Penulis: IthinK
3 Tahun lalu, Dibaca : 954 kali
BANDUNG, Medikomonline.com – Kegiatan
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia dengan sebesar Rp36,4 miliar telah direalisasikan oleh Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Jawa Barat pada tahun anggaran 2020
lalu. Anggaran ini bersumber dari dana APBN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Kementerian Pertanian tahun anggaran 2020.
Sekretaris Dinas
TPH Jabar Drs M Ruslan U ESFA MM kepada Medikom mengatakan, komoditas Serealia
yang utama terdiri atas padi dan jagung. Kedua komoditas ini merupakan yang
paling strategis disbanding lainnya dalam komoditas pangan, sehingga selalu
mendapatkan perhatian khusus dalam setiap kebijakan yang ditetapkan melalui Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan.
“Program
tersebut dilakukan melalui perluasan areal tanam/peningkatan luas tanam,
penyediaan input, penyediaan teknologi, sarana air, pemasaran hasil dan lain
sebagainya, yang memungkinkan untuk lebih menggairahkan para petani berusaha
tani yang lebih optimal, sehingga pada akhirnya diharapkan peningkatan produksi
dan produksitivitas dapat dicapai,” jelas Ruslan.
Untuk mencapai
sasaran yang berat tersebut, Ruslan mengungkapkan, dukungan program pemerintah
yang diharapkan menjadi pemicu peningkatan luas tambah tanam dan produksi
difokuskan pada kegiatan yang bersumber dari APBN Tanaman Pangan dalam DIPA
Tugas Pembantuan.
“Sedangkan
kegiatan yang bersumber dari pembiayaan lainnya, baik APBN maupun APBD
diharapkan mendukung kelancaran pelaksanaan strategi pencapaian produksi
lapangan di lapangan,” ungkapnya.
Lebih rinci
Ruslan memaparkan beberapa kegiatan dalam Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia.
Pertama, Peningkatan Produktivitas. Kedua, Perluasan Areal Tanam Baru
(Ekstensifikasi). Ketiga, Percepatan Tanam Untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman
(IP). Keempat, Korporasi Berbasis Kawasan.
1.Peningkatan Produktivitas
Merupakan usaha
yang dilakukan untuk meningkatkan produksi komoditas Serealia dengan cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang tersedia. Dalam pelaksanaan kegiatan
intensifikasi difokuskan pada upaya penanganan masalah terkait pengelolaan
tanah, penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman, pemanenan dan kegiatan selama pascapanen.
Peningkatan
produktivitas komoditas Serealia dilakukan melalui peningkatan penggunaan benih
varietas unggul bermutu yang memiliki tingkat adaptasi lingkungan baik serta
potensi produksi yang tinggi, peningkatan jumlah populasi tanaman dengan
pengaturan jarak tanam, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta
berimbang, penggunaan pupuk organic dan pupuk bio hayati, pengelolaan pengairan
dan perbaikan budidaya lainnya yang disertai dengan peningkatan pengawalan ,
pendampingan, pemantauan dan koordinasi.
Strategi ini
terutama dilaksanakan karena perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik
lokasi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas.
2. Perluasan Areal Tanam Baru (Ekstensifikasi)
Permasalahan
substantif yang dihadapi dalam peningkatan produksi adalah berkurangnya luas
areal lahan sawah akibat alih fungsi dari lahan pertanian ke peruntukan du luar
pertanian. Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam upaya peningkatan produksi,
kegiatannya dititikberatkan pada perluasan areal tanam baru (Ekstensifikasi)
dan peningkatan indeks pertanaman pada lahan yang masih berpotensi untuk
ditingkatkan melalui pengaturan jadwal tanam/pola tanam, antara lain lahan
irigasi, lahan taddah hujan, lahan perkebunan, lahan hutan, lahan marginal,
lahan yang tidak disuahakan dan lahan-lahan lainnya.
Guna mendukung
upaya di atas, maka kegiatan dilaksanakan melalui fasilitasi stimulan antara:
benih, alat dan mesin pertanian pra panen maupun apscapanen, rehabilitasi
jaringan irigasi, pembangunan sumber air, (bendungan, sumur dangkal, dan
lainnya), pompanisasi/pipanisasi, pengaturan pengairan yang efesien dan
lain-lain.
3.Percepatan Tanam Untuk Meningkatkan Indeks
Pertanaman (IP)
Percepatan tanam
merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produksi melalui penambahan
areal tanam. Hal ini didukung dengan prediksi cuaca di masing-masing daerah.
Untuk mendukung strategi percepatan tanam diperlukan:
1) Memobilisasi
alat mesin pertanian untuk pengolahan tanah dan tanam, seperti: traktor roda
dua, traktor roda empat, kerbau/sapi, dan mesin tanam (transplanter).
2) Penyediaan
sarana produksi, seperti: benih, pupuk, kapur pertanian, dan pestisida dalam
jumlah dan kualitas yang mencukupi dan tepat waktu.
Penggunaan dan
pemilihan benih sebaiknya memperhatikan kondisi lahan/daerah spesifikasi
lokasi, memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit, berumur genjah, potensi
produksi tinggi, serta memiliki pangsa pasar yang baik. Hal ini dimaksudkan
agar umur panen bisa dipersingkat untuk mengejar musim tanam berikutnya serta
memberikan keuntungan yang lebih baik disbanding musim sebelumnya.
Penggunaan
pupuk, selain memanfaatkan pupuk anorganik bersubsidi, juga dapat memaksimalkan
potensi daerah berupa pupuk organic dari kotoran hewan dan sisa tanaman. Selain
itu, dapat ditambahkan pupuk yang memmiliki kandungan mikroorganisme yang baik,
seperti pupuk hayati atau pupuk organic cair.
Penggunaan
pestisida, sebaiknya memaksimalkan potensi alam berupa pestisida nabati/hayati
yang berpedoman pada prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). Jika
diperlukan penggunaan pestisida kimia, agar memperhatikan dosis, jenis
hama/penyakit sasaran, bahan aktif, cara
penggunaan, waktu penggunaan, dan lain-lain.
Penggunaan kapur
pertanian diperlukan terutama pada lahan yang tingkat keasamannya (pH) tinggi.
3)Manajemen
Pengairan
Adanya perubahan
iklim dan kondisi alam berdampak pada ketersediaan air yang kurang optimal.
Kondisi ini digambarkan dengan terjadinya banjir pada musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau. Penyebabnya antara lain: tingkat resapan air
tanah rendah, daya tahan air tanah rendah, aliran air permukaan tinggi, daya
tamping air kurang, alih fungsi sumber mata air, dan lain-lain.
Khusus untuk
lahan sawah irigasi teknis, diperlukan sistem pengelolaan air yang lebih baik,
tertata dan teratur sesuai kemampuan dan perhitungan debit air yang tersedia.
Misalnya, menggiring dan mendorong percepatan tanam dari Golongan I dan
Golongan III/IV sehingga tanam akhir berada di antara Golongan II/III. Pola ini
sangat diperlukan terutama pada musim hujan.
Pada saat ini,
selain debit air cukup, juga adanya bantuan curah hujan dan rendahnya
penguapan. Perlu diketahui, dampak pola pengaturan air ini sangat terasa pada
pelaksanaan tanam di musim kemarau sehingga bagian hilir (Golongan III/IV)
diharapkan dapat melaksanakan budidaya dengan jumlah air yang cukup.
Peran aparat dan
lembaga terkait, seperti Gubernur, Bupati/Wali Kota, Camat, Kades/Kuwu, TNI,
Petugas Pertanian, Gabungan Kelompok Tani/Gapoktan, Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A), dan lainnya sangat diperlukan untuk suksesnya pengelolaan manajemen
pengairan terutama di saluran irigasi teknis. Pengelolaan manajemen air yang
paling sulit adalah penertiban jadwal penggunaan air dan pengamanan pintu
pembagi.
Selain itu,
mobilisasi pompa air antardaerah dan antarpetak irigasi guna percepatan proses
pengolahan tanah dan pengamanan pertanaman. Pengaturan air yang optimal sangat
diperlukan untuk efesiensi penggunaan air di lapangan, sehingga debit air cukup
memenuhi kebutuhan budaya tanaman.
Di beberapa
daerah di Jawa Barat mengalami musim hujan yang lebih awal, sehingga gerakan
percepatan tanam dapat dilaksanakan lebih tepat waktu. Perlu diwaspadai pula, dengan
kerapatan musim tanam dan curah hujan yang berlangsung terus menerus, akan
berdampak negative terhadap pertumbuhan vegetatif dan generative tanaman, serta
perkembangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang perlu diwaspadai di
musim hujan, di antaranya: wereng coklat, BLB, blast, penggerek batang, tikus,
dan lainnya.
