Loading

GANJAR PRANOWO DAN GAGASAN ISLAM TENGAH KETUA UMUM PARTAI PAN ZULKIFLI HASAN


Penulis: Mansurya Manik
1 Tahun lalu, Dibaca : 1158 kali


Mansurya Manik

Oleh Mansurya Manik

# Pegiat Pendidikan

# Pengamat Sosial Politik

 

Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan sangat gencar menggemakan gagasan Islam tengah. Gagasan itu mulai digemakan saat pidato Kebudayaan dan Kebangsaan dalam acara  “Zulhas Award dan Pidato Kebudayaan bertajuk Indonesia butuh Islam Tengah”, di auditorium utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (sabtu,9/1/2022). Menurut Zulkifli Hasan Ideologi Islam tengah adalah perwujudan Islam yang mengedepankan moderasi yang dalam bahasa Arab dikenal dengan Washatiyah”. Sebuah konsep moderasi beragama yang telah pula dilaksanakan oleh dua organisasi besar berbasis Islam yaitu Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. Dalam Islam tengah tidak ada pertentangan agama dan negara, tidak ada gagasan negara agama. Hubungan antara agama dan negara bersifat simbiotik keduanya saling mengisi hingga menjadi fungsi sinergis yang harmonis. Agama menjadi landasan falsafah dan moral dalam menetapkan kebijakan politik,hukum,ekonomi,sosial,budaya dalam berbangsa dan bernegara. Tidak ada gagasan negara khilafah, karena Pancasila adalah khilafah itu sendiri. Gagasan Islam Tengah adalah bentuk jalan tengah atas kegelisahan Zulkifli Hasan sebagai negarawan melihat kondisi nyata rakyat arus bawah yang terbelah akibat politik identitas pada Pilpres 2019. Dalam hal ini sebagai negarawan dan ketua umum partai politik, konsistensi Zulkifli Hasan tentang gagasan Islam tengah akan diuji  pada siapa calon Presiden yang akan diusung Partai Amanat Nasional di Pemilihan Umum tahun 2024.

Berdasarkan hasil survey tentang calon Presiden 2024 yang telah dipublikasikan oleh berbagai lembaga survey, ada tiga kandidat yang kuat yaitu : Ganjar Pranowo, Anis Baswedan dan Prabowo Subianto. Kandidat calon Presiden Ganjar Pranowo basis suaranya  pada kelompok abangan (mengutip Clifford Geertz, priyayi,santri,abangan) kelompok oposisinya adalah Islam kanan. Dengan mengusung Ganjar Pranowo terjadilah apa yang disebut oleh Zulkifli Hasan yaitu hubungan antara Ganjar Pranowo dan partai PAN bersifat simbiotik keduanya saling mengisi hingga menjadi fungsi sinergis yang harmonis. Ada keuntungan besar yang didapat oleh partai PAN ketika mengusung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden 2024. Pertama; Gagasan Islam tengah dapat diwujudkan sebab para santri pendukung Ganjar Pranowo berasal dari organisasi Islam yang sejak awal berideologikan Islam tengah. Kedua; partai PAN mendapatkan limpahan dari suara kelompok abangan yang secara psikologis dengan kehadiran partai PAN sebagai simbol Islam tengah maka kelompok abangan tidak lagi merasa tertuduh sebagai kelompok Islam phobia. Ketiga; kelompok priyayi dan intelek tetap menjadi basis suara partai PAN, karena memang sejak awal kelompok intelek berada di partai Amanat Nasional. Keempat; partai PAN tidak harus menghabiskan energi,waktu,dan sumber daya lainnya berkampanye pada kolam yang sama meyakinkan kelompok Islam kanan untuk memilih partai PAN karena jelas meraka sudah ada di partai PKS, dan sebagiannya lagi akan ke partai Ummat serta partai Pelita. Kelima; partai PAN akan menjadi pemimpin di basis santri dan gagasan Islam tengah.

Kandidat calon Presiden lainnya ada Anies Baswedan, untuk menjadi calon Presiden di Pemilu 2024 kemungkinan  Anies Baswedan akan diusung oleh koalisi partai Nasdem, partai PKS dan partai Demokrat. Jaringan akar rumput yang akan mendukungnya adalah kelompok Islam kanan yang dulu memenangkan Anies Baswedan pada Pilkada DKI dan pendukung Prabowo di Pemilu 2019, serta partai Ummat besutan Amien Rais dan partai Pelita besutan Dien Syamsudin. Memperhitungkan komposisi koalisi partai pengusung dan jaringan akar rumput serta partai Ummat dan partai Pelita  sebagai pendukung, maka tidak mungkin partai PAN mengusung Anies Baswedan sebagai Calon Presiden di Pemilu 2024. Pada Pemilu 2019 partai PAN sudah merasakan bahwa pemilik suara dari basis Islam kanan lebih memilih PKS. Di Pemilu 2024 pun kelompok pemilih dari Islam kanan tetap tidak akan memilih partai PAN, mereka nyaman dan merasa satu ideologi dengan partai PKS, ditambah lagi ada partai Ummat dan partai Pelita yang juga akan menggerus suara partai PAN. Kolam pemilihnya sama, irisan terbesar sudah ke partai PKS, tinggal lagi irisan kecil, itupun harus berbagi dengan partai Ummat dan partai Pelita, dipastikan habislah sudah suara partai PAN, dampaknya akan gagal lolos Parlementary Treshold, jadilah partai PAN tinggal kenangan. Yang paling utama, jika mengusung Anies Baswedan sebagai calon Presiden, sulit bagi Zulkifli Hasan untuk mewujudkan gagasan Islam tengah yang menjadi cita-citanya sebab Anies Baswedan dikelilingi oleh para tokoh Islam kanan dan tokoh politik yang terbiasa bergandengan tangan dengan Islam kanan.

Di antara tiga kandidat calon Presiden, partai PAN sudah pernah dua kali mengusung Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Di Pemilu tahun 2014 Prabowo di usung sebagai calon Presiden dan Hatta Rajasa pada waktu itu Ketua Umum partai PAN sebagai calon Wakil Presiden. Di Pemilu tahun 2019 di masa Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum, partai PAN kembali lagi mengusung Prabowo Subiato sebagai calon Presiden. Bukan hanya sekedar mengusung Prabowo sebagai calon Presiden, tetapi Zulkifli Hasan bekerja keras berjibaku menggerakan segala sumber daya yang ada, mulai dari kekuatan partai, jaringan, uang dan tenaga, semua dikerahkan untuk memenangkan Prabowo sebagai Presiden. Faktanya bukan hanya Prabowo kalah pemilihan Presiden, tetapi yang paling menyakitkan perolehan suara partai PAN di DPR RI  terjun bebas, kalah dari sesama partai koalisi pengusung Prabowo. Pada waktu itu yang  mendapatkan banyak manfaat dengan mengusung Prabowo sebagai calon Presiden adalah partai PKS dan partai Gerindra, suara kedua partai ini melejit meninggalkan partai PAN. Berdasarkan pengalaman tersebut, kemungkinannya kecil sekali  partai PAN untuk kembali mengusung Prabowo Subianto sebagai calon Presiden di 2024, sebab tidak mungkin Zulkifli Hasan jatuh dua kali pada lubang yang sama, sebagaimana pepatah mengatakan keledai yang disebut binatang bodoh saja tidak akan terperosok dua kali pada lubang yang sama. 

Tag : No Tag

Berita Terkait