Loading

Di Tengah Pandemi Covid-19, Disdik Kabupaten Sumedang Miliki 7 Metode Teknik Belajar Semester Ganjil


Penulis: Nanang/Editor: Mbayak Ginting
4 Tahun lalu, Dibaca : 2043 kali


Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang Agus Wahidin

SUMEDANG, Medikomonline.com – Di tengah pandemi Covid-19, lembaga pendidikan tahun ajaran baru tahun 2020/2021 semester ganjil, siswa dan guru belum dapat langsung belajar seperti sebelumnya dengan metoda bertatap muka langsung.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang Agus Wahidin mengatakan, meski proses kegiatan belajar mengajar belum bisa bertatap muka, namun pihaknya sudah membuat langkah dan kajian tahun ajaran 2020-2021 di masa Pandemi Covid 19.

Agus Wahidin menambahkan, Disdik Kabupaten Sumedang telah mempersiapkan diri dengan strategi pembelajaran di luar tatap muka, yaitu strategi Komplementer. Adapun tujuh metode teknik pembelajaran tersebut, saling mengisi dan melengkapi sesuai karekteristik sekolah masing- masing.

“Contohnya, apabila di suatu sekolah memberlakukan metode 1,5,6 tidak dapat dilaksanakan, karena terbatasnya jaringan internet, seperti daerah Tanjung Medar, Surian, Jatigede dan ketidakmampuan orang tua membeli HP Android. Maka metode lainnya harus diperkuat dan ditingkatkan agar pembelajaran tetap berjalan selama di pandemi Covid-19,” ujarnya.

Agus menyebut, hal ini juga tidak semata-mata hanya jaringan internet, sebab pada umumnya melihat secara langsung, di mana anak-anak yang belum tentu  mempunyai HP Android atau kemampuan orang tuanya mampu membeli, terlebih di masa Pandemi Covid 19 ini.

“Teknik pembelajaran itu yakni pembelajaran virtual tidak bisa dilaksanakan, maka metode pembelajaran 2,3,4 dan 7 diberlakukan. Di metode ini saling mendukung satu sama lainnya,” paparnya.

Agus menambahkan, tujuh metode teknik pembelajaran yang diberlakukan di Kabupaten Sumedang sesuai kewenangan di bawah Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, antara lain: Pembelajaraan Virtual, Pembelajaran Tematik Virtual, Pembelajaran Modul/LKS, Pembelajaran Home Visit Guru, Pembelajaran TV/Radio, Pembelajaran Grup Medsos dan Pembelajaran Tugas berkala dan terukur.

Selain itu terang Agus, pembelajaran virtual pun konsekuensinya biayanya mahal, karena satu kali mata pelajaran saja bisa menghabiskan 2 GB atau lebih kurang Rp20 ribu.

“Jadi kalau sehari virtual dua mata pelajaran sudah Rp40 ribu, kali seminggu, kali sebulan sudah berapa. Oleh sebab itu virtual ini hanya digunakan untuk hal-hal penting saja, dibatasi maksimal tiga kali dalam satu bulan,” terangnya.

Agus menyampaikan, teknik kedua adalah pembelajaran projek dan teknisnya, anak akan diberikan tugas untuk melakukan sesuatu yang bersifat aktifitas langsung. “Misalkan anak PAUD, TK, SD kelas 1,2,3 disuruh menanam biji tomat. Biji tomatnya ditanam, disiram, diamati pertumbuhannya, diukur dan seterusnya. Jadi anak akan belajar,” bebernya.

“Teknis ke-tiga, pembelajaran dengan modul dan LKS, yang tidak boleh diperjualbelikan dan dibuat sesederhana mungkin oleh pihak sekolah,” sambung Agus.

Adapun, teknis ke-empat atau home visit yaitu, guru berkunjung ke rumah siswa, ke dusun tertentu dimana anak didiknya berada. Dan kelima, pembelajaran melalui media, selanjutnya keenam pembelajaran dengan grup Media Sosial. Lalu terakhir, teknik pembelajaran penugasan berkala dan terukur.

Maksud harus berkala dan terukur, jangan sampai terulang seperti awal Covid-19 dulu. Semua guru mengasih tugas ke siswa, siswa kelabakan. Karena adanya tugas ini, tugas ini memberatkan.

“Sekarang harus berkala dan terukur hanya sebagai pengganti ulangan harian. Semua implementasinya akan berbeda-beda di tiap sekolah. Jadi semuanya yang tujuh poin tersebut bisa saling melengkapi dari satu sampai tujuh,” pungkas Agus.

Tag : No Tag

Berita Terkait