Loading

Pemberdayaan dan Pengorganisasian Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


Penulis: Windyani Wulansari
10 Hari lalu, Dibaca : 92 kali


Windyani Wulansari

Oleh Windyani Wulansari

(Mahasiswa Pascasarjana Kelas Non-Reg. 1E UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

 

 

 

Di tengah arus perubahan global yang serba cepat, sektor pendidikan Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memastikan kualitas pembelajaran yang relevan dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Fenomena ketimpangan kompetensi guru dan tenaga kependidikan masih sering terjadi, terutama di daerah-daerah dengan akses pelatihan dan fasilitas yang terbatas. Di sisi lain, pemerintah dan lembaga pendidikan terus mendorong penerapan pembelajaran abad 21 yang menuntut pendidik untuk menguasai teknologi, berpikir kritis, dan berinovasi. Kondisi ini menunjukkan adanya gap antara tuntutan mutu pendidikan dengan kapasitas sumber daya manusia pendidikan yang ada. Oleh karena itu, pemberdayaan dan pengorganisasian pendidik serta tenaga kependidikan menjadi langkah strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan konsep, program, serta model pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan sebagai jawaban atas tantangan tersebut.

Pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan bukan sekadar program pelatihan, melainkan proses menyeluruh untuk meningkatkan kapasitas individu dan menciptakan iklim organisasi yang mendukung. Dalam konteks pendidikan, pemberdayaan berarti mengoptimalkan potensi guru dan tenaga kependidikan agar mampu menjalankan peran secara profesional, kreatif, dan mandiri. Guru tidak lagi sekadar penyampai materi, tetapi juga agen perubahan di sekolah. Sementara itu, tenaga kependidikan menjadi penopang administratif dan operasional yang memastikan proses belajar berjalan efektif. Pemberdayaan yang efektif mampu membangun kepercayaan diri, meningkatkan kompetensi, serta memperluas ruang partisipasi dalam pengambilan keputusan di satuan pendidikan.

Salah satu upaya strategis dalam pemberdayaan guru adalah pengembangan program peningkatan kompetensi secara berkelanjutan. Program ini dapat berupa pelatihan, workshop, sertifikasi, maupun forum diskusi profesional seperti KKG dan MGMP. Tujuannya bukan hanya memperbarui pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk budaya belajar sepanjang hayat bagi para guru. Dalam era digital, literasi teknologi menjadi kunci penting. Guru harus mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk merancang pembelajaran yang menarik, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik. Dengan demikian, mereka dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan abad 21.

Selain guru, pemberdayaan tenaga kependidikan memiliki peran penting dalam mendukung efektivitas pengelolaan sekolah. Tenaga kependidikan seperti staf administrasi, pustakawan, dan laboran perlu diberikan pelatihan yang relevan, terutama dalam penguasaan teknologi informasi, pengelolaan data, serta pelayanan administratif berbasis digital. Ketika kinerja tenaga kependidikan meningkat, proses manajemen sekolah akan menjadi lebih efisien, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan pembelajaran. Kolaborasi yang kuat antara guru, tenaga kependidikan, dan pimpinan sekolah juga menjadi faktor kunci dalam menciptakan iklim kerja yang produktif dan harmonis.

Keberhasilan pemberdayaan tidak lepas dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal mencakup motivasi kerja, kepemimpinan kepala sekolah, serta budaya organisasi di lingkungan pendidikan. Sementara faktor eksternal mencakup kebijakan pemerintah, dukungan masyarakat, ketersediaan dana, serta perkembangan teknologi. Untuk itu, dibutuhkan model pemberdayaan yang adaptif dan partisipatif. Model partisipatif memberikan ruang bagi pendidik untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan. Model kolaboratif memperkuat kerja sama antarunsur pendidikan, sedangkan model berbasis teknologi membuka peluang inovasi pembelajaran dan tata kelola yang lebih modern.

Pada akhirnya, pemberdayaan dan pengorganisasian pendidik serta tenaga kependidikan bukan sekadar upaya teknis, tetapi investasi strategis dalam membangun masa depan pendidikan Indonesia. Ketika guru dan tenaga kependidikan diberi ruang untuk tumbuh, belajar, dan berkontribusi, maka kualitas pembelajaran akan meningkat secara signifikan. Sekolah menjadi lingkungan belajar yang dinamis, kreatif, dan inovatif. Dengan sinergi antara peningkatan kompetensi individu dan penguatan kelembagaan, Indonesia dapat bergerak menuju sistem pendidikan yang lebih unggul, merata, dan berkelanjutan.

 

Tulisan ini disarikan dari modul ajar Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Dosen pengampu Prof.Dr.A.Rusdiana,M.M.

(https://digilib.uinsgd.ac.id/96098/ )

 

 

Windyani Wulansari lahir di Bandung, tanggal 06 Januari 1979, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ibu empat anak ini sekarang tinggal di Griya Bandung Indah Blok G4 No.9 RT 02 RW 09 Kel. Bojongsoang Kec. Buahbatu, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia,  40287, HP: 082116777272

E-Mail : [email protected]

Pendidikan: Sekolah Dasar/SDN Banjaran I lulus tahun 1991, Sekolah Menengah Pertama/SMPN 10 Bandung lulus tahun 1994, Sekolah Menengah Atas/SMUN 1 Bandung tahun 1997, lulusan Universitas Islam Bandung Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Hubungan Masyarakat tahun 2001, lulusan Universitas Terbuka Jurusan PGSD pada tahun 2022 dan sekarang kuliah di Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Jurusan MPI. Motivasi masuk ke UIN SGD jurusan MPI, yaitu untuk mengembangkan keilmuan dan mengetahui tentang pengelolaan lembaga yang lebih profesional sehingga bisa berkembang dan mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

 

 

Tag : No Tag

Berita Terkait