Penulis: Dadan Supardan
6 Bulan lalu, Dibaca : 475 kali
Oleh Dadan
Supardan
(Koordinator
Sekber Penggerak Perubahan untuk Keadilan/PPUK)
Butuh uang banyak
untuk maju menjadi calon gubernur, bupati, dan wali kota. Itu sangat logis.
Guna meraih suara pemilih sebanyak mungkin, ada cost politik yang mesti
disiapkan. Dengan demikian, apakah calon kepala daerah yang paling banyak
uangnya akan tampil sebagai pemenang? Jawabannya, belum tentu benar.
Beberapa alasan
dapat menangkis asumsi bahwa calon tertajir melintirlah yang akan memenangi perhelatan
pemilukada. Pertama, kepercayaan publik tidak akan dapat dibeli dengan
rupiah. Artinya, calon kepala daerah yang bergelimang kekayaan tetapi tidak jujur
dan tidak memiliki integritas jangan berharap akan dipilih masyarakat. Dalam
hal ini, masyarakat cenderung memilih calon yang berkarakter baik dan bervisi jelas
untuk masa depan.
Kedua, terkait dengan
hal pengalaman. Pengalaman politik seseorang tegak lurus dengan perjalanan dan
kiprahnya di dunia politik. Berapa banyak pun seorang kandidat memiliki uang,
tidak akan mampu membeli pengalaman.
Oleh karena itu, calon
kepala daerah yang nirpengalaman sulit untuk meyakinkan pemilih bahwa dirinya
merupakan figur yang tepat. Walaupun dalam kegiatan kampanye menggelontorkan
banyak uang, akan kesulitan menarik simpati pemilih. Calon kepala daerah dengan
pengalaman politik yang panjang dan rekam jejak baik akan lebih mudah meraih
simpati masyarakat.
Jadi, investasi
karakter dan pengalaman tak kalah lebih penting daripada uang. Untuk membangun
pengalaman dan memperlihatkan karakter kepada publik tidak bisa dilakukan
dengan cara sim salabim. Butuh proses panjang dan berkelanjutan. Selain itu,
pengalaman dan karakter tidak bisa direka-reka.
Maka, sudahi
kesimpulan yang menyatakan uang adalah segalanya dalam pemilukada. Uang sangat dibutuhkan
tetapi bukan segala-galanya. Ada sisi lain selain uang sebagai faktor pendukung
kemenangan. Visi misi yang jelas salah satunya. Mampu berkomunikasi dengan baik
dan berdedikasi dalam memimpin masyarakat sisi lain berikutnya.
Perihal ada fakta
politik figur ideal dikalahkan oleh sosok yang kurang pantas akibat permainan
uang, itu dinamakan kecelakaan pemilu. Lebih jauh lagi bisa dikatakan kejahatan
politik. Semua itu bisa terjadi jika masyarakat pemilihnya dalam posisi “sakit
akut”.
Sumber: Buku
Strategi Menang Telak Pemilu
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer