Loading

BPTP Jawa Barat Panen Perdana Padi Berteknologi BPRL di Lakbok Ciamis


Mbayak Ginting/Dadan Supardan
2 Tahun lalu, Dibaca : 876 kali


Temu lapang dan panen perdana

CIAMIS, medikomonline.com - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat melaksanakan panen perdana hasil pengembangan demplot varietas unggul baru  (VUB) padi khusus dan spesifikasi lokasi dengan menerapkan teknologi budidaya padi ramah lingkungan (BPRL) di Desa Puloerang, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Minggu (29/08/2021).

Panen perdana padi ini dilakukan oleh Kepala Balai BPTP Jawa Barat Dr Ir Wiratno MEnv Mgt, Anggota Komisi IV DPR RI KH Asep A Maoshul Affandy MPd I, Kepala Pusat dan Pengembangan Tanaman Pangan Dr Ir Priatna Sasmita MSi, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ciamis Slamet Budi Wibowo SP MSi, Camat Lakbok Wiwik Dwikoraningsih, Kapolsek Lakbok Iptu Agus Hartadi Rivai, dan Danramil Lakbok Kapten ARH Agus Gusnedi.


Wiratno menjelaskan kepada Medikomonline di Lakbok, Minggu (29/08/2021), pengembangan demplot VUB padi khusus dan spesifikasi lokasi di Lakbok ini seluas 10 hektar.

“Demplot VUB padi ini dibudidayakan oleh Kelompok Tani Sri Mukti, Kecamatan Lakbok,” ujar peraih penghargaan Satyalancana Karya Satya XX dari Presiden Republik Indonesia ke-6 ini.

Dalam acara panen padi tersebut, KH Asep A Maoshul Affandy MPd I menyerahkan secara simbolis benih padi varietas Cikawasen kepada perwakilan petani, yaitu Asep dari Gapoktan Tani Mukti Desa Puloerang, Hamid dari Poktan Sumber Rezeki Desa Purwadadi, dan Suparman dari Gapoktan Sri Rahayu Desa Sidaharja.

“Jika teknologi BPRL ini diterapkan sesuai dengan aturan, hasil produksi padi dari 5,67 ton/ha menjadi rata-rata 7,23 ton/ha sehingga ada peningkatan 1,56 ton/ha. Hal ini menghemat biaya operasional karena pengurangan penggunaan pupuk anorganik bisa lebih dari 50%,” ungkap Pak Wir, panggilan akrab Wiratno.

Dalam kesempatan tersebut, peneliti BPTP Jawa Barat Dr Ir Nana Sutrisna memaparkan kegiatan panen perdana hasil pengembangan demplot VUB padi khusus dan spesifikasi lokasi dengan menerapkan teknologi BPRL.    

Setelah panen perdana ini selesai, para petani Puloerang berdiskusi dengan Kepala Balai BPTP Jawa Barat Wiratno, Kepala Pusat dan Pengembangan Tanaman Pangan  Priatna Sasmita, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ciamis Slamet Budi Wibowo.

Pada kesempatan diskusi, Wiratno menjelaskan dari hasil pengkajian pihaknya yang sudah dilakukan berkali-kali, kalau tanaman padi diberikan pestisida nabati akarnya jauh lebih panjang. Dengan akar yang lebih panjang dan juga lebih lebat, akan menyerap unsur hara lebih banyak. Dengan demikian tanaman akan jauh lebih hijau dan lebih subur.

“Tanaman akan lebih kokoh. Serabutnya panjang sehingga tidak akan mudah rebah. Dan tanaman yang menggunakan pestisida akan tumbuh serempak dan biasanya maju. Maju satu minggu. Ada yang panen maju tiga minggu. Dari penelitian kami, tanamannya lebih cepat mencapai masa generatif, sehingga panen lebih cepat. Kasus rebah akan menjadi berkurang, karena vegetatif tanaman akan lebih baik,” ungkapnya seraya menegaskan hasil penelitiannya, dengan menggunakan pestisida ini produksi padi meningkat 15 – 35 persen.

Anggota Komisi IV DPR RI KH Asep A Maoshul Affandy MPdI sangat mengapresiasi Badanlitbang Pertanian atas inovasi-inovasi yang dilakukan selama jni. Sehingga desimeninasi mampu meningkatkan produksi padi 27%.

Ia bergembira bahwa demplot berjalan dengan baik dan menjadi solusi untuk meningkatkan produksi di tengah-tengah kelangkaan pupuk anorganik. Produksi meningkat dari rata-rata sebanyak 5.67 t/ha GKP menjadi 7.23 t/ha GKP (gabah kering panen).

“Diharapkan ke depannya jerami padi jangan lagi dibakar tetapi dimanfaatkan sebagai pupuk organik tambahan dengan cara didekomposisi dengan mikroba tertentu,” ujar Asep.


Tag : No Tag

Berita Terkait