Penulis: Daddy Rohanady
4 Tahun lalu, Dibaca : 1069 kali
Bagian Pertama
Oleh Daddy Rohanady, Anggota DPRD
Provinsi Jawa Barat
Anggota dewan adalah penyambung lidah rakyat,
demikian ungkapan yang sering dilontarkan. Artinya, setiap anggota dewan, baik
tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional (DPR RI), sejatinya merupakan
orang-orang yang diharapkan menyuarakan kepentingan masyarakat.
Setiap anggota dewan pada saat dilantik pasti
mengucapkan sumpah jabatan. Salah satu klausul dalam sumpah tersebut menyatakan
dia akan memperjuangkan aspirasi masyarakat yang diwakili.
Selain itu, ada hal yang sejatinya jauh lebih
esensial. Sumpah yang diucapkan bukan hanya disaksikan hadirin, tetapi juga
disaksikan Allah SWT. Apa yang terbersit dalam pikiran anggota dewan tersebut
pasti diketahui seutuhnya oleh Mahapencipta alam semesta.
Anggota dewan diberi kedudukan terhormat di
masyarakat, sehingga panggilan atau sebutannya pun Yang Terhormat. Ia digaji
dari uang rakyat.
Bagaimana mereka melakukan tugasnya dan di
mana menempatkan diri?
Kapasitas dan kapabilitas seseorang amat
menentukan seseorang dalam bertugas. Kian kecil kedua hal itu dimiliki, bisa
dipastikan penyelesaian tugasnya tidak akan maksimal.
Salah satu kiat meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas adalah dengan membaca. Dengan demikian, ia akan mengetahui masalah
yang dihadapi. "Jam terbang" memang tidak bisa dipungkiri.
Masalahnya, dengan sistem pemilihan terbuka
berdasarkan suara terbanyak, banyak hal bisa terjadi. Latar belakang mereka pun
beraneka ragam.
Terkadang mereka ditempatkan pada komisi yang
bidangnya tidak sesuai dengan latar belakang kegiatan ataupun keilmuannya. Di
situlah timbul masalah yang harus dihadapi.
Butuh kecepatan menyesuaikan diri dengan
keadaan. Artinya, masing-masing anggota dewan mesti cepat beradaptasi dengan
tuntutan bidang mitranya. Memang banyak yang harus dipelajari. Artinya banyak yang
harus dibaca. Kalau dewan malas membaca, kita pasti tahu hasil akhirnya. Dia
pasti bicara tanpa data.
Ini bisa menyesatkan. Karena pengambilan
keputusan dengan didasari data yang salah, bisa dipastikan keputusannya juga
salah.
Kalau malas membaca, apalagi belajar dengan
mendengarkan saja tidak mau, celaka. Semua keputusan yang harus didasari kajian
maksimal tak akan terjadi. Keputusan yang ada akan lebih banyak didasari
kepentingan, bukan kebutuhan masyarakat.
Mudah-mudahan segala ikhtiar yang dilakukan
senantiasa didasari niat yang tulus demi kemaslahatan masyarakat.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer