Loading

Politik Intelijen Sudah Bukan Kajian Orang Awam


Penulis: Heru Pramono
7 Bulan lalu, Dibaca : 760 kali


Heru Pramono

Penulis : Heru Pramono, Jurnalis Koran Medikom & Medikomonline.com wilayah Ciamis Jawa Barat

Satu tahun yang lalu, 2022, bangsa kita dihadapkan dengan tahun politik, karena tahun 2024 mendatang puncaknya tahun pemilihan presiden, wakil presiden, pimpinan kepala daerah/kota dan wakil rakyat di tanah air.

Para politikus negeri tentu juga sebenarnya sudah mempersiapkan olah alih strategi untuk bisa memenangkan kursi kekuasaan. Hanya saja, para class politikus dewa-dewa kondang ada yang nampak permainan ada juga yang tidak terlihat di permukaan.

Sejak pemilihan presiden 2014 silam di mana masa terpilihnya Presiden Bapak Ir. H. Joko Widodo atau Jokowi, di situ sudah nampak permainan para dewa politikus bermain.

Tak terkecuali Badan Intelijen Negara (BIN) pun tetap mengikuti perkembangan dan memperhatikan gejolak yang dapat membahayakan terhadap pertahanan keamanan negara.

Puncaknya menjelang terpilihnya presiden 2019 atau dua periode Jokowi terpilih kembali menjadi presiden.

Sejak awal tahta kepresidenan dari partai berlambang kepala banteng dengan moncong putih dan warna dasar merah seperti tidak dikehendaki kursi kekuasaan diduduki oleh selain darah (keturunan) Soekarno sang presiden pertama. Mulailah para intelijen memperhatikan setiap gelagat yang bisa membahayakan negara.

Mungkin di satu sisi, presiden terpilih Bapak Ir. H. Jokowi bukan dari kalangan bangsawan sementara sejak era orde lama dan orde baru hingga ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang jadi presiden terpilih dari kalangan bangsawan atau militer.

Akan tetapi bila dicari kelemahan kepemimpinan Jokowi pun tak mudah sebagaimana pernyataan politikus ulung Prof. Dr. Mahfud MD, dicari-cari kesalahan Pak Jokowi ini susah sementara kepuasan publik terhadap kinerja Bapak Jokowi ini luar biasa hebat maka secara alamiah rakyat mempercayai Jokowi menjadi presiden dua periode.

Presiden Jokowi sudah mewanti-wanti kita untuk berhati-hati, tahun ini memasuki tahun politik, jangan gegabah, sambut dan nikmati pesta demokrasi dengan penuh kegembiraan, namun sebagian elit politik seperti mengenyahkan pernyataan presiden itu.

Bagi para elit politik yang haus kekuasaan atau harga mati menjadi pemimpin negeri, berbagai manuver, koalisi telah dibangun meski itu masih tahap penjajakan namun saja sudah beranggapan keseriusan, alhasil membuahkan kekecewaan. Hal tersebut menjadikan suasana politik di tanah air semakin memanas di tahun 2023 ini.

Kita sebagai masyarakat lupa bahwa harus disadari di balik terkaan permainan politik ini tentu ada yang mengharapkan situasi dan kondisi pertahanan negara terancam.

Kita masih harus bersyukur di negeri ini dari aspek ancaman bahaya yang mengatasnamakan Islam garis keras (radikalisme) entah sejatinya ada oknum tertentu yang menumpangi atau tidak supaya negara kacau balau (chaos), masih bisa ditekan.

Di sini pertahanan negara diuji, sehingga para elit politik pun diberi peran menjaga negara tetap aman dan terkendali.

Alih-alih persoalan politik negeri, tentu negara memiliki Badan Intelijen Negara (BIN) yang memiliki tugas berat mempertahankan keamanan negara. Semua harus bisa diselesaikan agar negara tetap aman dan kondusif.

Apa yang menjadi persoalan, ketakutan BIN tentu jangan sampai terjadi negara chaos, maka aspek tersebut harus dipikirkan lebih dini.

Kini politik negeri sebagian besar masyarakat tidak memahami aspek keamanan negara, atau bahkan tidak menghiraukan bahaya tersebut. Terkadang acuh atau masyarakat tidak tahu persis persoalan pelik mengancam.

Banyak masyarakat tidak memahami tujuan politik di balik layar ditambah derasnya media sosial (medsos) yang menyuguhkan cibiran, hujatan, atau menjelek-jelekkan seseorang terutama pada para bakal calon presiden menambah kebencian tak berdasar yang sebenarnya membuat suasana politik negeri makin ricuh. 

Politik ini kejam, ya, jelas kejam demi kursi kekuasaan. Dunia politik terkadang harus ada "tumbal", entah tumbal "bayi" atau tumbal "ibu" sebab sang "bapak" haus kekuasaan.

Apalagi, bagaimana jika sudah disetting bahwa esok pagi yang jadi pemimpin asal bukan orang yang tidak dikehendaki?

Atau juga ada misi meredam golongan islam garis keras agar tidak beriak lebih mengancam kondusivitas negara? Apa juga ini dipikirkan oleh kita sebagai rakyat yang mengharapkan negara Indonesia tetap jaya, aman, dan kondusif!?. 

Perlukah semua itu dideteksi lebih dini? Lantas apa yang dibutuhkan rakyat minoritas namun mampu membuat rusuh di negeri tercinta ini? Tentu itu pun harus dininabobokan dengan kesukaan bocah-bocah nakal itu.

Calon yang disukai saat ini tentu diberikan agar merasa ada yang memperhatikan dengan harapan busuknya kelak bisa terwujud, meski para dewa negeri ini baik BIN ataupun para politikus negeri sudah memahami persoalan tersebut.

Sehingga popularitas itu diberikan mainan walau mungkin itu hanya iming-iming atau permainan sesaat.

Tidak sadar atau sadarkah kelak juga bisa diabaikan dan ditinggalkan?

Teringat penulis saat berbincang-bincang dengan seorang politikus di Gedung DPRD Ciamis, mau sehebat atau sekuat apapun kalau orang sudah tidak dikehendaki maka sulit untuk jadi. Kalimat itu pun menjadi dasar pemikiran penulis bahwa dunia politik ini memanglah kejam, segala cara dilakukan demi birahi politik kekuasaannya terwujud.

Hematnya, kita masyarakat awam tak perlu ikut hanyut menyimak permainan dunia politik yang saat ini tengah dipertontonkan para elit politik yang tidak mendidik baik.

Mereka itu sejatinya sedang rebutan tahta kekuasaan, tidak memikirkan kesengsaraan, kesulitan, dan kelaparan rakyat. Sulitnya membiayai hidup di tengah negeri penuh intrik politik.

Lucunya lagi semua pihak lembaga negara lainnya baik penegak hukum, algojo usaha (ekonom) ini sama-sama menjalankan titah para petinggi penguasa. Rakyat diabaikan. Mereka mendiamkan buaian rakyat dari kekejaman medsos yang satu sama lain saling mencibir keburukan calon pemimpin.

Lebih baik rakyat fokus cari usaha atau kerja demi mencukupi kebutuhan keluarga meski tengah serba sulit demi perekonomian keluarga.

Semoga negeri dan rakyat Indonesia tetap diberikan yang terbaik oleh Alloh SWT. Salam perdamaian.

Tag : No Tag

Berita Terkait