Mansurya Manik
4 Tahun lalu, Dibaca : 2465 kali
Oleh Mansurya
Ginting Manik
Saat ini jagat
Jawa Barat sedang ramai memperbincangkan perilaku seseorang yang mendapat
penghargaan dari Pemerintah Jawa Barat Gubernur Ridwan Kamil karena orang
tersebut memiliki kemampuan berkata kasar dan caci maki. Adalah Nandar Ukandar
yang lebih dikenal dengan nama Ade Londok, video pendeknya viral di media
sosial karena gaya bahasa kasarnya campuran bahasa Indonesia dan bahasa Sunda
dalam mempromosikan sebuah produk makanan pedagang kecil jenis odading.
Pada saat itu,
bahasa kasar Ade Londok dianggap sesuatu yang lucu dan menarik, sehingga
memberi efek positif bagi pedagang dan Ade Londok. Berkahnya, pedagang odading
naik omzet penjualannya dan Ade Londok diangkat jadi Duta Kuliner oleh Gubernur
Jawa Barat. Namun pada video pendek lain, unggahan Ade Londok dengan bahasa
kasar ketika mengomentari pengendara sepeda motor seorang bapak dan anak
perempuannya yang dibonceng di belakang dengan muatan penuh barang juga menjadi
viral serta mendapat reaksi negatif dari
masyarakat.
Ditambah lagi
reaksi Ade Londok dalam video pendek membalas reaksi negatif masyarakat dengan
caci maki yang berlebihan menjadikan bertambah negatif lagi reaksi masyarakat.
Bahasa kasar terkesan lucu dan tidak menimbulkan reaksi negatif pada waktu dan
tempat tertentu, tetapi pada tempat dan waktu yang lain bahasa kasar akan
menimbulkan ketersinggungan dan reaksi negatif bagi yang mendengarnya.
Mengapa
masyarakat memberikan reaksi negatif terhadap bahasa yang disampaikan Ade
Londok? Sesungguhnya hal tersebut adalah bentuk protes terhadap Ridwan Kamil
yang memberikan penghargaan dan fasilitas terhadap orang yang memiliki
kemampuan dan keberanian berkata kasar. Mengapa masyarakat protes, karena hal
tersebut bertentangan dengan kelaziman dan norma etika yang diajarkan pada
masyarakat Jawa Barat (khususnya orang Sunda) dan masayarakat Indonesia pada
umumnya tentang tata krama berbahasa.
Sejak awal
ketika anak mulai diajar belajar berbicara, kemudian di dunia pendidikan formal
selama dua belas tahun, anak-anak diajarkan cara berbahasa yang baik dan benar,
bahkan menjadi mata pelajaran yang diberi nilai di raportnya.
Tetapi Gubernur
Jawa Barat Ridwan Kamil menjungkirbalikkan semua tatanan yang ada, hanya karena
seseorang mampu menaikan omzet penjualan walau dengan cara menabrak etika
moral, oleh Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat dengan serta merta memberi
penghargaan yang tinggi kepada orang tersebut dengan menjadikannya Duta Kuliner
Jawa Barat. Penghargaan Ridwan Kamil adalah bukti pembenaran dari bolehnya
seseorang melabrak etika moral, efeknya para orang tua dan pendidik menjadi
kelabakan dalam menjelaskan pada anak-anak dan anak didiknya bahwa dalam
bergaul harus dengan bahasa yang sopan, santun dan saling menghormati. Sebab
“bahasa mencerminkan bangsa”.
Dari peristiwa
ini, apa hikmah yang dapat diambil? Pertama;
betapa kuatnya media sosial dalam mempengaruhi persepsi masyarakat, begitu
sebuah peristiwa menjadi viral, dampaknya jadi luar biasa, bisa positif ataupun
negatif. Karena itu perbanyaklah isi media sosial dengan hal yang positif
supaya masyarakat menjadi lebih produktif. Kedua:
semakin kuatlah kesan yang sudah ada bahwa Ridwan Kamil dalam memimpin Jawa
Barat, sihir pencitraan tetap menjadi panglima, Ridwan Kamil mau melakukan
panjat sosial dengan momentum viralnya video pendek Ade Londok dalam
mempromosikan kuliner pedagang kecil. Kenaikan omzet penjualan dan keterkenalan
pedagang odading tersebut bukanlah hasil kerja dan karya Satuan Kerja Perangkat
Daerah dan atau Tim Akselerasi Pembangunan Jawa Barat yang dipimpinnya, tetapi
akibat kecelakaan viral di media sosial. Ridwan Kamil tidak memperhitungkan
sisi negatif ketika mengangkat seseorang yang berperilaku menyimpang dari etika
moral berbahasa yang baik dan benar, bagi Ridwan Kamil yang penting dia tetap
dicitrakan sebagai pemimpin yang peduli terhadap rakyat dan pedagang kecil.
Padahal usul
fiqih menjelaskan “menolak mafsadat yang besar lebih didahulukan dari mengambil
manfaat yang kecil”. Janganlah gegara nila setitik rusak susu sebelanga.
Peristiwa ini jangan dianggap sepele, karena menjadi keresahan para orang tua
dan pendidik. Para siswa akan protes ketika gurunya memberi nilai rendah karena
siswa dinyatakan etika moralnya tidak sesuai dengan standar yang diajarkan oleh
para guru, para siswa akan menjadikan penghargaan Ridwan Kamil atas peristiwa
ini sebagai pembenaran tingkah laku mereka yang tidak sesuai dengan etika
moral.
Ketiga; para orangtua dan guru harus bekerja
lebih keras lagi dalam menerangkan dan mendidik anak-anak dan anak didiknya
bahwa untuk menggapai prrestasi tetap harus dengan cara-cara yang benar.
Kalaupun kemarin Gubernur Ridwan Kamil memberikan penghargaan, bukan karena
bahasa kasar yang tidak sesuai dengan etika moral sehingga orang tersebut
diberi penghargaan, tetapi karena orang tersebut berhasil membantu orang lain
untuk meningkatkan penjualan dan menaikkan ekonomi salah satu pedagang. Tentu
penjelasan ini butuh proses, walaupun tetap saja akan ada imbas negatifnya,
sebab faktanya karena bahasa kasarlah orang tersebut mendapat penghargaan.
Kitab Suci ummat
Islam, Alquran dalam surah Al-Hujurat ayat 11 memberikan tuntunan pada kita
dalam bertutur kata, Allah berfirman “…janganlah kamu saling mencela satu sama
lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk setelah beriman. Dan barang siapa tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
------------------------------
Bandung, 24
Oktober 2020
# pegiat
pendidikan
# persatuan
orangtua peserta didik (portudik)
Tag : No Tag
Berita Terkait
Rehat
Tajuk
Memahami Pemikiran Jenderal Dudung Abdurachman
PERLUNYA MENGUBAH CARA PANDANG PEDAGANG DI LOKASI WISAT...
Berita Populer
Arief Putra Musisi Anyar Indonesia
Project Fly High Terinspirasi dari Pengalaman Hidup Dr Joe dan Tamak
Ketua Umum GRIB H Hercules Rozario Marshal, Saya Bagian Dari Masyarakat Indramayu
Dari Kegiatan Aksi Sosial, Hercules Kukuhkan Ketua DPC GRIB JAYA Se-Jawa Barat
Chief Mate Syaiful Rohmaan
SAU7ANA
GMBI Kawal Kasus Dugaan Penipuan PT. Rifan Financindo Berjangka di PN Bandung
Ivan Lahardika Arranger dan Komposer Indonesia
SAU7ANA Come Back
Mika Andrian Artis & Executive Producer