Penulis : Heru Pramono
1 Tahun lalu, Dibaca : 586 kali
Penulis
: Heru Pramono Wartawan Medikomonline.com wilayah Ciamis & Kota Banjar Jawa
Barat.
Bila kemarin penulis membuat tulisan dengan
judul "Politik Intelijen Sudah Bukan Kajian Orang Awam", kini penulis
mulai meraba, merenungkan, mengembangkan, dan mencoba menganalisa dari
rangkaian kejadian.
Bila kita kaji lebih saksama berdasarkan
gerak-gerik dan sikap para dewa pelaku politik negeri yang susah ditebak ke
mana arah tujuan akhir sesungguhnya permainan, sekarang sudah mulai bisa
ditebak.
Dari mana persoalan awal muncul permainan, masih
ingat Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sekitar Oktober 2022 lalu seiring
berakhirnya masa jabatan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Anies Rasyid
Baswedan, langsung terlihat sigap mengendorse Anies Baswedan yang dijadikan
Bakal Calon Presiden dari Partai Nasdem.
Sebelumnya, Surya Paloh tampak juga mengundang
putra terbaik bangsa di Tower Nasdem pada waktu itu yang sempat digadang-gadang
akan menjadi bakal calon presiden yang diusung dari Partai Nasdem, sebut saja
Anies Rasyid Baswedan, Erik Tohir, Sandiaga Uno, Prabowo, termasuk Ganjar
Pranowo sebelumnya sempat menukil, Nasdem siap mengusung jadi bacapres dari
Nasdem.
Bang Surya Paloh-lah yang awal terlihat di
publik memainkan langkah percaturan politik di negeri ini. Karena para ketua
umum lain dari masing-masing partai yang ada pada waktu itu masih diam-diam
mengatur koalisi (gabungan partai).
Meski Partai Nasdem baru-baru ini berujung
dengan tudingan sebagai pengkhianat salah satu partai yang dari awal membangun
kesepakatan koalisi perubahan.
Keputusan Nasdem tiba-tiba menggandeng Ketua
Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang
sebelumnya tidak masuk menjadi partai koalisi bahkan kategori peserta paling
bontot mau hadir, namun secara mengejutkan tiba-tiba Surya Paloh memilih
Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Capres
Anies R. Baswedan.
Di sinilah kotak pandora mulai terbuka, bagaimana
hal itu bisa terjawab dengan logika. Karena hanya dengan logika masyarakat awam
bisa memahami atau membaca permainan yang tak terbaca.
Logika mulai dibangun dari benda (gerak) yang
ada muncul di permukaan. Sebagaimana penulis ingat bahwa Tan Malaka pernah
menulis buku Madilog "Materialisme Dialektika Logika" yang selalu
menjadi dasar pemikiran penulis.
Apa yang sudah muncul di permukaan anggap suatu
benda yang keluar, dialog bagian dari argumen-argumen yang ada, serta logika
(pola pikir) mulai kita mainkan.
Surya Paloh di sini awal memainkan grand master
percaturan politik di negeri ini, ada apa di balik Surya Paloh endorse Anies
Baswedan.
Tidak sedikit para elit politik, pengamat, atau
cendekiawan menilai kalau Surya Paloh perlu meningkatkan popularitas partainya.
Surya Paloh cepat tanggap memanfaatkan momentum
Anies Baswedan yang dinilai bukan kader partai namun banyak masyarakat yang
menghendaki menjadi presiden di 14 Februari 2024 mendatang. Lantas, Surya
Paloh-lah yang cepat tanggap mengambil momentum itu dengan mengawali mengangkat
Anies Baswedan akan diusung dari Partai Nasdem.
Di satu sisi calon presiden yang saat ini santer
terdengar ada tiga capres, yakni Ganjar Pranowo dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P), Prabowo Subianto (Gerindra), dan Anies Baswedan (Nasdem)
berikut masing-masing partai koalisinya.
Meski keputusan koalisi itu nantinya masih bisa
berubah sewaktu-waktu sebelum benar-benar fix dideklarasikan di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) untuk Capres dan Cawapresnya dari masing-masing partai
pendukung berikut partai koalisinya.
Di sini memang perubahan koalisi partai masih
akan berubah sewaktu-waktu. Namun apa yang harus kita perhatikan adanya suara
"asal jangan rezim partai ibu yang berkuasa", maka sebagian orang
berpendapat, partai rezim potensi menjadi musuh bersama.
Kemudian sebelumnya putra bungsu Presiden Ir. H.
Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep dalam podcast salah satu channel ternama
dengan terang-terangan memakai kaos salah satu calon presiden yang bukan dari
partai berkuasa di mana sang bapak sekarang masih menjabat presiden.
Itu pun tentu menjadi tanda tanya publik, apa
maksud di balik aksi putra bungsu Presiden Jokowi? Selanjutnya banyak relawan
juga yang hengkang ke salah satu calon presiden yang dimaksud.
Tak sedikit juga para pengamat atau cendekiawan
beranggapan bahwa Presiden Jokowi seperti sedang memainkan peran standar ganda
atau bahkan lebih.
Hingga sampai saat ini, Jokowi disebut-sebut
sebagai "King Maker" yang bisa mempengaruhi kemenangan pada pemilihan
presiden mendatang, itu karena masih banyak simpatisan Jokowi atau tingkat
kepuasan publik yang tinggi, rakyat suka dan senang terhadap kepemimpinan
Jokowi.
Dari situ kita harus memaknai, di satu sisi yang
terbaru ramainya kekecewaan salah satu partai yang menganggap dikhianati karena
keputusan cawapres dengan tiba-tiba diganti tanpa sebelumnya diajak bicara
terlebih dahulu tentu ini pun sarat kajian.
Seiring persoalan yang ada, di mana capres dan
cawapres ini diketarai dari perkumpulan pendukung muslim meski paham
radikalisme dan yang santun dengan simbol warna hijaunya sebenarnya ini ada
apa? .
Mungkinkah untuk meredam Islam garis keras agar
tidak terlalu gaduh sehingga hal tersebut meringankan tugas BIN Badan Intelijen
Negara, agar tidak berpotensi riak chaos negeri terjadi?Atau juga karena ada
faktor lain, sehingga daya kejut keputusan yang diambil koalisi perubahan ini
mengambil dari kaum yang dianggap mayoritas atau memang kalah di daerah Jawa
Timur dan Jawa Tengah sehingga hal tersebut dilakukan.
Lupakan sejenak kasak-kusuk persoalan di atas
barusan, kita loncat dan sikapi ada apa di balik pertemuan kalangan sufi
internasional dilakukan di Pekalongan beberapa hari yang lalu dengan pelopor
KH. Habib Lutfhi dengan Ketua Panitia dipegang langsung oleh Menteri
Pertahanan, Keamanan dan HAM RI Prabowo Subianto di mana beliau juga bakal
calon presiden dari Partai Gerindra.
Pekalongan ini masuk daerah Propinsi Jawa Tengah
di mana hadir disana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga bakal calon
presiden dari rezim yang sekarang juga acara muktamar
Lantas apakah hal tersebut bisa terjadi dan
dilakukan bukan tanpa sebab? Tentu penuh makna yang lain, akan tetapi jika
pertemuan tersebut ajang untuk mengamankan potensi yang akan terjadi pada kekacauan
negara atau ada tujuan terselubung lain ditambah acara akbar pertemuan para
sufi di Pekalongan tersebut dibuka dan dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi.
Apakah pertemuan itu bagian dari strategi para
pemangku kebijakan negeri untuk melawan partai rezim atau ada tujuan lain,
tentu ini masih menjadi teka-teki publik.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer