November 2020 di Bandara
Soekarno-Hatta Cengkareng Banten memunculkan pernak-pernik yang menarik. Adalah
komentar Nikita Mirzani terhadap penjemputan Rizieq Shihab yang dilakukan oleh
para pengikut Rizieq Shihab memantik amarah pengikut Rizieq Shihab, di antaranya
adalah Maaher At-Thuwailibi. Jejak digital komentar Nikita Mirzani dan luapan amarah
Maaher At-Thuwailibi sampai saat ini masih dapat dilihat di saluran youtube.
Mengapa
mengamati Nikita Mirzani dan Maaher At-Thuwailibi menjadi menarik? Karena jika
parameternya adalah revolusi akhlak maka kedua orang tersebut dalam tampilan
kesehariannya sangat diametral, bertolak belakang. Nikita Mirzani kesehariannya
sebagai seorang artis dan presenter, kehidupan rumah tangga dan pribadinya
sering menjadi bahan gosip, single parent
dalam mendidik dan membiyai hidup anak-anaknya, pakaian yang dikenakan
keseharian belum memenuhi kriteria syar’i sesuai tuntunan agama yang dianutnya,
bicaranya ceplas ceplos tanpa tedeng aling-aling tetapi rasa empatinya tinggi.
Salasatunya ketika beredar video syur sembilan belas detik yang dikaitkan
dengan seorang artis, Nikita Mirzani berkomentar meminta kepada warga net untuk
memikirkan beban mental anak artis yang dikaitkan dengan video tersebut. Ibarat
singa betina di luarnya sangar tetapi hatinya tetap lembut dan keibuan. Jika
sudah menyangkut masa depan seorang anak walaupun anak tersebut bukan anaknya
sendiri akan dibela oleh Nikita Mirzani.
Berbeda dengan
Maaher At-Thuwailibi yang konon nama aslinya adalah Soni Eranata kesehariannya
sebagai pendakwah agama Islam, sering diundang oleh jamaahnya memberikan tausyiah
keagamaan, pakaiannya sesuai syar’i dengan balutan gamis dan bersorban sehingga
menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah, telapak tangan dan bawah mata kaki.
Maaher At-Thuwailibi jika tidak suka dengan seseorang maka akan meluncur dari
mulutnya kalimat yang tidak pantas, akan dia sebut makhluk yang ada di kebun
binatang untuk menamai orang yang tidak dia sukai bahkan kosa kata pelacuran
dan selangkangan untuk memaki orang yang tidak dia sukai adalah hal yang lumrah
diucapkan. Ceramah dan caci makinya diunggah dan disebarluaskan oleh Maaher
At-Thuwailibi di saluran youtube agar dapat dilihat oleh khalayak ramai.
Yang paling
berbahaya sesungguhnya adalah perilaku Maaher At-Thuwailibi, dengan perilakunya
yang terbiasa mengucapkan caci maki, orang akan berpikir apakah memang demikian
ajaran agama yang dianutnya, apakah memang demikian ajaran gurunya, apakah
memang demikian ajaran imam besarnya? Jika hal ini dibiarkan dan menjadi
lumrah, maka akan menjadi kesulitan bagi para orang tua dan pendidik untuk
mengajarkan etika dan sopan santun sebab sang penceramah keagamaan tutur
katanya penuh caci maki dan penghinaan.
Padahal kalau
dilihat konteks ucapan Nikita Mirzani “habib itu tukang obat” dan dilanjutkan
dengan kalimat untuk mencontohkan “banyak tuh, ke habib aja” adalah fakta
memang banyak orang yang sakit dan tidak dapat sembuh oleh pengobatan medis,
mereka akan datang pada tokoh keagamaan semisal kiai, ustaz, dan habib untuk
memohon doa dan perlakuan lainnya sebagai obat kesembuhan penyakitnya baik
penyakit fisik maupun psikis. Dan Alhamdulillah ada juga yang sembuh dengan
karomah dan doa tersebut.
Tentu saja bagi
pengikut dan pengagum Rizieq Shihab yang menganggap Rizieq Shihab sebagai imam
besar dan ulama kharismatik yang begitu mulia, lalu dengan enteng Nikita
Mirzani menyebutnya tukang obat, akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi
pengagum Rizieq Shihab. Tetapi apakah kemudian harus dibalas dengan mencaci
maki Nikita Mirzani? Hal tersebut rasanya tidak elok juga.
Nikita Mirzani
dan Maaher At-Thuwailibi sesungguhnya mewakili dua kelompok kebanyakan karakter
manusia, yang satu tampilannya tidak sesuai harapan tetapi hatinya lembut
sedangkan yang satu lagi tampilannya sesuai syariat tetapi hatinya kasar. Tugas
Revolusi akhlak sebagaimana yang menjadi jargon Rizieq Shihab untuk
menyempurnakan keduanya, yang satu tampilannya diperbaiki dan yang satu lagi
hatinya diperbaiki supaya sesuai syariat sehingga akhirnya akan terwujudlah
insan kamil, karena sesungguhnya manusia adalah ahsani taqwim (ciptaan Allah
yang paling sempurna). Wallahualam..!
# pegiat
pendidikan
# Bandung, 14
November 2020
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer