Penulis: IthinK/Editor: Mbayak Ginting
5 Tahun lalu, Dibaca : 1306 kali
BANDUNG, Medikomonline.com - Secara mengejutkan terjadi perubahan
konstelasi politik di tingkat elite. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan
Suharso Monoarpa dan Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum merapat ke Prabowo
Subianto. Turut pula hadir Bupati Bogor yang merupakan Ketua DPW PPP Jabar Ade
Yasin.
Untuk kepentingan apa para petinggi PPP merapat ke Gerindra?
Banyak spekulasi berkembang setelah adanya pertemuan itu.
Daddy Rohanady, salah satu anggota DPRD dari Partai Gerindra
yang terpilih kembali untuk periode 2019-2024 menyatakan, "Ade Yasin jelas
karena dia menjadi Bupati Bogor. Artinya, ia penguasa wilayah di mana Hambalang
tempat kediaman Prabowo berada di wilayah Kabupaten Bogor yang dipimpinnya.
Selain itu, Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan pun merupakan Ketua Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) Partai Gerinda Kabupaten Bogor."
Dalam konteks Ade Yasin, tampaknya kedatangannya ke rumah
Prabowo relatif lebih mudah dipahami. Demikian pula kehadiran Ketua Umum PPP
Suharso Monoarpa. Ia jelas mengantar Ade Yasin.
Lantas bagaimana dengan Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum? Ini yang
menarik.
Ada yang menafsirkan pertemuan itu bagi Uu merupakan
"balik kanan". Ketika menjadi pasangan calon kepala daerah
Jabar, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum berada di kubu yang berbeda dengan
Gerindra.
PPP pada pemilihan gubernur Jabar 2018 menjadi salah satu
pengusung pasangan Emil-Uu, sedangkan Gerindra dan PKS mengusung
Sudrajat-Syaikhu.
Mungkinkah Uu merasa tak diberdayakan secara proporsional oleh
Gubernur Jabar Ridwan Kamil? Benarkah ia merasa benar-benar hanya menjadi ban
serep? Kalau ya, ini pasti mermbuat seorang Uu yang mantan Bupati Tasikmalaya
itu tidak nyaman. Sebagai mantan orang nomor satu yang biasa memainkan segala
peran di daerahnya, bisa jadi kini ia merasa kurang optimal mengaktualisasikan
konsep pembangunannya.
Maka, jalan yang ditempuhnya adalah merapat ke Gerindra yang
menjadi pemenang dalam pileg tingkat provinsi di Jawa Barat. Untuk apa?
Daddy yang juga merupakan Wakil Ketua DPD Gerindra Jabar
menjelaskan bahwa, "Dengan 25 dewan yang dimiliki, Gerindra menjadi
kekuatan politik yang tak bisa disepelekan. Mengapa demikian? Jika Gerindra
bergabung dengan PKS, total sudah 46 kursi DPRD yang dikuasai. Ketika PPP
bergabung, jumlahnya menjadi 48. Artinya, hanya butuh 13 suara lagi seandainya
pengambilan keputusan di DPRD sampai ditentukan melalui voting."
Padahal, koalisi yang terbangun pada saat pilgub, Gerindra dan
PKS bergabung dengan PAN. Jadi, koalisi ini sudah menganyongi 55 suara dari
total 120. Hanya butuh tambahan 6 suara.
Di sisi lain, andai ditinggalkan PPP, Ridwan Kamil hanya tinggal
diusung PKB, Nasdem, dan Perindo yang totalnya 17 suara saja. Hal ini karena
tak satu kursi pun diraih Hanura di DPRD Provinsi Jabar.
Andai saja PDI Perjuangan apalagi jika ditambah dengan Golkar
bergabung, maka suara mayoritas berada di kubu yang tidak mendukung Ridwan
Kamil.
Daddy melanjutkan, "Saya kira, PPP dan Uu sadar betul akan hal itu. Maka, diputuskanlah PPP merapat ke Gerindra."
Lantas ke mana moncong senjata Gerindra diarahkan? "Kami
masih menunggu arahan DPP," pungkas Daddy yang mantan Wakil Ketua Komisi
IV itu.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer