Penulis: Rajo Galan
3 Bulan lalu, Dibaca : 141 kali
Oleh Rajo Galan
(Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Pasundan/GEMA
Pasundan)
Baru-baru ini,
dunia maya dihebohkan dengan sebuah video viral yang memperlihatkan seorang siswi
mengomentari kebijakan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi. Apa pun posisi
kita — apakah setuju atau tidak dengan komentar sang siswi — satu hal yang
jelas: keberaniannya patut diapresiasi. Di tengah budaya hierarkis yang masih
kuat, terlebih di dunia pendidikan dan pemerintahan kita, suara kritis dari
kalangan muda semestinya menjadi sinyal positif, bukan malah dimatikan.
Yang lebih
penting, kita perlu menegaskan bahwa menyampaikan kritik adalah hak yang
dilindungi oleh Undang-Undang. Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 secara tegas
menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat. Dalam negara demokrasi, kritik bukanlah ancaman — ia
adalah pilar penting untuk menjaga akuntabilitas kekuasaan.
Belenggu penjajahan
itu di mulai dari pembungkaman Bicara di depan penguasa. Dengan keberanian
berbicara di depan penguasa berarti telah memutus belenggu penjajahan.
Ini adalah fenomena
yang luar biasa di mana hari ini hampir seluruh masyarakat Jawa Barat
terhipnotis dengan konten-konten KDM tapi masih ada Gen Z yang memberikan
kritik objektifnya untuk Gubernur Jawa Barat.
Stop Normalisasi
"Deuk Bener Deuk Salah Pokona Bapak Aing, da bapak aing mah kaciri gawena
jeung sok babagi duit ka rakyat" ini adalah kesalahan kita sebagai civil
society sebagai masyarakat hari ini kita sudah tersihir dengan konten-konten
ini seolah tidak ada ruang lagi untuk mengkritisi kebijakan Gubernur Jabar.
Padahal banyak sekali polemik yang terjadi hari ini akibat dari Gubernur Jabar
merasa mempunyai backing netizen yang tersihir oleh pencitraan kontennya
sehingga Gubernur Jabar merasa super power dan tidak mengindahkan kritik publik,
musyawarah dan pada akhirnya memberi keputusan sepihak tanpa menimbang risikonya.
Namun, yang justru
terjadi, reaksi Kang Dedi atas kritik tersebut memperlihatkan sikap yang patut
dipertanyakan. Alih-alih merespons dengan sikap terbuka dan dewasa, tindakan
beliau terlihat seperti abuse of power — menggunakan kekuasaan untuk menekan,
bukan membina. Banyak keputusan dan langkah yang Kang Dedi ambil seolah
dilakukan secara sepihak, tanpa ruang bagi penyeimbang atau kritik yang sehat.
Ini tentu berbahaya dalam praktik demokrasi kita, bahkan di tingkat daerah.
Kebijakan yang
baik lahir dari dialog, bukan dari monolog. Seorang pemimpin, betapapun
populernya, tetap perlu diingatkan bahwa kritik adalah vitamin bagi
kepemimpinan. Apalagi, jika segala urusan hanya berpusat pada satu figur tanpa
mekanisme check and balance, maka yang terjadi bukan lagi kepemimpinan rakyat,
melainkan kekuasaan pribadi.
Dalam situasi ini,
Gerakan Mahasiswa Pasundan (GEMA PASUNDAN) menyatakan sikap siap mendampingi
dan membersamai siswi tersebut. Ini adalah bentuk solidaritas dan tanggung
jawab moral, untuk memastikan bahwa generasi muda yang berani bersuara tidak
berjalan sendirian, dan tidak dibungkam oleh kekuasaan.
Kasus siswi ini
adalah momentum. Ia mengingatkan kita bahwa ruang partisipasi publik, termasuk
dari generasi muda, harus terus dibuka seluas-luasnya. Kita harus berani
melindungi keberanian seperti ini. Sebab tanpa kritik, kekuasaan akan semakin
liar; dan tanpa keberanian seperti yang ditunjukkan siswi ini, masa depan
demokrasi kita akan semakin suram.
Bukan soal siapa
yang benar atau salah. Ini tentang bagaimana kekuasaan seharusnya dijalankan:
bukan untuk membungkam, tapi untuk mendengarkan.
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer