Reporter: Syah Ma'mur
14 Hari lalu, Dibaca : 254 kali
Karya keempat dari rumah produksi Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen ini menghadirkan kisah menyentuh seorang warga Timor Timur di tengah konflik berkepanjangan menjelang lepasnya wilayah tersebut dari NKRI.
Tahun 1999. Timor
Timur berpisah dari Indonesia, memaksa banyak keluarga menghadapi pilihan
sulit: tetap berada di Indonesia (Kupang) atau berpindah ke Timor Leste. Sebuah
keluarga tanpa ayah menjadi korban perpecahan ini. Merry (Griffit Patricia)
memilih tetap tinggal di Indonesia dan bersekolah di sekolah kecil yang diasuh
ibunya, Tatiana (Alexandra Gottardo). Mereka berdua harus berpisah dengan kakak
Merry, Mauro, yang memilih tinggal di Timor Leste bersama pamannya.
Di rumah mereka,
Merry dan Tatiana berteman dengan pemilik toko kelontong Koh Ipin (Robby
Tumewu) dan Cik Irene (Thessa Kaunang). Di sekolah, Merry kerap menjadi korban
kejahilan Carlo (Yahuda Rumbindi), yang sebenarnya hanya menginginkan sosok
adik. Ia dirawat oleh Abu Bakar (Asrul Dahlan), keturunan Arab yang juga
bersahabat dengan Tatiana. Tatiana rajin pergi ke pengungsian demi mencari
kabar Mauro dari seorang relawan bernama Lukman (Lukman Sardi).
Di tengah potret
kehidupan pengungsian, Merry mulai curiga ibunya sakit keras. Ia meminta Dr.
Joseph (Ari Sihasale) memeriksa Tatiana. Dari Abu Bakar, Tatiana mendengar
kabar Mauro dari Lukman, yang membuat Merry berharap kakaknya akan datang.
Namun, Mauro menyimpan sakit hati karena merasa ibunya tak pernah
menengoknya—sebuah kesalahpahaman karena waktu kedatangan mereka selalu tidak
sama. Mauro hanya ingin bertemu Merry.
Mendengar
percakapan ini, Merry memutuskan nekat pergi ke perbatasan sendirian. Dengan
bekal dari Cik Irene, ia menaiki bus hingga terminal terakhir, lalu berjalan
kaki. Abu Bakar dan Tatiana panik ketika mengetahui Merry hilang. Carlo pun
ikut mencari, hingga menemukan Merry yang pingsan di perjalanan. Setelah
dirawat di puskesmas, mereka melanjutkan perjalanan penuh rintangan menuju
perbatasan.
Akhirnya, mereka
bertemu Lukman, yang memberitahu Mauro sudah berada di perbatasan. Momen haru
terjadi ketika keluarga yang terpisah bertemu kembali. Lewat lagu Kasih Ibu,
Merry berhasil meluruskan kesalahpahaman Mauro. Tatiana datang dan ketiganya
berpelukan—sebuah simbol persatuan keluarga di tengah perpisahan bangsa.Mesej
Utama Film
Tanah Air Beta
bukan sekadar drama keluarga—ini adalah kisah tentang cinta, pengorbanan, dan
harapan di tengah luka perpisahan bangsa. Film ini mengajak penonton merasakan
pedihnya terpisah oleh batas negara, namun tetap percaya bahwa keluarga adalah
rumah yang tak akan pernah hilang, sejauh apa pun jaraknya. Lewat momen haru di
perbatasan, Tanah Air Beta mengingatkan kita bahwa kasih sayang mampu menembus
sekat politik, sejarah, dan perbedaan.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
Indramayu Diguncang Gempa Magnitudo 4.4, Kedalaman 280 Kilometer
SAU7ANA Come Back