4.Korporasi Berbasis Kawasan
Korporasi petani
merupakan salah satu bentuk kelembagaan ekonomi petani yang memiliki dimensi
strategis dalam pengembangan kawasan pertanian karena dibentuk dari, oleh dan
untuk petani. Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani merupakan
pemberdayaan petani yang diyakini mampu mewujudkan kelembagaan ekonomi petani
yang bersifat korporat (badan usaha) di kawasan pertanian.
Korporasi petani
ditumbuhkembangkan untuk menjadikan petani berdaulat dalam mengelola keseluruhan
rantai produksi usaha tani. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong
penumbuhan dan pengembangan korporasi petani sebagai salah satu terobosan dalam
mewujudkan kesejahteraan petani yang merupakan tujuan utama pembangunan
pertanian.
Penumbuhan dan
pengembangan korporasi petani juga tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2020-2024.
Kementerian Pertanian juga telah mengeluarkan “Grand Design Pengembangan
Korporasi Petani sebagai Penggerak Ekonomi Kawasan Pertanian untuk
Kesejahteraan Petani”.
Grand design ini
merupakan penjabaran konsep pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian
yang belum pernah ada sebelumnya. Menempatkan kedudukan korporasi petani
sebagai penggerak ekonomi kawasan pertanian merupakan kunci utama keberhasilan
mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri, dan modern.
Mengingat
kawasan pertanian, khususnya untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan memiliki keragaman kondisi biofisik, social ekonomi, dan
kelembagaan, maka grand design tersebut perlu dijabarkan lebih rinci
operasionalisasinya, termasuk tahapan kerjanya ke dalam suatu pedoman.
Hal ini memegang
peranan penting agar seluruh pihak yang terlibat memiliki acuan opersional yang
sama di lapangan, sehingga penumbuhan dan pengembangan korporasi petani dapat
dilakukan secara sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi dalam satu pola
sikap dan pola tindak dalam menggerakkan ekonomi kawasan pertanian untuk
kesejahteraan petani.
Upaya Pencapaian Sasaran Produksi
Dalam upaya
mencapai sasaran produksi komoditas Serealia, diperlukan dukungan kegiatan yang
nyata dari setiap sub sektor terkait,
dari mulai off farm hulu, on farm, dan off farm hilir. Dukungan kegiatan tersebut agar dikelola secara
terpadu, sehingga memberikan kontribusi positif yang nyata di lapangan dan
berdampak pada pencapaian produksi yang optimal.
Pemanfaatan
potensi di lapangan harus lebih ditingkatkan, termasuk menggali peluang lahan
baru dan mendorong peningkatan indeks pertanaman (IP). Upaya peningkatan luas
tambah tanam (LTT) merupakan upaya yang lebih cepat untuk memperoleh tambahan
produksi selain peningkatan produktivitas lahan pada areal yang fasilitasi.
Perlu diperhatikan beberapa hal pada pelaksanaan peningkatan LTT, di antaranya
tingkat keseragaman waktu tanam, pemilihan varietas yang memiliki ketahanan
terhadap hama dan penyakit, dan lainnya.
Agar upaya yang
dilaksanakan dapat berhasil mendongkrak LTT
dan peningkatan produksi, maka dukungan dari berbagai pihak yang terkait sangat
diperlukan melalui gerakan yang massif,
antara lain: gerakan percepatan pengolahan tanah, gerakan tanam dan
panen serentak, gerakan pemupukan berimbang, ggerakan penerapan teknologi,
gerakan pengendalian OPT, gerakanan penganangan panen dan pascapanen, gerakanan
lainnya melalui dukungan APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota, dana
desa, dan sumber dana lainnya.
Penyuluh
Pertanian/PPL, UPTD, KCD/Mantri Tani, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap
melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar program. Pada
prinsipnya, semua dana yang ada yang dikelola oleh provinsi dan kabupaten/kota,
dan desa serta Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meingkatkan produksi, baik di
areal program maupun di luar areal non program.
Kegiatan yang
menunjang secara langsung terhadap kinerja komoditas Serealia yang bersumber
dari dana APBN tahun 2020 terdiri atas: Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia,
dan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan.
Secara rinci alokasi dan realisasi Kegiatan
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia melalui Budidaya Padi Kaya Giji di 13
kabupaten dengan alokasi fisik seluas 2.500 ha dan realisasi 2.500 ha dalam
tabel di bawah.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer