Penulis: Dadan Supardan
8 Jam lalu, Dibaca : 35 kali
BANDUNG – Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat bersama Keluarga Intelektual Muda Partai Golongan Karya (KIM-PG) Jawa Barat menggelar diskusi publik bertema “Toleransi, Kebebasan Beribadah dan Berkeyakinan”, bertempat di Ruang Data Lantai 1 DPD Partai Golkar Jawa Barat, Jl. Pelajar Pejuang 45 No.113, Turangga, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Selasa (21/10).
Kegiatan yang juga
disiarkan langsung melalui Instagram Live akun @rizkyphandani dan @kimpg_jabar
ini menghadirkan Hasbullah Fudail, Kepala Kantor Wilayah KemenHAM Jawa Barat,
sebagai narasumber, dengan Rizky P. Handani bertindak sebagai moderator.
Rizky membuka
diskusi dengan pertanyaan seputar kondisi kebebasan beragama di masyarakat.
Hasbullah mengawali pemaparannya dengan mengucapkan selamat ulang tahun ke-61
Partai Golkar yang diperingati pada 20 Oktober, sambil menekankan pentingnya
menghargai perbedaan dalam kehidupan sosial.
> “Perbedaan
adalah sunatullah. Di dalam satu keluarga saja pasti ada perbedaan, tidak
mungkin seluruhnya sama,” ujarnya.
Hasbullah
menjelaskan bahwa kebebasan beragama telah dijamin dalam Pasal 28E
Undang-Undang Dasar 1945, dan bahwa prinsip kebebasan tersebut bersifat
universal, tidak mengenal batas suku, bangsa, maupun golongan. Ia juga
menyinggung bahwa negara-negara yang mengaku menjunjung HAM pun kadang justru
melanggarnya, seperti yang terjadi terhadap rakyat Palestina.
Menanggapi
pertanyaan mengenai gesekan antarumat beragama di Jawa Barat, Hasbullah menilai
banyak kasus terjadi karena kurangnya komunikasi antar tokoh agama dan
rendahnya literasi masyarakat. Ia mencontohkan beberapa peristiwa seperti di
Arcamanik, Cidahu (Sukabumi), dan Caringin, yang menurutnya berakar dari
miskomunikasi dan kesalahpahaman.
> “Kami ingin
mendorong bagaimana tokoh-tokoh agama bisa duduk bersama. Banyak konflik muncul
bukan karena ajaran agama, tapi karena komunikasi yang tidak berjalan baik,”
terangnya.
Selain itu, ia
juga menyoroti diskriminasi internal di tubuh umat beragama, termasuk antar
aliran Islam seperti terhadap komunitas Ahmadiyah.
> “Ahmadiyah
sudah satu abad hadir di Indonesia, tapi masyarakat sering salah memahami
regulasi dan menjadikannya dasar untuk persekusi, padahal tidak ada ayat yang
membenarkan hal itu,” jelasnya.
Lebih lanjut,
Hasbullah menyebut ada tiga tantangan besar dalam isu kebebasan beragama, yakni
intervensi politik partai, kepentingan pengacara dalam kasus konflik, serta
sulitnya membangun dialog lintas pihak. Ia menegaskan bahwa KemenHAM kini
berupaya meminimalkan intervensi semacam itu.
Di akhir sesi,
Hasbullah akan mendorong terbitnya Regulasi
Perda/Pergub tentang Moderasi dan Tolerensi Beragama di Jawa Barat.
Selain itu juga
mengajak generasi muda untuk menjadi pelopor harmoni dan agen perubahan melalui
wadah seperti Forum Pemuda Sadar Hukum dan Komunitas Pemuda Pelajar Pencinta
HAM Jawa Barat (KOPPETA HAM Jabar).
Turut hadir dalam
kesempatan tersebut Plt. Sekretaris Jenderal KOPPETA HAM Jabar, Muhammad Damar
Setyo Kumoro, yang turut mendorong penguatan literasi HAM di kalangan pemuda
dan pelajar.
> “Generasi
muda hari ini harus seperti matahari — hadir membawa terang, memberi kehidupan
tanpa pamrih, dan tetap bersinar meski tak selalu disadari kehadirannya,” tutup
Hasbullah.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Indramayu Diguncang Gempa Magnitudo 4.4, Kedalaman 280 Kilometer
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back