Loading

Titik Terang – Warisan Budaya Tak Benda: Relevansi dan Kebermanfaatannya bagi Generasi Z


Penulis: Sabda Pewaris Nusantara
12 Jam lalu, Dibaca : 51 kali


Hak cipta gambar Sabda Pewaris Nusantara

Oleh Sabda Pewaris Nusantara

 

Abstrak

Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) merupakan salah satu fondasi penting dalam menjaga identitas kebudayaan Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi. Artikel ini membahas bagaimana WBTb, seperti wayang, batik, gamelan, reog, hingga tradisi ritual lokal, memiliki relevansi dan kebermanfaatan bagi Generasi Z. Melalui studi literatur dan analisis sosial-budaya, tulisan ini menekankan pentingnya pelestarian, revitalisasi, dan inovasi dalam pengembangan WBTb agar tetap hidup di tengah perubahan zaman.

Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai Adi Daya Budaya dimana sebagai bangsa yang memiliki keragaman budaya yang luar biasa. Salah satu aset pentingnya adalah Warisan Budaya Tak Benda (WBTb), yang mencakup ekspresi, praktik, pengetahuan, dan keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi (UNESCO, 2003). Beberapa di antaranya bahkan telah diakui dunia, seperti Wayang (2003), Keris (2005), Batik (2009), Angklung (2010), dan Gamelan (2021).

Namun, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menghadirkan WBTb agar tetap relevan bagi Generasi Z—generasi yang lahir dan tumbuh bersama teknologi digital. Dalam konteks ini, WBTb tidak hanya berfungsi sebagai artefak budaya, melainkan sebagai inspirasi untuk kreativitas, identitas, dan inovasi di masa depan (Heryanto, 2021).

Warisan Budaya Tak Benda dan Nilai Filosofisnya

WBTb memiliki kedalaman makna yang tidak hanya estetis, tetapi juga filosofis dan spiritual. Misalnya, filosofi Batik Parang Rusak menggambarkan perjuangan tanpa henti dalam menjalani kehidupan, sementara Wayang Kulit mengajarkan nilai moral, kepemimpinan, dan spiritualitas (Geertz, 1973).

Tradisi lokal seperti Labuhan di Yogyakarta atau Seba Baduy di Banten memperlihatkan relasi harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Nilai-nilai ini sejatinya mampu menjadi pedoman etis dalam menghadapi krisis global, termasuk isu lingkungan dan degradasi moral.

Kebermanfaatan WBTb bagi Generasi Z

Generasi Z dihadapkan pada tantangan identitas di tengah budaya global yang homogen. Dalam konteks ini, WBTb dapat memberi manfaat nyata sebagai:

1. Identitas Kultural

WBTb menjadi jangkar identitas yang membedakan Generasi Z Indonesia dari generasi muda negara lain.

2. Inspirasi Kreativitas Digital

Banyak seniman muda kini mengadaptasi motif batik, musik gamelan, dan wayang dalam karya animasi, gim, hingga konten media sosial (Prabowo, 2022).

3. Modal Sosial dan Ekonomi

Tradisi anyaman, musik bambu, atau kuliner tradisional dapat dikembangkan menjadi industri kreatif berdaya saing global.

4. Pendidikan Karakter

Nilai gotong royong, keselarasan dengan alam, dan spiritualitas yang terkandung dalam WBTb dapat menjadi bekal penting dalam membentuk generasi berkarakter.

Tantangan dan Strategi Pelestarian

Meski demikian, pelestarian WBTb menghadapi tantangan serius, seperti urbanisasi, modernisasi, dan kurangnya regenerasi. Oleh karena itu, diperlukan strategi adaptif, antara lain:

Digitalisasi WBTb, melalui arsip virtual, kanal YouTube, hingga aplikasi gim edukasi.

Integrasi dalam kurikulum pendidikan, agar Generasi Z mengenal budaya sejak dini.

Kolaborasi lintas sektor, melibatkan komunitas budaya, akademisi, pemerintah, dan pelaku industri kreatif.

Kesimpulan

Warisan Budaya Tak Benda bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan titik terang yang menyinari perjalanan bangsa menuju masa depan. Bagi Generasi Z, WBTb hadir sebagai sumber identitas, inspirasi, dan modal kreatif. Dalam semangat Adidaya Budaya Nusantara, pelestarian dan inovasi WBTb menjadi kunci agar kebudayaan Indonesia tetap berakar, namun juga mampu menjulang tinggi di kancah global.

Referensi

Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures. New York: Basic Boo Buks.

Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

UNESCO. (2003). Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage. Paris.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. (2022). Laporan Ekonomi Kreatif.

Tag : No Tag

Berita Terkait