Penulis: Mbayak Ginting
4 Tahun lalu, Dibaca : 1814 kali
BANDUNG, Medikomonline.com – Dinas
Bina Marga dan Penataan Ruang (BMPR) Jawa Barat (Jabar) akan membuka akses
jalan di daerah terisolir di bagian tengah Jabar selatan. Solusi yang
ditawarkan Kepala Dinas BMPR Jabar Ir A Koswara MP dan jajarannya adalah Program Jalur Tengah Selatan atau yang
dikenal dengan istilah JTS.
Jalan
JTS ini akan melintasi wilayah bagian tengah Jabar selatan, mulai dari
Kabupaten Sukabumi – Kabupaten Cianjur – Kabupaten Garut – Kabupaten
Tasikmalaya – Kabupaten Pangandaran.
Kepala
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Jalan dan Jembatan (PJJ)
Wilayah Pelayanan II Dinas BMPR Jabar Agus Budiono didampingi Harry Kuswian,
Kasi Pembangunan UPTD PJJ Wilayah Pelayanan II kepada Medikomonline di Bandung, Senin (05/10/2020) menjelaskan, Program
JTS ini bertujuan untuk membuka kawasan-kawasan terisolir, khususnya wilayah bagian tengah di Jabar
selatan.
“Jadi
JTS ini dalam rangka kita mencoba membuka kawasan-kawasan terisolir khususnya
di wilayah selatan. Selama ini yang sudah dilakukan adalah daerah pantai
selatan. Di (bagian-red) tengahnya ini masih banyak yang tertinggal. Makanya
upaya pemerintah daerah ini mencoba membuka kawasan-kawasan yang terisolir
melalui Program JTS,” ungkap Agus.
Lanjut
Agus, di wilayah kerja UPTD PJJ Wilayah Pelayanan II, khususnya Kabupaten
Sukabumi akan ada dua segmen pada trase JTS ini. Pertaman, Segmen Lengkong –
Sagaranten. Kedua, Sagaranten – Cikadu.
“Segmen
pertama adalah dari arah Lengkong ke Sagaranten. Lengkong - Sagaranten itu
kurang lebih 23 Km. Kalau yang kedua, segmen dari Sagaranten ke Cikadu ya.
Daerah Sagaranten ke Cikadu. Nanti dari Cikadu nyambung lagi, berkaitan dengan
Balai I. Sagaranten – Cikadu itu kurang lebih 13 Km,” kata Agus yang sebelumnya
menjabat Kepala UPTD PJJ Wilayah III.
Ditegaskan
Agus, ruas secara pasti kedua segmen masih belum diputuskan. “Jadi dia (trase-red)
ke luar di Sagaranten, tidak langsung nyambung ya. Dia bergeser ke jalan
provinsi dulu, baru masuk lagi ke jalur Cikadu. Harapan nanti dari Cisokan
langsung ke Cikadu,” jelasnya.
Mengenai
realisasi JTS tersebut, Agus mengatakan masih berproses. “Ini kan kita masih berproses. Prosesnya
masih panjang. Feasibility study sudah dilakukan, mungkin DED yang belum ni.
Dari situ nanti penganggarannya selanjutnya seperti apa, di tahun berapa, kita
juga belum bisa memastikan. Cita-citanya (JTS-red) memang seperti itu. Wacana
(JTS-red) itu sudah ada,” tegasnya lagi.
Mengenai
kedua segmen Lengkong – Sagaranten dan Sagaranten – Cikadu, Agus menyebut, dua-duanya
di ruas jalan kabupaten. “Jalan kabupaten
semua. Yang jalan provinsi seperti saya bilang. Kita keluar di Sagaranten
menyusuri beberapa panjang, masuk lagi ke jalan kabupaten. Jadi status sekarang
itu jalan kabupaten. Maksudnya, jalan di wilayah kabupaten, di sana ada jalan
desa, ada jalan kabupaten. Ada juga jalan yang 2 meteranlah (2,4 meter). Itu
yang berbatasan dengan Cianjur,” urainya.
Lanjut
Agus, sekarang pihaknya baru membuat trase mana yang akan ditangani. Jadi belum
sampai pada tahap pembebasan lahan. “Nanti
(pembebasan lahan-red) kalau sudah, ini kan belum fix juga. Masih dalam perencanaan.
Kan bisa saja dari sekian itu dialihkan, jalannya tidak layak digunakan sebagai
jalan. Ini belum keluar. Tapi jelas bahwa trase sementara sudah ada,” tegasnya.
Mengenai
kondisi jalan pada kedua segmen yang di Kabupaten Sukabumi, ada yang sudah siap
lebarnya. “Kondisinya , ada yang sudah jalan itu jalan kabupaten sudah siap. Artinya dia memang lebarnya pas gitu ya.
Ada yang sama sekali belum siap. Hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua.
Khususnya yang berbatas dengan Cianjur itu ada yang baru 2,4 m (lebar-red). Pas
satu mobil, mobil kecil,” kata Agus menggambarkan.
Dalam
penentuan trase JTS di Kabupaten Sukabumi ini, sebelumnya telah dilakukan
feasibility study (FS). “Jadi kita memang sudah ada FS-nya. Itu kita melakukan
kajian. Kemudia disosialisasikan ke kabupaten, jadi tidak sepihak. Tapi ini
juga atas komunikasi dengan kabupaten (Sukabumi-red). Apakah ini layak atau
tidak ada masukan dari mereka,” paparnya.
UPTD
PJJ Wilayah Pelayan II melakukan komunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi
dalam penentuan trase JTS ini agar sesuai dengan tata ruang Kabupaten Sukabumi.
Agus
berkata, “Ini (trase-red) sudah dikomunikasikan dengan kabupaten, supaya apa
yang kita rencanakan, mereka juga punya kepentingan terkait tata ruangnya, itu
harus disesuaikan. Komunikasi terakhir dengan mereka (Pemkab Sukabumi-red)
kelihatannya tidak ada masalah dengan apa yang kita lakukan. Tinggal ini
mungkin ke depannya adalah proses selanjutnya.”
“Pak
Kadis (Ir A Koswara MP-red) berharap bahwa Program (JTS-red) ini harus ditindaklanjuti,
baik itu masalah designnya. Selama kita berkomunikasi, beliau tetap mengingatkan kaitan dengan JTS
ini. Kemarin juga khususnya untuk wilayah masing-masing UPTD kita diingatkan,”
terang Agus mengenai arahan Kadis BMPR Jabar.
Untuk
persiapan pembebasan lahan segmen Lengkong – Sagaranten dan Sagaranten –
Cikadu, Agus mengharapkan ke depan bisa berjalan lancar. Lebar badan jalan pada
segmen dua itu sekarang ini antara 2,4 meter sampai 5 meter.
“Rata-rata
sebagian besar di wilayah (segmen-red) dua itu lebar badan jalannya paling
besar di antara 4 - 5 m, malah ada yang tadi 2 m, sehingga persoalan lahan ada.
Seperti apa, kalau kita mulai baru kelihatan. Tapi yang jelas untuk lahan,
karena kondisi existingnya masih segitu, pasti kita butuhlah,” katanya.
Agus
juga menggambarkan, standar lebar badan jalan pada jalan provinsi antara 6-7
meter. Demikian juga halnya diharapkan lebar jalan pada JTS ini.
“Kalau
jalan provinsi, kita berharap sih standarnya minimal 6-7 meter. Jalan provinsi
standar kita ya, 6 – 7 lah standar jalan kita perkerasannya. Nanti ditambah
lagi dengan bahu jalan, nanti bisa sekitar 12 m ruang milik jalannya,” jelas
Agus.
Diamini
Harry Kuswian, Agus meyakini pelaksanaan
Program JTS pada kedua segmen Lengkong – Sagaranten dan Sagaranten – Cikadu
akan sangat luar biasa manfaatnya kepada masyarakat sekitar. Karena selama ini
masih ada masyarakat yang menggunakan kendaraan roda dua untuk mengangkut hasil
bumi mereka.
“Kalau
kita khususnya di Segmen II yang rata-rata baru 2,4 meter badan jalannya,
sangat berpengaruh sekali dengan masyarakat. Berpengaruh sekali dampaknya. Saya
kira itu luar biasa. Di sana ada pertanian, ada perkebunan ya. Saya kira dengan
terbukanya (jalan-red) itu luar biasa. Selama ini mereka mengangkut hasil bumi
pakai motor ya, banyak potensi yang bisa dikembangkan dari terbukanya akses
jalan,” kata Agus meyakinkan.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer