Penulis: EVA RIYANTI
4 Tahun lalu, Dibaca : 1392 kali
Oleh EVA RIYANTI
SDN 137 Cijerokaso
Komunitas Penulis Guru Bandung
"Mengapa kamu
tidak bisa berdamai dengan hatimu sendiri, Sin?" teriak Ardi dengan
bersungut-sungut.
"Aku tidak bisa, Mas?" Sinta mencoba
menjawab dengan sedikit melemahkan suaranya."Apa yang tidak bisa membuatmu
memaafkanku?, bukankah aku sudah berkali-kali meminta maaf padamu?" Ardi
mencoba menjelaskan
"Tak semudah itu, Mas..!" Sinta
membalasnya
"Aku bukan malaikat!" teriak Ardi
"Tapi kebodohanmu telah membuat aku
terpuruk..!!!" tiba-tiba Sinta berteriak
tanpa sadar.
"Seandainya kamu merasakan betapa pedihnya
jadi aku..." sela Sinta terisak-isak.
"Kesalahanmu telah membuat aku tidak bisa
memafkan lagi setiap kata-kata laki-laki, terlalu sulit untukku menerima ini
sebuah kekhilafan.., aku benci kamu, Mas...aku benci kamu, aku ingin kamu pergi
dari kehidupanku" kembali Sinta menangis tak terbendung air matanya
mengalir deras. Ardi hanya bisa tertunduk pilu, tak tahu apa lagi yang bisa
menguatkan hati Sinta, sesekali tatapannya menerawang entah kemana, tapi ketika
melihat Sinta, wanita yg selama ini dicintainya, ingin memeluknya erat-erat dan
tak mau melepaskannya, ingin menciumnya seperti saat-saat Sinta gelisah dan
saat itu juga menjadi tenang, manakala Ardi mencium keningnya penuh kehangatan.
Ardi ingin membawanya ke tempat yang bisa membuatnya sedikit lega.
"Duhh..Sinta maafkan kecerobohanku..!" gumam Ardi dalam hatinya.
*****
Sinta, seorang wanita cantik, cerdas, energik,
penuh pesona. Tubuhnya tinggi semampai, kulitnya putih bening jangankan
laki-laki, perempuanpun banyak iri dengan kemolekan tubuhnya. Pendidikannya
cukup tinggi, S2 Harvard University. Bukan Sinta kalau tidak bisa
mendapat beasiswa ke luar negeri, sarjananyapun dia dapatkan dari beasiswa.
Sinta merasa bahwa dia bukan tidak mau meminta biaya sekolah kepada orang
tuanya tapi ke 4 adiknya masih ngantri untuk menunggu giliran kiriman biaya
kuliah dari ayahnya yang hanya pegawai rendahan. Walau demikian kedua orang
tuanya sangat bersemangat untuk tetap menyekolahkan kelima anak-anaknya.
Terkadang Sinta harus mengalah ketika adik-adiknya lebih membutuhkan biaya
kuliah , maka Sinta harus bisa memutar otaknya mencari peluang usaha sampingan
di sela-sela aktivitasnya sebagai mahasiswa. Beruntung hobbinya bisa
menghasilkan uang, Sinta membuka shop online. Sinta menjual pernak-pernik
mulai dari kaos, topi, album-album, semua yang berbau korea. Bukan suatu
kebetulan ia jalani bisnis online itu dari SMA, bearawal dari kegilaannya
terhadap musik k-pop terutama tampilan boy dan girl band Korea
sampai-sampai dia rela menyisihkan sebagian uangnya untuk menonton konser boy
band korea. Sebut saja Super Junior yang membuat ia nekat pergi ke Jakarta
untuk menyaksikan aksi panggung boyband korea itu.
Adalah ardi, laki-laki yang tak pernah
terpikirkan di benak Sinta. Mengapa mesti Ardi, yaa Ardi...
Tak habis pikir, sampai-sampai Sinta mengerutkan
dahinya setiap mengingat pertemuan pertama dengan lelaki itu.
"Maaf, sapu tangannya jatuh, Mbak!"
suara itu tiba-tiba muncul entah dari mana asalnya. Tiba-tiba mengagetkan Sinta
yang sedang berjalan tergesa-gesa ke kantornya. " Oh, Ya..terima kasih,
Mas.." Balas Sinta tersipu malu.
"Apa ini juga milik,Mbak?" tiba-tiba
laki-laki itu menyodorkan sebuah syal merah hati. "Aduhh..maaf mengapa
benda itu bisa terjatuh yaa?" Sinta nampak kebingungan karena dia
benar-benar tidak menyadari kalau syal merah hati itu belum dikenakan di
bajunya karena dia terlalu tergesa-gesa pergi dari rumahnya.
"Terima kasih, Mas" sekali lagi Sinta
mengucapkan rasa terima kasihnya kepada laki-laki yang telah mengembalikan
syalnya itu. Bagaimana kalau syalnya itu hilang, tidak terbayang olehnya
bagaimana hari pertamanya kerja di perusahaan baru tanpa kelengkapan seragam.
Mungkin saja Johan, laki-laki yang menjadi bosnya yang baru di perusahaan itu
akan marah, atau setidaknya karyawan lain di perusahaan itu mencap dia pegawai
yang tidak disiplin. "Hati-hati yaa, jangan sampai lupa lagi memakai
syalnya.." Ardi tiba-tiba membuyarkan lamunan Sinta tentang keadaan
kantornya di hari pertama itu. "..Oh..yaa, yaa, Mas.." dengan gugup
Sinta mencoba menahan malu yang sedari tadi hinggap di wajahnya. Ada perasaan
bingung kenapa sejak tadi dia tidak begitu fokus padahal hari pertamanya di
kantor, harus dia hadapi dengan tenang. "Ahh..aku harus
tenang.."gumam Sinta dalam hati
"Sampai jumpa lagi, hati-hati di jalan
yaa.." begitu Ardi menutup perjumpaan pagi itu. "Yaa,..sampai jumpa
lagi" tak sadar Sinta membalas Ardi. Akhirnya merekapun berpisah di
persimpangan jalan antara viaduck dan braga.
**** Tag :
No Tag
Pagi - pagi sekali hujan begitu deras, Sinta
berkemas mengenakan jam tangannya, terlihat sepintas jam menunjukkan pukul
06.57 ini berarti Sinta terlambat karena seharusnya 06.30 dia harus sudah on
the way kantor.
"Duhh, aku telat nih.." gumam Sinta
dalam hati. Tergesa-gesa ia melangkahkan kaki ke luar rumah. Seperti biasa di
persimpangan jalan antara braga-viaduck, seseorang memanggil namanya
"Hei, tunggu sebentar...!" suara berat
seorang laki-laki menghentikan langkah Sinta. Secara reflek Sintapun mencari
arah sumber suara. Deg..deg..dadanya berdetak kencang. "Dia lagi...!"
seru Sinta dalam hati. " Apakah kamu terlambat lagi?" laki-laki itu
bertanya.
"Yaa, begitulah.." jawab Sinta
" Maaf, angkotnya lambat yaa?"
laki-laki itu seolah tahu kalau Sinta selalu naik angkot ke kantor.
" Aku memang telat dari rumahnya,
Mas", keluh Sinta. "Banyak pekerjaan kantor yg nyaris aku kerjakan di
rumah, di kantor rasanya waktu sangat kurang akhirnya aku teruskan di
rumah" sambung Sinta.
Ardi hanya menganggukkan kepala tandanya paham
alasan yang diutarakan Sinta. " Bolehkah sekali-kali aku antar kamu ke
kantor,..eeh...maaf aku lancang bukankah aku jg belum mengenalmu"
tiba-tiba Ardi meralat ajakannya. " Oh, trima kasih banyak, Mas.."
timpal Sinta
" Bolehkah aku tahu namamu, namaku
Ardi?" Ardi mencoba mengulurkan tangannya walau terasa deg degan
karena Sinta Takut menepiskan tangannya.
" Namaku Sinta Senjawinati, panggil saja
aku Sinta" jawab Sinta tertunduk malu
"Nama indah...secantik wajahnya"
lagi-lagi Ardi memuji Sinta.
yang dipuji malah memukul Ardi dengan tas
kecilnya, " Ah, kamu..!" Sinta sambil menyipitkan bola matanya.
"Duhh, semakin cantik" gumam Ardi dalam hati.
"Apakah aku jatuh cinta?" tiba- tiba
Ardi kebingungan sendiri. "Ahh, jangan..jangan.." rintihnya dalam
hati.
*****
" Permisi..!" seperti biasa Ardi
menjemput Sinta ke rumahnya.
"Oh, Nak Ardi, silahkan masuk dulu, Sinta
sudah dari tadi menunggu di dalam" jawab ibunya Sinta. Seorang ibu yg
nampaknya begitu santun dan penuh kelembutan menjawab sapaan Ardi.
" Terima kasih, Bu..gapapa di sini
aja" balas Ardi.
"Hey, sudah lamakah menunggu aku?"
tanya Sinta sambil tersenyum sumringah, karena dia merasa semenjak Ardi
mengantarnya ke kantor Sinta tidak kesiangan lagi. Sinta mengakui kalau tawaran
Ardi sangat tepat di saat dia sangat membutuhkannya. Terbayang olehnya jika
setiap hari harus kesiangan "karyawan macam apa aku ", keluh Sinta
dalam hati. " Terima kasih Ardi, kamu memang baik sekali" Sinta
bergumam dal hati.
"Hayo..lagi ngelamunin apa? nanti kesiangan
yuukk kita cabut..! " ajak Ardi membuyarkan lamunan Sinta.
"Oke, Bos..!" seru Sinta
"Ma, aku berangkat dulu yaa.." Sinta
mencium tangam mamanya.
"Hati-hati di jalan yaa...!" seru
mamanya
"Saya pamit dulu" seru Ardi sambil
mencium tangan mamanya Sinta
"Ya, nitip Sinta yaa, hati-hati di jalan
jangan ngebut!" mamanya Sinta menasehati
" Siap, Ma..saya akan berhati-hati membawa
putri cantik, mama...!" kilah Ardi sambil melempar senyum ke
arah mamanya Sinta. Mama Sinta hanya tersenyum sambil mengeleng-gelengkan
kepalanya.
Avanza silver yang dikendarai Ardipun melaju
dengan santai ke kantor Sinta.
****
Lima bulan sudah Sinta dan Ardi bersama, tapi
tak pernah sepatah katapun dari Ardi apalagi Sinta untuk memulai pembicaraan
tentang hubungan mereka. Mereka sangat berhati - hati menjaga perasaan
masing-masing. Hingga pada suatu hari ketika hujan deras mengguyur Kota
Bandung, jalanan macet Ardi memberanikan diri bertanya
" Sin, kita sudah cukup lama jalan bareng,
apa kamu tidak merasakan sesuatu yg aneh dari hubungan kita selama ini?"
tanya Ardi
"Perasaanku biasa saja tuh " balas
Sinta
"Apa kamu tidak ada yg keberatan selalu
diantar aku?" lanjut Ardi
" Entahlah, aku tidak tahu"balas Sinta
"Ko, jawabnya gtu sih ??" tanya Ardi
kebingungan
"Ya, aku mesti jawab apa dong,
Di.."balas Sinta
"Pacar misalnya...apa kamu sudah punya
pacar?" tanya Ardi penuh perasaan deg degan takut pertanyaannya membuat
Sinta marah.
"Haa...haa...haa siapa yang marah??"
balas Sinta sambil terbahak-bahak
Ardi semakin tidak mengerti, taoi ada sedikit
lega dengan jawaban Sinta, karema yang ada di pikirannya Sinta sudah memiliki
kekasih.
" Kalau begitu boleh dong aku nembak kamu??
" Ardi mencoba menggoda Sinta
"Ya, nggalah..!" balas Sinta
"Lho, kan kamu belum punya pacar?"
tanya Ardi keheranan
"Ga punya pacar bukan berarti aku mau sama
kamu" kata Sinta dengan senyum meledek, yang diledek semakin gemas
"Aku mau meminangmu, tuan Putri" Ardi
tak kalah bergurau
"Maukah kau menjadi istriku??" gurauan
Ardi semakin membuat Sinta terdiam
Sinta bingung apakah pertanyaan Ardi serius,
kalau serius berarti ia sangat bahagia walau perasaanya tak bisa disembunyikan
dari raut wajahnya yang memerah ketika Ardi menggodanya.
"Apa-apaan sih kamu?" Sinta mencoba
memalingkan wajah merahnya karena tertangkap Ardi semakin tak bisa berbohong.
"Sinta, aku serius untuk menjadi pacarmu
sekaligus suamimu, bukankah waktu 5 bulan telah cukup bagiku untuk mengenal
siapa kamu?" panjang lebar Ardi mencoba menjelaskan
"Jangan sekarang, Mas..beri aku waktu untuk.menjawabnya"
balas Sinta
tiba-tiba Ardi memegang tangan lembut gadis di
hadapannya dan seketika Sinta terkejut, serta menciumnya dengan penuh perasaan.
"Duuh, tangan yang indah..maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku,
sayang" Ardi nekat bertanya
Sinta tak bisa menyembunyikan lagi perasaan
bahagiannya. Dipegang tangan oleh laki-laki segagah dan sebaik Ardi memang
nyaris pingsan, untung ia masih kontrol diri. "Oke, Mas ...aku mau
menerimamu" gumam Sinta lirih bahkan nyaris tidak terdengar saking
malunya.
"Terima kasih, sayang.."tiba-tiba Ardi
memeluk Sinta, yang dipeluk sangat kaget. Duuh..Ardi..Ardi..gumam Sinta dalam
hati padahal iapun sangat senang dengan perlakuan Ardi kepadanya.
****
Hari-haripun semakin berbunga, Ardi maupun Sinta
melaluinya dengan penuh kebahagiaan. Masing-masing sudah saling mengenalkan
orang tuanya. Bahkan kedua belah fihak sudah tidak sabar ingin segera melihat
anak-anaknya di pelaminan. "Ardi, nanti jika pernikahanmu tiba kita undang
semua teman-teman mama yaa?" tanya mama
"Ya, dong ma" jawab Ardi
"Mama sudah ga sabar nih.." timpal
mama
"Doakan saja semua lancar ya, Ma.."
pinta Ardi
"Tentu saja sayang" balas Mama
" Apa tanggal pernikahanmu sudah deal
?" tanya mama lagi
"Insya Allah, Ma..semua sudah hampir
final..tinggal membagikan surat undangan saja" jawab Ardi penuh
kebahagiaan.
"Kalau begitu kita segera adakan
pengajian dulu yaa, biar semuanya dilancarkan" tanya mama lagi
"Ya, terserah mama aja yang terbaik, Ardi
setuju setuju aja ma.."balas Ardi
"Ma, Ardi mau Fitting baju dulu ya sma
Sinta.." kata Ardi memberitahu mamanya tentang tujuannya siang nanti
bersama Sinta
"Ya, semoga dilancarkan yaa, hati-hati di
jalan, sayang.."balas mama
"ya, ma" kata Ardi sambil mencium
tangan mamanya untuk pamit berangkat.
****
Siang itu Sinta siap-siap untuk mengambil
pesanan kartu undangannya. Hari pernikahan yang ditunggunya sangat cepat
berputar. Rasanya sudah tidak sabar menunggu Ardi meminangnya dalam balutan
kaun indah yang sudah dicobanya di " Risa wedding organizer " kebetulan
paketan Sinta sudah sekaligus dipercayakan kepada Wendy sang empunya salon.
Pokoknya Santi tidak mau cape-cape, dia serahkan semua urusan kostum, makanan,
EO dll. Wendy memang cukup terkenal, saking banyaknya peminat jauh-jauh hari
harus booking dulu. Bersyukur Sinta tidak kesuliatan menghubungi Wendy
karena Wendy kenal baik dengan Keluarga Ardi.Kakak perempuan Ardi juga pernah
memakai jasa Wendy.
yang ada di pikirannya Sinta dan Ardi nampak
bagai ratu dan raja sehari yang gagah dan cantik..puihh..bahagianya..gumam
Sinta dalam hati. Bergegas Sinta melangkah kaki ke luar halaman rumah, tiba
-tiba handphone berbunyi. Cepat-cepat diangkatnya takut ada klien kantor atau
atasanya Pa Johan ada keperluan
"Hallo, apakah ini dengan Sinta?"
terdengar suara halus dan lirih bertanya
"Betul, dengan siapa yaa, maaf ada yang
perlu saya bantu, Mbak?" Sinta mencoba menawarkan diri.
"Begini, saya adalah Marina.." balas
Marina
"Apakah kamu sudah lama kenal sama
Ardi" tanya Marina
"Lumayan, Mbak..kami sudah
menikah"jawab Sinta.
Tiba-tiba ada suara menangis sesenggukan.
Yaa..Marina sedang menangis pikir Sinta dalam hati
"Mengapa, Mbak? apa saya salah menyampaikan
hal ini?" Sinta mencoba bertanya
"Kamu tidak salah, sayalah yang salah
sebenarnya saya adalah istri Mas Ardi.." Marina mencoba menjelaskan
"Maksud, mbak??" Sinta penasaran
"Baik saya akan ceritakan, begini yaa saya
adalah istrinya Mas Ardi, lima tahun yang lalu saya dekat dengan Ardi, kami
sama-satu kampus. Kami sudah saling mengikrarkan untuk saling merajut kasih ke
pelaminan. Tapi tiba-tiba ketika kami pulang bulan madu dari Bogor mobil yang
kami tumpangi bertabrakan dan masuk ke jurang.Semua orang menyangka saya
sudah meninggal karena tidak ditemukan lagi jasad saya.Hingga akhirnya saya
ditemukan seseorang jauh dari kota ini." Marina panjang lebar menjelaskan
"Ohh, jadi Mbak istri Mas Ardi??' tanya
Sinta dengan gemetar
" Ya, begitulah tapi Ardi dan keluarganya
tidak tahu kalau saya masih hidup" jawab Marina
"Mengapa Mbak ga menghubungi Ardi?"
tanya Sinta penuh kebingungan
"Saya malu, pasti Ardi sudah tidak
mengenali saya lagi" jawab Marina lirih
"Mengapa? bukankah Mbak sudah sangat lama
mengenal Ardi?" tanya Sinta
"Betul, kami bahkan sudah merencanakan masa
depan kami, impian kami yang sangat indah, 80% wajah dan tubuh saya mengalami
musibah luka bakar" jawab Marina
Sinta bingung, sedih dan kecewa mengapa
tiba-tiba masalah ini datang pada saat dirinya akan menjadi Nyonya Ardi.
"Ya, Tuhan kenapa Kau timpakan masalah berat ini?" hati Sinta
menangis
" Terus apa yang Mbak harapkan dari
Ardi atau saya sekarang? tanya Sinta
"Saya tidak berharap apa-apa, saya hanya
ingin melihat Ardi bahagia bersama kamu itu sudah lebih dari cukup" jawab
Marina
"Tapi tidak bisa, Mbak" jawab Sinta
"Mbak harus memberitahu Ardi bahwa Mbak
masih hidup, Ardi harus tahu "timpal Sinta lagi.
" Mohon jangan bilang ke Ardi yaa saya
masih hidup"jelas Marina.
"Terima kasih kamu sudah mau mendengar
cerita saya, selamat siang" Marina mencoba menutup telponnya.
Sinta bingung entah apa yang harus dia lakukan.
Sinta merasakan dunia seakan gelap...gelap sekali.
****
Percakapan di telpon dengan Marina seakan terus
terngiang-ngiang.Bagaimana ia harus menyampaikan masalah ini kepada Ardi. Di
ruang tamu Ardi menampakan senyum yang sumringah karena ia sangat bersemangat
menyiapkan semua persiapan buat pernikahannya dengan Sinta yang hanya tinggal
menghitung hari. "Hai Sinta kita jadi kan ke toko asesoris?" Ardi
bertanya
"Yaa, jadi Mas.."jawab Sinta
"Kenapa wajahmu murung, apa kamu
sakit?" Ardi menangkap ada sesuatu, Sinta tidak seperti biasanya murung,
dia selalu melihat Sinta yang riang dan ceria. Bahkan saking senangnya kadang
Sinta suka tak sadar diri mencium Ardi dan itu membuat Ardi bahagia sekali. Pun
Ardi jika Sinta sedih selalu mencium kening calon istrinya itu dengan penuh
kelembutan membuat Sinta merasa tenang dan damai di pelukan Ardi. Rasa kasih
dan sayang yang sudah terpatri diantara mereka membuat hati mereka selalu
bahagia dan nyaman satu sama lain. Apalagi sebentar lagi momen sakral mereka
akan segera dilangsungkan di depan penghulu. Ikatan pernikahan suci yang telah
direncanakan dengan matang berjanji sehidup semati dalam suka dan duka mereka
ikrarkan di dalam hati yang paling dalam diantara sujud syukur mereka yang
sudah dianugrahi rasa cinta yang luar biasa.
"Sin, hayoo dong dah siap??" tiba-tiba
Ardi mengagetkan Sinta
"Iya..yaa..yu kita berangkat" jawab
Sinta antara bingung, sedih dan harus bicara apa tentang Marina pada Ardi.
Seperti biasa Ardi memegang erat tangan Sinta sambil meremas-remasnya seolah
dia sangat puas melepaskan kerinduannya pada wanita yang sebentar lagi akan
menjadi bidadari surganya. "Sinta..Sinta I love u, sayang..aku sangat
bahagia sekali mendapatkanmu.."Ardi bergumam dalam hati sambil
membukakan pintu mobilnya untuk Sinta yang lebih dahulu masuk.
"Ardi, Ardi betapa bahagianya kamu, tapi
tahukah kamu bahwa sebenarnya bukan aku yang harus ada di dekatmu sekarang
ini" gumam Sintapun dalam hatinya.
****
Semakin dekat hari yang di tunggu-tunggu semakin
cemas dan bingung yang dirasakan Sinta, apalagi Marina semakin gencar dengan
kiriman ucapan selamat kepada Sinta. Sinta hanya bisa menangis membayangkan
perasaan Marina di sebrang sana sehingga tak banyak yang harus dikomentari dari
postingan - postingan Marina di galeri whattsAp nya. Marina hanya bisa
tersenyum pilu. Semakin dekat justru semakin menyakitkan. Beda dengan Ardi yang
selalu nampak ceria. Hari-hari semakin lama ditunggu semakin terasa lama.
Saking ingin segera tiba hari yang membahagiakannya. Terbayang wajah Sinta yang
anggun, cantik dan meneduhkan membuat Ardi tak kuat menahan rindu. Diambilnya
handphonenya."Selamat siang sayang sedang apa?" Ardi mencoba
mulai menyapa Sinta
"Selamat siang juga sayang" balas
Sinta
" Nanti kita makan siang dimana yaa?"
tanya Ardi seperti biasa menanyakan agenda makan siang mereka.
"Terserah Mas aja aku ngikut"
balas Sinta,ada keengganannya untuk tidak bertemu Ardi siang itu padahal jika
ditanya tentang makan siang biasanya Sintalah yang berinisiatif menentukan
lokasinya. Untung Ardi ga menangkap keengganan di wajah Sinta karena jauh.
"Okey, aku jemput ke kantormu istirahat
siang ya.." ajak Ardi
"Yaa" balas Sinta pelan bukannya
semakin hari semakin bahagia yang dirasakan Sinta tapi justru semakin sedih.
Dia membayangkan betapa jahatnya dia berbahagia padahal semestinya Marinalah
yang bahagia saat itu. Sinta mencoba menenangkan pikirannya untuk tidak
mengingat-ingat semua masalah yang tengah ia hadapi. Semakin ia ingin
menjauhinya justru semakin liar bayangannya menerawang, bagaimana perasaam
Marina bila melihat ia berdampingan dan memgucapkan janji suci di hadapan
penghulu juga tamu-tamu. Ada ayah, ibu jg saudara-saudaranya juga keluarga
Ardi. Apa yang akan terjadi bila mereka tahu bahwa Marina masih hidup. Perang
batin Sinta tak pernah berhenti semakin panas dan semakin panas saja.
****
Hari yang ditunggu-tunggupun tiba
sedari dini Sinta sudah berdandan. Dengan
sentuhan tata rias yang sehebat Wendy, jadilah Sinta bak putri raja. Cantiknya
alami memancarkan aura dari dalam dirinya yang memang sudah cantik. Tapi hari
itu tampilan kebaya putih membuat dia sendiri tidak yakin itu dirinya.
"Wahh Mbak Sinta luar biasa cantiknya" puji Wendy seakan merasa
takjub melihat tampilan Sinta pagi itu
"Terima kasih, Mas Wen..ini juga kan berkat
sentuhan tangan Mas Wendy yang hebat" Sinta membalas pujian Wendy.
Mereka saling memuji satu sama lain karena
tampilan hari itu memang sangat berbeda ada kepuasan dari keduanya tak salah
pilihan Sinta juga tak salah riasan Wendy yang memang sudah sangat berbakat.
Pukul 08.30 rombongan tamu baru tiba. Tampak Ardi dengan balutan beskap putih
membuat kegagahannya paripurna. Semua terkesima ketika Sinta keluar dari
ruangan dan Ardi menghampiri untuk disandingkan bersama. Semua mata tertuju
pada mereka berdua. Banyak decak kagum melihat keserasian mereka. Yang satu
cantik menawan bak putri, yang satu gagah perkasa bak raja. Hari itu adalah
hari yang luar biasa bagi keluarga kedua mempelai karena merasa larut dalam
bahagia yang tak terhingga. Ardi memandang Sinta tak berkedip, yang dipandang
menunduk malu, suasana yang sungguh romantis.
Tak lama master ceremony lalu membacakan
satu persatu susunan acara hingga acara ijab kabulpun tiba.
Saat itu Sinta teringat Marina, apakah dia hadir
di tengah hiruk pikuknya tamu undangan? dia mencuri-curi pandangan ingin
menyasar seluruh sudut ruangan tapi itu sungguh sulit karena acara begitu
khidmat. Saat penghulu mengucapkan "Syah"..dengan tiba-tiba Sinta
berteriak " tidak...!!" "mohon jangan lanjutkan ini semua!!"
"cobalah lihat di sudut sana!!" Sinta menunjuk seorang wanita dengan
pakaian cadarnya, "Mari kemarilah..!!" pinta Sinta.Seorang wanita
tergopoh-gopoh menyeret kakinya yang memang sangat berat untuk dilangkahkan
menuju meja pelaminan. Tiba-tiba Sinta menghampiri wanita itu, dia tak lain
adalah Marina wanita yang selama ini kontak WA bersamanya. Saat itu juga Sinta
mengenalkan wanita itu, "hadirin sekalian wanita inilah yg seharusnya
berada di samping Mas Ardi, dia Marina istrinya Mas Ardi yang telah hilang 5
tahun yang lalu" begitu lantangnya Sinta mengenalkan jati diri
wanita yang asing itu. Semua tamu sontak kaget dan panik. "Tidak
mungkin!!" teriak Ardi sambil nampak panik dan kebingungan
"Tidak, Mas..ini benar Marina istri
Mas Ardi" jawab Sinta
"Pasti wanita itu ngaku-ngaku!" seseorang
berteriak dengan lantang.
"Apa buktinya kamu Marina?" tiba-tiba
Ardi mengajukan pertanyaan
"Inilah buktinya" kata Marina
Semua tamu tercengang ketika Marina
memperlihatkan cincin manis di jarinya, sebuah cincin kawin. Sontak saja Ardi
kaget. Memorinya mengingat-ingat kejadian 5 tahun yang lalu.
"Tapi mengapa kamu seperti ini?" tanya
Ardi seolah tidak yakin
"Ceritanya panjang, Mas" kata Marina
Tiba-tiba secara reflek Sinta berlari
meninggalkan kerumunan orang. Ardi mengejarnya dengan cepat. Tapi malang di
sebrang jalan tiba-tiba sebuah mini bus tak bisa menghentikan lajunya yang
sangat cepat. Seketika"braakkk!!!" tubuh langsing Sinta terlempar
jauh, darah merah membajiri gaun putihnya. Seketika itu juga Sinta di bawa ke
rumah sakit terdekat. Kondisi Sinta sangat memprihatinkan. Acara yang
dibayangkan indah hancur sudah. Ke
dua kelurga besar tak banyak bicara atas
kejadian itu. Semua seakan bingung entah apa yang harus dilakukan.
Marina merasa menyesal telah membatalkan acara
sakral itu, keinginannya melihat Ardi dan Sinta bahagia malah berujung kacau,
Ardi nampaknya bingung entah harus bagaimana. Dengan setia Ardi menunggu Sinta
siuman, tapi sayang Sinta tak juga bangun. Tiba-tiba diraihnya handphone milik
Sinta yang sejak awal kejadian berdering terus, dengan tangan bergetar Ardi
membuka note
"Dear Ardi, aku benar-benar shock .
Mengapa kamu tidak memberitahu sebelumnya bahwa
kamu sudah memiliki istri. Mengapa kamu seakan melupakannya. Tidakkah kamu
takut semua itu sangat menyakitkan aku..
Ardi, lanjutkanlah hubungan kalian. Apapun yang
terjadi, Marina adalah istrimu, dia berhak bahagia. Biarlah aku meniti hidupku
sendiri, aku tahu ini sangat berat bagiku, tapi aku tak bisa memilih. Aku ingin
kalian hidup bahagia. Biarkanlah cerita kita sampai di sini. Aku yakin
hidup ini penuh ujian, dan ujian terberat adalah ketika aku melepaskan orang yg
aku cinta. Tapi itu akan lebih baik daripada aku menyakiti orang lain"
Yang
pernah singgah di hatimu,
Sinta Senjawinati
"Tidakk...!!" teriak Ardi, kepalamya
terasa berat. Tak sanggup dia harus memikul beban ini sendiri.
"Tidak..Sinta, tidak mungkin aku meninggalkanmu apalagi dalam keadaan
seperti ini" Ardi mencium kening Sinta. Namun Sinta diam dalam keadaan
koma. Denyut nadinya masih berdetak namun tubuhnya tak sedikitpun merespon
Ardi. Entah karena lelah tiba-tiba Ardi tertidur di depan tubuh Sinta.
Tangannya terkulai layu, seolah-olah dia sedang bermimpi. Dalam mimpinya Sinta
benar-benar marah besar karena Ardi tidak pernah bercerita tentang masa
lalunya. Berkali-kali Ardi minta maaf tapi Sinta tak mengabulkan permohonan
maafnya. Sinta nampak sedih karena Ardi tidak bisa menjaga hatinya selama ini.
Dia harus berjuang menerima kenyataan pahit ini. Berkali -kali Ardi menjelskan
jika ini adalah kekhilafannya, tapi Sinta tetap tak bisa menerimanya. Ini
adalah kecerobohan Ardi karena tidak punya keinginan untuk mencari lebih jauh
keberadaan Marina, walau Ardi telah berupaya mencari tapi Sinta tidak percaya.
"Mas, bangun Mas..saya mau memeriksa ibu Sinta!" tiba-tiba seorang
dokter muda membangunkan Ardi, Ardipun bangun "Maaf, dok..saya
ketiduran" balas Ardi. "Ga pa pa,Mas silahkan Mas istirahat dulu nampaknya
Mas kelelahan" dokter menyarankan Ardi supaya istirahat. "Terima
kasih, dok" balas Ardi.
Sejenak Ardi melepas lelah di ruang tunggu
pasien, tapi apa yang dilihatnya...? Marina duduk tertunduk takut, Ardi bingung
apa yang harus dilakukannya. Ardi dan Marina saling diam membisu. Berjuta
kalimat seakat tersekat di tenggorokan mereka. Masing asing saling menjaga
diri. Entah siapa yang akan memulai pembicaraan. "Hei Marina apa kabarmu?
" Akhirnya Ardi mencoba menyapa Marina. "Saya baik-baik saja,
Mas.." balas Marina
"Maafkan aku tidak tahu keberaadaanmu
selama ini, aku sudah mencarimu kemana-mana yapi aku tak menemukanmu" Ardi
mencoba membuka pembicaraan yang lebih serius.
"Ga pa pa, Mas semua bukan salahmu. Ini
adalah sebuah takdir dari cerita kita.." keluh Marina. "Aku ingin
melupakan peristiwa yang telah terjadi dahulu karena itu sangat
menggangguku" terang Marina. " Keadaanku sangat tidak baik, luka
bakar membuat aku tidak bisa melakukan aktivitas normal, Mas.." keluh
Marina. Ada perasaan sedih di hati Ardi melihat kondisi Marina, tapi ia bingung
harus bagaimana. Seketika Ardi teringat masa-masa indah bersama Marina, sampai
ia berani menikahinya. "Kamu adalah istriku " akhirnya Ardi
mengatakan kalimat yang membuat Marina ingin menangis tapi berusaha untuk tidak
meneteskan air matanya. "Jangan Mas..biarlah aku seperti ini adanya"
jawab Marina sambil tak kuat menahan air matanya yang akhirnya jebol juga.
Tiba-tiba Ardi memeluknya, membuat Marina
semakin sedih. Entahlah apakah Ardi harus bahagia atau sedih saat ini. Yang
jelas Marina memperlihatkan poto seorang anak yang sangat tampan.
"Siapa ini? tanya Ardi
"Ini anak kita" balas Marina
"Benarkah??" Ardi tak yakin
"Yaa Mas, dalam keadaan aku sakit aku
memang tengah mengandung anak kita aku mencoba mempertahankan janinku saat itu
walau aku sendiri keterbatasan fisik. Alhamdulillah anak kita Dirgantara lahir
dengan selamat" Marina mencoba menjelaskan. Ardi tak.kuasa menahan rasa
sedih bercampur bahagia karena ia tidak menyangka selama ini ia memiliki
seorang anak yang tampan yaa Tara atau Dirgantara. Ardi tak sabar ingin
melihat seperti apa wajah anaknya. Apakah seperti dirinya??
****
Seminggu sudah Sinta dirawat di rumah sakit.
Dokter menyarankan untuk tetap tinggal di sana sampai luka-lukanya sembuh.
Dokter Rafi seorang dokter muda yang telaten memeriksa setiap hari kondisi
Sinta. Setiap hari dia mencatat dalam status medisnya progress kesehatan
Sinta. "Bagaimana kabarnya pagi ini? lebih baikkah?" seperti biasa
dokter Rafi menyapa Sinta.
"Alhamdulillah, dok.." balas Sinta
walau masih meringis menahan sakit di bagian kakinya yang masih sulit untuk
digerakkan. "Sebaiknya istirahat aja dulu jangan banyak gerak, yaa!!"
nasehat dokter Rafi
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer