Penulis: Dadan Supardan
5 Tahun lalu, Dibaca : 1124 kali
BANDUNG, Medikomonline – Anak berkebutuhan
khusus (ABK) memiliki potensi untuk berwirausaha secara mandiri. Semua itu,
dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ABK. Anak A misalnya mempunyai
potensi dalam kemampuan mengolah suara, IT, dan kemampuan akademik. Anak B
mempunyai potensi fisik yang baik, sehingga bisa bekerja seperti orang pada
umumnya. Lalu Anak C bisa bekerja atau diberdayakan bekerja dengan aktivitas
fisik sederhana. Sementara Anak D, walaupun dalam aktivitas fisik terbatas tapi
potensial di bidang IT dan mampu bekerja dengan berfikir yang sedikit tinggi.
Demikian disampaikan Kepala Sekolah SLB Roudhotul Zannah
Soreang H Asep Hidayat SPd melalui Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Imas
Rohiyatiningsih SPd kepada Medikom baru-baru ini.
Untuk itu, SLB Roudhotul Zannah Soreang jelas Imas
mengembangkan pendidikan vokasional berupa pembuatan boneka kaos kaki (B, C, D,
dan autis), gantungan kunci (B, C, D, dan Autis), pembuatan telur asin (B, C, D,
dan Autis), alas pengantar bawaan pengantin (B, C, D dan Autis), dan dus untuk
boneka. Selain itu dikembangkan juga kemampuan melukis (B dan Autis) dan
menyanyi (A).
Dikatakan, porsi waktu vokasional di SLB Roudhotul Zannah
Soreang sekitar 16-20 jam pelajaran per minggu. Rujukannya Kurikulum 13.
“Tujuannya untuk memberikan bekal agar ABK bisa berwirausaha
secara mandiri,” tutur Imas Rohiyatiningsih seraya menegaskan pendidikan
vokasional merupakan persiapan untuk menuju dunia usaha. Pendidikan vokasional
sangat diperlukan bagi ABK agar setelah lulus sedikitnya tidak menjadi beban
orang tua, bahkan bisa menghasilkan sesuatu dan membuka lapangan kerja.
Berhubung tidak ada guru khusus yang menangani pembelajaran
vokasional, Imas menegaskan penanganannya dengan memberdayakan guru-guru.
Apalagi di SLB Roudhotul Zannah Soreang keinginan guru-guru sangat kuat untuk
mengembangkan potensi usaha anak-anak.
Lebih jauh Imas memaparkan, pihaknya sudah mencoba menjajaki
potensi pasar produk yang dihasilkan anak didiknya. Alhamdulillah, walaupun
belum begitu besar untuk produk boneka kaos kaki dan gantungan kunci
pemasarannya sudah merambah wilayah Soreang, Tasikmalaya, Banten, dan Jakarta.
“Sementara produk telur asin pemasarannya masih sebatas kepada
masyarakat sekolah. Sedangkan untuk lukisan belum dipasarkan. Prestasinya baru juara
1 lomba tingkat provinsi dan mewakili Provinsi Jawa Barat untuk lomba tingkat
nasional,” ujar Imas.
Imas berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk
pengembangan pembelajaran vokasional di SLB. Lantaran jika ada dukungan sarana
dan prasarana uang baik dan tenaga ahli, tentu hasilnya akan maksimal.
Namun demikian, dukungan sarana dan prasarana yang
minim serta tidak adanya guru khusus yang menangani pembelajaran vokasional
tidak menyurutkan semangat. Sebab, keinginan yang kuat dari pihak sekolah untuk
memandirikan anak-anak SLB dalam kewirausahaan adalah segala-galanya.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer