Loading

Juara 1 Lomba Program Harum Madu Tingkat Kabupaten Garut, Camat Banyuresmi Berharap Berkesinambungan


Reporter: A. Rohman
1 Tahun lalu, Dibaca : 366 kali


Drs. Eti Nurul Hayati, M.Si

GARUT, medikomonline.com – Menjadi juara pertama lomba Program Harum Madu menjadi pemicu Camat Banyuresmi, Kabupaten Garut Drs. Eti Nurul Hayati, M.Si untuk mengoptimalkan keberlanjutan menjalankan kegiatan program pemerintah demi menunjang ketahanan pangan masyarakat tersebut. Seperti diketahui program yang digagas oleh Dinas Pertanian Kabupaten Garut ini, memanfaatkan pekarangan rumah agar ditanami sehingga produktif, seperti ditanami tanaman cabai, tomat, bahkan bisa untuk peternakan dan perikanan. Program ini akan berlanjut hingga 2024 dan 2025.

Drs. Eti Nurul Hayati, M.Si saat diwawancara medikomonline.com, Kamis 30 Agustus 2023 di kantornya menjelaskan program Harum Madu tahap pertama sudah dilaksanakan di tingkat kabupaten. Alhamdulillah menjadi juara pertama untuk kelompok tani desa Sukaratu, se- kabupaten Garut. Untuk program Harum Madu, pihaknya selalu memberikan support ke semua desa yang menjalankan program Harum Madu karena sangat menjanjikan ke depannya, yakni setiap 20 hari sudah dapat dipanen.

“Alhamdulillah kali ini untuk lebih memudahkan penjualan hasil panen kami sudah bekerja sama dengan pedagang yang ada di kecamatan Banyuresmi, seperti tukang baso dan mie ayam atau pasar yang ada di Banyuresmi juga ke supermarket. Jadi cepat bergulir, karena ketika panen sudah siap rumah bibit, sudah siap kompos dan lainnya, bahkan secara online juga sudah mulai dijalankan,” jelas Camat Eti Nurul Hayati dengan senyum ramahnya.

Ia menuturkan untuk ke depannya selain mereka bisa mengkonsumsi sendiri, juga mereka bisa menjual keluar guna meningkatkan ekonomi, menopang kehidupan keluarga. Oleh karena itu tiap KWT agar dapat berkesinambungan, sehingga kebutuhan tercapai.

Drs. Eti Nurul Hayati, M.Si juga berharap tidak ada lonjakan turun harga. Ke depan keseimbangan harga terus bisa dipertahankan, antara harga di pasaran dan hasil panen. Jangan sampai waktu panen harga anjlok, jadinya hancur.

Untuk itu, tegasnya, bagaimana caranya agar penyaluran dikelola saja di Garut, jangan dikirim ke pasar induk di kota besar, karena akan anjlok harganya. Sementara barang yang dikirim akan rusak dan dikembalikan tidak mungkin, karena biaya operasionalnya akan lebih mahal. Akhirnya banyak petani yang telah waktunya panen dibiarkan, karena ongkos pengiriman besar.

“Jadi diharapkan semua KWT yang ada, dijadikan pasar sementara. Diharapkan seperti itu untuk menjaga hasil panen dengan harga tetap setabil. Jadi bisa bersaing antara kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lain. Jangan semua hasil tani dipasarkan ke pasar induk, dari awal Program Harum Madu ini bisa benar-benar dinikmati juga hasil produksinya,” tutur Bu Camat Eti.

Untuk biaya program tersebut, jelasnya, itu tergantung instruksi dari Kementerian Perdesaan harus menyisihkan sekian-sekiannya. Jadi tidak bisa menganggarkan dari program yang diselenggarakan Kementerian Perdesaan.

Ia mengimbau kader PKK, juga kader lainnya yang berkecimpung dalam membangun pertanian di Pokja 3 PKK berkolaborasi dengan KWT agar saling berbagi dan melaksanakan program.

“Karena Program Harum Madu sangat menjanjikan untuk menopang penghasilan pada keluarga di desa, baik itu kader dan non kader, bahkan semua warga masyarakat bisa ikut dalam progam Harum Madu tersebut. Yang penting punya halaman bisa bermanfaat, tidak perlu halaman luas yang penting masyarakat ada kemauan, pasti ada jalan,” pungkas Eti Nurul Hayati, Camat Banyuresmi, Kamis 30 Agustus. (A. Rohman)

Tag : No Tag

Berita Terkait